Seungkwan masuk ke kamar rawat Mingyu setelah dia menerima telepon dari Leechan soal chat dari Wonwoo yang masuk ke ponsel kakaknya. Setelah beberpa hari lalu Seungkwan mengomeli Rene di chat, baru sekarang lagi dia membuka ponsel milik Mingyu yang tidak bersandi. Mingyu adalah salah satu orang yang simple, dia tidak akan memberikan ponselnya kunci pengaman karena di dalam ponselnya tidak ada apapun. Namun kejadian beberapa hari lalu saat Seungkwan mencoba menyalakan ponsel Mingyu dan membaca beberapa pesan terakhir dari seseorang bernama Rene, dia yakin kakaknya kemungkinan selalu rajin menghapus pesan yang tidak penting. Terbukti dari pesan ke ponsel Wonwoo yang masih disimpannya bahkan sejak mereka berkenalan sebagai Jewe dan Ale.
"Ma, mama keluar dulu gih.. aku mau bacain chat Mas Onuw buat Mas Gyu nih..."
Mamanya mengelus kepala Seungkwan, kemudian mengangguk, meninggalkan sisi Mingyu supaya Suengkwan bisa duduk. Setelah sang mama pergi, Seungkwan mengambil tempat duduk mamanya tadi untuk mendekatkan diri kepada Mingyu.
Sepi kemudian menyeruak ke dalam ruangan itu. Bunyi kedipan alat deteksi denyut jantung, masker oksigen yang menutupi setengah wajah Mingyu, monitor detak jantung, dan tubuh Mingyu yang di perban parah di beberapa sisi membuat Seungkwan merinding, ngeri, sekaligus ingin menangis. Dia jarang masuk ke dalam sini, karena dia selalu ingin menangis. Seperti sekarang.
"Mas Gyu..." panggil Seungkwan, mengelus ibu jari Mingyu yang membengkak karena tidak di gerakkan selama masuk ke rumah sakit.
"Mas, aku disuruh mas Onuw bacain chatnya buat Mas nih.. biar cepet bangun katanya.. aku bacain, tapi jangan nangis ya?!?!"
Seungkwan menghela napas, kemudian membuka kotak masuk untuk mulai membacakan.
"Mas, aku udah bangun karena ingat kamu, ingat kita lagi berdua setelah sekian lama. Walaupun belum bisa lihat kondisi kamu karena Seokmin gak ngebolehin.."
Seungkwan mulai berair mata, "Mas Ale, orang minta aku untuk nyalahin diri kamu atas semua ini. Aku awalnya iya, marah sama kamu, kecewa. Tapi semakin aku marah, aku semakin kamu mau di dekat aku. Semakin aku marah, aku semakin gak mau ngelepasin kamu. Walaupun sudah ada surat itu yang aku baca dan tanda tangan dengan air mata. Mas Ale, aku sayang kamu. Tapi aku butuh kamu yakinin apa kamu masih rumah aku atau bukan.."
Sampai disini, Seungkwan sudah membacanya dengan isakan. Sambil di pegang jemari Mingyu dengan hati-hati, Seungkwan dengan telaten membacakan itu pelan-pelan, kata demi kata, berharap Mingyu yang tertidur bisa mendengar apa yang ingin Wonwoo sampaikan.
----------------------------------------
Mingyu dapat merasakan wangi embun yang menempel pada rumput dan membuatnya basah. Kemudian angin yang berhembus menerpa wajahnya, menggelikan bulu-bulu halus pada rupanya yang tampan. Sinar matahari pagi itu seolah mengajak Mingyu untuk membuka mata dan bermain-main dengannya. Tidak ada yang salah dari membuka mata, pikir Mingyu. Toh dia sudah lama tidak merasakan hangat matahari pagi sejak dia pergi kerja selalu di sebelum pukul 7 pagi.
Mingyu bangun dari tidurnya sambil menatap sekeliling. Ada lembah yang ditumbuhi beberapa pohon yang tidak begitu rindang disana sini. Lembah itu seakan ada di puncak gunung, dimana angin sejuk juga bertiup menambah kenyamanan siapapun yang ada disana. Pria itu kemudian terduduk dan menyentuh rumput di sampingnya; masih basah. Sambil berdiri dan mengibaskan rumput di belakangnya, Mingyu baru sadar bahwa dia memakai sweater berwarna putih yang begitu bersih dengan pasangan celana dan sepatu putih. Mingyu mengernyitkan dahi. Dia tidak pernah punya setelan baju seperti ini.
Baru saja dia ingin berjalan untuk mencari orang lain, Mingyu melihat seseorang duduk di bawah pohon dengan bunga lily di pangkuannya. Seseorang yang begitu familiar dengan dirinya. Mingyu berjalan pelan menghampiri pria pirang yang nampaknya sedang tidur itu. Namun tidak, ternyata pria itu melihatnya duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minwon FWB 2.0 ; Abditory
FanfictionSequel of Minwon FWB ; A Guide for The Lost by @tetehcarat on twitter