Seberapa pun Bandung menyimpan kenangannya soal pertemuannya dengan Ale, Wonwoo sebisa mungkin selalu kembali kesini hanya untuk mengisi jiwa rapuhnya dengan tantangan-tantangan yang hanya bisa dia bayangkan. Tentang kota yang selalu terasa asing namun membuatnya nyaman, tentang ingatan yang pahit namun terlalu indah untuk di lupakan.
Bukan tanpa alasan Wonwoo selalu menyebut Bandung beberapa hari belakangan ini. Sampai Jun yang pergi dengannya sekarang memilih Bandung untuk menjadi tempat sang calon pengantin itu menghabiskan waktunya sebentar. Tapi baru saja sampai setelah makan malam di luar, Jun yang sedang check in di hotel sudah diganggu dengan telepon-telepon dari Mingyu.
"Lo seriusan gak bilang sama Mas Mingyu ya kalo beneran mau kesini??" tanya Jun sambil memasukkan kembali kartu tanda pengenalnya ke dalam dompet. Wonwoo menggeleng.
"Dia tau kok... yang ngga ngebolehin tuh Seokmin, Jun."
Keduanya menerima kartu kunci kamar mereka, kemudian menuju lift untuk segera ke kamar mereka.
"Ya tapi lo gak usah sampe nge-airplane mode hp lo gitu lah.. kayak lagi kabur tau ga lo.."
Ding!
Lift berhenti di lantai 13, Wonwoo yang memegang kartu kunci kamar berjalan terlebih dahulu dengan tas jinjing besarnya, menuntun Jun dengan koper dan ransel dibelakangnya. Kamar yang mereka pesan tidak terlalu besar, namun cukup luas untuk mereka berdua. Dengan view ke arah jalanan daerah Braga, Wonwoo bisa melihat hotel tempat dia dan Wonwoo bertemu sebagai Jewe dan Ale beberapa bulan lalu saat dia menyibakkan jendelanya.
Wonwoo menelan ludahnya dengan susah payah.
Ada perasaan aneh yang mencekiknya saat itu juga, andai saja Jun tidak mengagetkannya dengan suara televisi yang dia nyalakan tiba-tiba.
"Won, gue mandi duluan ya? Gerah banget nih..."
Wonwoo mengangguk, membiarkan Jun membongkar pakaiannya dan membersihkan diri, sementara dirinya membuka tirai kamar lebar-lebar, bahkan sampai ke gorden brukatnya untuk kemudian duduk di kasur yang dipilihnya dekat jendela.
Ditatapnya lekat gedung hotel di arah yang bersebrangan dengannya. Membiarkan memorinya yang dulu kembali lagi.
Banyak kenangan yang menjadi samar ketika dia terpaksa harus di rawat di rumah sakit. Juga tentang kesibukan semua orang selepas kecelakaan maut waktu itu. Dunia seolah berubah terlalu cepat di sekelilingnya, sementara Wonwoo masih seperti biasa, memikirkan yang seharusnya tidak perlu dia pikirkan. Contohnya soal bagaimana dia mengingat Mingyu hancur saat mendengar kabar tentang Jeonghan, dan saat dia mengetahui dengan sangat terlambat bahwa Seungcheol dan Jisoo sudah menyakiti kembarannya yang saat itu sedang sangat sibuk. Orang paling sibuk di dunia.
Dunianya Wonwoo, paling tidak.
Ponsel Jun bergetar di atas meja panjang tempat dimana televisi berada. Wonwoo dengan malas menghampiri untuk mengetahui siapa yang menelepon.
Sebuah kontak tanpa nama, namun Wonwoo hafal milik siapa nomor tersebut.
"Juun..." panggil Wonwoo, "Mas Mingyu telpon nih!"
"Kok malah gue lagi sih?? Ya lo angkat lah orang dia nyariin lo mulu!" seru Jun diantara desis air yang keluar dari shower.
Wonwoo malas. Jadi dia hanya mendiamkan getar ponsel temannya itu sampai reda. Sejujurnya, tidak ada marah atau kesal yang dipendam Wonwoo pada Mingyu sama sekali. Tidak ada alasan bagi Wonwoo untuk melakukan hal itu.
Sejujurya, Wonwoo hanya ingin waktu sendirian. Namun menurut konsultasi dokternya, Wonwoo masih belum terlalu stabil untuk ditinggalkan sendirian. Makanya dia lebih memilih Jun, karena selain Jihoon tidak akan bisa cuti, temannya yang satu itu akan jauh lebih bawel daripada Jun. Ditambah Jun sudah menikah tiga bulanan lalu, lebih mudah untuk di ajak diskusi soal perumahtanggaan kedepannya. Dan jangan lupa, Jun jarang sekali bawel jika tidak perlu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minwon FWB 2.0 ; Abditory
FanfictionSequel of Minwon FWB ; A Guide for The Lost by @tetehcarat on twitter