Part 3: Guardian

1.1K 149 4
                                    

Pagi ini, masih pada masa orientasi kampus, Winter berlari menuju fakultasnya. Walaupun menahan sakit karena luka di lututnya belum sepenuhnya membaik, Winter memaksakan untuk berlari agar tidak telat untuk sampai di barisan.

Sialnya saat itu ada panita komisi disiplin yang berjaga di depan lobi Fakultas. Sebelum masuk ke dalam gedung, mereka harus di cek satu persatu mulai dari seragam, dan perlengkapan bawaan lainnya.

"tugas sudahku bawa, bekal sudah, topi sudah, name tag di pakai, ikat pinggang ..."

"IKAT PINGGANG!" Winter menutup mulutnya saat ia menjerit di dalam hati. Ia menyadari bahwa ia tidak memakai ikat pinggang. Padahal ikat pinggang adalah salah satu barang yang sangat rawan disaat seperti ini.

"Buka tasmu."

Winter kembali terkejut saat melihat Jaemin sudah berada di depannya. Winter tidak sadar sedari tadi barisannya sudah maju dan kini gilirannya Winter yang harus di periksa. Tatapan mata Jaemin yang tajam itu membuat Winter tiga kali lipat lebih gugup karena takut akan hukuman.

"Ah n-ne, Sunbaenim." Winter lalu membuka tasnya. Menunjukkan barang-barang yang seharusnya ia bawa.

Jaemin memeriksa satu persatu bawaan Winter, setelah dirasa tidak ada, Jaemin menatap Winter dari ujung kaki hingga kepala untuk memastikan atribut yang dipakai Winter sudah lengkap. "Baiklah, kau boleh masuk."

Winter yang sedaritadi menahan napasnya kini menghembuskan napas lega.

"Khamsahamnida Sunbaenim," ucap Winter sambil membungkukkan badannya.

Baru saja Winter ingin melangkahkan kakinya, Jaemin menghentikan langkah Winter saat ia menyadari sesuatu. "Sebentar."

"Kau tidak memakai ikat pinggang?" lanjut Jaemin saat menyadari atribut yang digunakan Winter ternyata tidak lengkap.

Winter menunduk. Menganggu pelan. "Ne, Jeongsonghamnida Sunbaenim. Aku terburu-buru pagi tadi karena aku harus mengganti kasa untuk lukaku dulu."

Jaemin meletakkan kedua tangannya di saku celana lalu menghelah napas. Jaemin bukan orang yang ingin mentoleransi kesalahan. Ia harus bisa bersikap bijak karena Ia adalah ketua Komisi Disiplin. Jaemin tau ini tidak sepenuhnya salah Winter. Winter memang korban kesalahan orang lain kemarin, tapi Jaemin juga tidak ingin memihak sepenuhnya kepada Winter di depan mahasiswa lainnya ketika Winter melakukan kesalahan.

Jaemin lantas menarik Winter untuk menjauh dari barisan. Ia tidak mau perilakunya nanti akan dilihat oleh mahasiswa lainnya. Jaemin tidak mau dianggap pilih kasih, sehingga Jaemin membawa Winter ke halaman samping fakultas.

Jaemin dengan reflek melepas ikat pinggang yang melingkar di pinggangnya. Lalu memberikannya kepada Winter.

"Pakailah ini."

Winter terkejut saat Jaemin mengulurkan ikat pinggangnya. "A-ani. Gwaenchana Sunbaenim," tolak Winter halus.

"Sudah pakai saja. Kalau kau di hukum lari lapangan, kau mau?"

Winter terdiam, menggeleng pelan. Winter bingung, apabila ia menerimanya itu sama saja tidak adil kan? Tapi kalau tidak menerimanya, ia harus berlari. Lututnya masih sakit dan terasa perih sekali. Pagi tadi saja ia sudah hampir tidak bisa menahannya. Apalagi harus mengitari lapangan kampus. Membayangkannya saja Winter sudah tidak sanggup.

Saat Winter masih berkelut dengan pikirannya, Jaemin memasukkan ikat pinggang itu pada lubang ikat pinggang rok Winter. Winter terkesiap. Ini sensasi aneh yang Winter rasakan. Winter dapat melihat dengan jelas wajah Jaemin yang dekat dengannya ketika Jaemin sedikit menurunkan kepalanya untuk memastikan ikat pinggang itu melingkar dengan sempurna. Winter juga bisa merasakan bahwa perutnya geli seakan ada kupu-kupu yang menggelitik. Ini pertama kalinya Winter sangat dekat dengan laki-laki.

DIVE INTO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang