Part 26 : Wae geuraesseo, Sunbae?

187 25 2
                                        

Mark saat ini membawa mobilnya menelusuri pinggir sungai Han. Sudah cukup lama ia berdiam dengan Winter, hanya sesekali terdengar isakan kecil gadis itu karena menangis sedari tadi. Winter masih bersandar di kursi penumpang sambil melamun menatap sungai Han. Jujur rasanya Mark ingin bertanya ada apa dengan Winter, dan siapa yang membuat Winter seperti ini. Tapi Mark harus sabar menunggu sampai gadis ini benar-benar tenang.

Mark memberhentikan mobilnya, melihat kearah Winter. "Kau mau turun sebentar? Mau menghirup udara segar?"

Winter akhirnya menoleh setelah daritadi membuang muka ke arah jendela. Mark sedikit terkejut karena wajah Winter nampak bengkak dengan mata merah yang sembab.

Winter mengangguk sedikit untuk menjawab Mark.

Mark lantas membuka pintu untuk turun segera, berinisitif ingin membukakan pintu untuk Winter. Namun gadis itu sudah lebih dulu keluar dari mobil.

Winter berjalan lemah kearah bangku yang disediakan di pinggir sungai dengan tatapan mata yang kosong. Membuat Mark segera menyusul gadis itu takut-takut kalau Winter terjatuh karna tidak ada tenaga sehabis menangis.

"Kau tunggu disini sebentar ya, aku akan kembali," ucap Mark setelah memastikan Winter duduk dengan aman.

Winter menghelah napas berat. Beberapa kali dirinya masih terisak, dadanya naik turun karena menangis tidak berhenti sepanjang jalan. Winter benar-benar tidak habis pikir kenapa Jaemin bisa-bisanya melakukan hal seperti itu. Winter benci sekali dengan penguntit. Di Korea, stalking adalah tuduhan serius, bahkan orang-orang tidak segan untuk memanggil polisi jika merasa diikuti oleh seseorang, seperti kriminal. Dan Jaemin melakukan itu kepadanya.

Padahal Jaemin sangat baik, dan perhatian padanya, tapi karena ia mengetahui bahwa Jaemin diam-diam menyuruh seseorang untuk memfoto semua kegiatannya, membuat Winter berpikir apakah selama ini kebaikan Jaemin hanya obsesi semata?

"Ini minum dulu."

Winter melirik minuman pemberian Mark, mengambil dan meminumnya. Teh chamomile yang masuk itu menghangatkan dirinya, ada sedikit rasa nyaman walau masih belum sepenuhnya tenang.

"Kalau kau mau cerita, cerita saja ya. Aku siap mendengarkan."

Winter terdiam menatap sungai Han di depannya. Mark juga menyeruput teh itu dan ikut menatap sungai Han. Mereka sama-sama hanyut dengan pikiran mereka sendiri.

"Menurutmu," setelah sekian lama Winter akhirnya berbicara. "Jaemin sunbaenim orang yang seperti apa, sunbae?"

Mark menoleh. Kaget dengan pertanyaan Winter.

"Menurutku? Yaa.. Walaupun mengesalkan, dia baik."

Winter kembali terdiam. Baik.. semua orang memang mengakui Jaemin adalah orang yang baik.

Tidak ada balasan, Mark mencoba memancing pertanyaan. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Ada masalah dengan Jaemin?"

Winter tidak menjawab, ia hanya menghelah napasnya. "Sunbaenim, bisa tolong antar aku pulang?"

Mark mengangguk. "Kajja," ajaknya sambil memegang kedua bahu Winter, menuntunnya ke mobil.

Masih dalam penuh pertanyaan Mark membukakan pintu mobil untuk Winter. Mempersilahkan Winter masuk lebih dulu. Ini aneh untuk Mark, kemarin mereka sudah diomeli dirinya karena bercanda saat meeting, nampak akrab dan dekat, tapi kenapa sekarang Winter menangis dan bertanya soal Jaemin seperti itu?

Oh? Kado perhiasan yang Jaemin bawa saat di caffe paman chenle kemarin? Untuk perempuan lain kah? Jaemin mencampakkan Winter kah?

"Sunbaenim..?"

DIVE INTO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang