14. Pulang

1.9K 34 6
                                    

"Saya tidak menyarankan Mas Wonwoo untuk bertemu dengan penyebab traumanya dulu, Mas. Walaupun sekarang ada Mas Mingyu yang bisa menemani, tapi kita tau bahwa Mas Wonwoo belum sepulih itu. Contoh beberapa bulan lalu, Mas Wonwoo di rawat karena masalah dasarnya adalah lingkungan kantor yang membuat trauma, walaupun orangnya Mas Mingyu, bukan sumber traumanya. Dan kali ini, saya rasa Mas Wonwoo juga belum siap secara mental untuk kembali bertemu dengan orang itu. Tindakan preventif dari Mas Mingyu yang ingin menemani Mas Wonwoo untuk menemui orang itu, saya rasa tidak cukup bagi Mas Wonwoo saat situasi yang realnya akan terjadi nanti. Jadi saya harap Mas Mingyu bisa membantu Mas Wonwoo dengan cara tidak memaksa untuk menghadapi traumanya. Dan kita lihat perkembangan seminggu kedepan, jika memang Mas Wonwoo masih dalam keadaan down dan sulit untuk bangkit, silahkan dibawa ke sini lagi untuk di rawat ya Mas?"

Itu jawaban dari dokter Wonwoo saat Mingyu kesana pagi ini, membawa Wonwoo untuk konsultasi setibanya mereka di Jakarta. Ditemani Jihoon dan Sunyoung, mereka kembali ke rumah Mingyu. Karena terlihat kelelahan, Mingyu meminta Wonwoo untuk tidur dan beristirahat di kamarnya ditemani Jihoon setelah meminum obat.

Hari masih siang saat Mingyu menerima kabar bahwa Seungkwan akan kesana dengan Leechan setelah menjemputnya ke bandara. Sementara Joshua memberitahukan kalau Seokmin benar-benar mengambil penerbangan tercepat dari Palu ke Jakarta hanya untuk mencari tau keadaan Wonwoo. Mingyu stress. Tentu saja. Disaat kepalanya sakit dengan segala petuah dari dokter tadi, dia juga harus menahan emosinya saat Seokmin datang nanti agar tidak terlalu menjadikan semuanya panas.

"Gue bantuin ngomong kalo lo mulai emosi, Gyu. Jihoon udah nunjukin isi chat di grup mereka, jadi ya kurang lebih emang kaya yang Minghao bilang. Lagian Jun juga kan gak tau sama sekali kalo orang itu yang bikin Wonwoo begini.."

Mingyu menatap Sunyoung khawatir.

"Yang penting lo punya solusi aja, Gyu. Mau gimana Wonwoo nantinya."

----------------------------------------------

Leechan di taksi, gugup, panik, dan sedikit gemetar akibat mengkhawatirkan kakak kesayangannya yang dikabarkan kambuh lagi. Berkali-kali Leechan mengetukkan kakinya, tidak sabar. Membuat Seungkwan yang ada di sebelahnya menatap dengan empati, dengan jemari yang terpaut begitu saja. Seolah-olah memang tempatnya disitu.

"Gak ada kabar dari Mas Mingyu lagi, Kwan?" Seungkwan menggeleng.

"Sebentar lagi sampe, Chan. Yakin deh, Mas Onuw gak akan kenapa-kenapa.. gak akan separah waktu itu, Chan..."

Leechan memandang ke arah luar jendela, menggigit bibirnya. Seungkwan tau pria itu sedang panik. Namun kepanikannya itu di tahan seiring mengeratnya genggaman tangannya pada jemari Seungkwan. Tidak tau diri, memang. Mengingat keduanya sudah putus. Namun Leechan tidak bisa berpikir siapa yang bisa menguatkannya sekarang jika bukan Seungkwan. Seokmin belum sampai disana. Leechan tidak ingin gamang dan tumbang.

"Pak, berhenti di pagar biru depan itu ya pak..."

Seungkwan mengarahkan supir taksi setibanya mereka di lingkungan perumahan tempat Seungkwan tinggal. Setelah menyerahkan tiga lembar seratus ribuan, Seungkwan mengikuti Leechan yang bergegas keluar dengar ranselnya.

"Mas Onuw!! Mas!!" serunya sambil berlari.

Mingyu yang kaget mendengar suara Leechan, langsung bangun dari duduknya, kemudian pergi ke depan dan menemukan Leechan yang berlari tergopoh-gopoh dengan Seungkwan di belakangnya.

"Chan-"

"Mas Onuw mana mas?? Mas Onuw gapapa kan??"

Pria itu menahan tubuh Leechan dengan lengannya, tidak membiarkan Leechan masuk ke rumah.

Minwon FWB 2.0 ; AbditoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang