Part 25 : Statement

273 20 2
                                        

Menjemput Winter sepertinya sudah menjadi rutinitas untuk Jaemin. Pagi ini, mobil Jaemin sudah terpakir di depan lobi apartemen Winter. Sebenarnya, mereka berdua tidak ada kelas pagi hari ini, hanya saja Jaemin ingin mengajak Winter untuk menyantap sarapan di sebuah coffee shop tempat kesukaan Jaemin.

"Loh, tumben sunbaenim bawa mobil ke kampus?" tanya Winter saat ia sudah masuk ke dalam mobil Jaemin.

Jaemin melirik Winter sebentar sambil tersenyum, ia lalu menjalankan mobilnya. "Lagi mau bawa mobil aja." Winter pun hanya mengangguk membalas.

Selama perjalanan mereka hanya berbincang singkat karena coffee shop yang Jaemin tuju tidak terlalu jauh dari apartemen Winter.

Mereka turun setelah Jaemin memarkirkan mobilnya. Berjalan menuju kasir dan Jaemin membiarkan Winter untuk memilih sarapan yang ia mau, lalu memberikan rekomendasi untuk menu kopinya. Coffee shop ini menjadi andalan Jaemin untuk menu kopi. Ntahlah, menurutnya pemilihan kopi dan aromanya menjadi juara selain merek terkenal yang berawalan bintang itu. Kalau makanan, Jaemin tidak mencoba banyak, mungkin seperti croissant dengan campuran daging serta salad dan cream sudah cukup untuknya. Makanya Jaemin membiarkan Winter untuk memilih apa yang ia inginkan saja.

"Sunbaenim sendiri suka kopi seperti apa?" Winter bertanya ketika mereka sudah duduk berhadapan di dekat jendela.

"Aku? Aku cukup minum americano. Hanya saja harus extra shot," jawab Jaemin. Ia lalu menunjuk seseorang di balik mesin kopi. "Dan barista di sini sudah kenal denganku, jadi mereka hafal sekali pesananku."

Winter mengangguk nampak bangga. Ntahlah, menurutnya Jaemin yang pendiam ini seperti punya banyak kenalan. Benar ternyata kata Jeno, relasi Jaemin tidak main-main. Pantas saja Mark mau menghampiri Jaemin, dan meminta pria ini kembali untuk menjadi ketua departemen.

Pesananpun akhirnya tiba. Winter memesan Burn Caramel Toast dengan Buttercream Tiramisu Latte sesuai dengan rekomendasi Jaemin. Dan Jaemin sendiri hanya memesan original glazed dan menu andalannya Ice Americano plus extra 8 shot.

"Kau mau coba?" tanya Jaemin menawarkan americano miliknya.

Winter memerima lalu meminum kopi itu. Setelah menelan hisapan pertama, mata Winter terpejam dengan erat. Wajahnya berkerut menahan rasa pahit yang luat biasa. Baru kali ini ia menyicipi kopi yang sama sekali tidak bisa ia nikmati.

Ia menatap Jaemin tidak percaya sambil menutup mulutnya. "Ya sunbaenim! Ini pahit sekali!"

Jaemin tidak menjawab, ia justru terkekeh melihat rekasi yang dikeluarkan oleh Winter.

"Kau.. yakin tidak apa-apa sunbaenim? Tidak masalah dengan perutmu sunbae?" tanya Winter dengan khawatir. Tentu saja, orang gila mana yang meminum kopi sepahit ini di pagi hari dengan perut kosong?

Jaemin menggeleng pelan, mengambil kopinya yang berada di atas meja. "Aku tidak apa-apa, sudah biasa kok."

Mata Winter melotot. "Ya! Jangan dibiasakan sunbae. Nanti kalau kau sakit bagaimana?"

Jaemin tersenyum. "Arraseo, akan ku kurangi kok."

Jaemin lantas meminum kopinya. Sedotan yang persis sekali Winter gunakan tadi. Winter menatapnya, menyadari suatu hal.

Ciuman secara tidak langsung.

Winter terbatuk seketika, dan rasa pahit yang tadi ditelannya kembali naik ke tenggorokan. Membuat batuknya menjadi lebih parah.

"Ya, gwaenchana?" tanya Jaemin sigap, memberikan minuman milik Winter. "Mau aku belikan minuman lain yang lebih manis?"

Winter menggeleng cepat. "A-ani sunbaenim. Nan gwaenchana," jawab Winter setelah meneguk minuman itu dan menyeka mulutnya dengan tisu.

DIVE INTO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang