part 18 : Stalker

433 64 12
                                        

Warning! (18+)

.
.
.

Winter berjalan keluar dari aula dengan langkah yang berat. Bukan karna Winter sedang malas, tapi karna Winter keluar sambil menarik kedua laki-laki yang masih belum melepaskan pegangan pada Winter.

Menjadi rebutan dua orang laki-laki hanya demi teman makan siang terlebih di depan banyak orang tidak membuat Winter bangga. Justru ia merasa sesak dan malu. Tentu saja, kalian ingat kan Jaemin dan Mark pernah bertengkar di kantin? Dan setelahnya Winter malah dilabrak oleh gadis-gadis tidak jelas. Ouh, kalau memang mau bertengkar lebih baik mereka berdua saja, jangan membawa dirinya. Ah tidak-tidak, mengingat Jaemin adu tinju dengan orang lain ternyata masih membuat dada Winter sakit, apalagi kalau melihat Jaemin benar-benar bertengkar, ah ia tidak mau hal seperti itu terjadi lagi.

Winter kini berhenti di koridor yang sepi. Napasnya sedikit tak beraturan setelah menarik kedua laki-laki yang lebih kuat darinya. Winter lalu menghadap ke arah mereka, menatap mereka satu persatu secara begantian.

"Lebih baik, kalian saja yang makan siang bersama," ucap Winter sambil mengaitkan tangan Jaemin dan Mark agar berpegangan.

"Nah kan, lebih baik seperti ini." Winter tersenyum puas. "Jangan bertengkar lagi ya." Winter menepuk tangan mereka berdua sebelum akhirnya ia melarikan diri dengan berjalan cepat.

"Winter-ah!" itu Jaemin, berteriak saat Winter sudah menjauhi mereka.

"Gara-gara kau!"

Jaemin mendelik mendengar Mark yang menyalahkannya. Enak saja, kalau dia tidak tiba-tiba datang, Winter pasti akan makan siang bersamanya.

Tatapan mata Jaemin yang tadi menatap sinis ke Mark kini turun melihat tangannya yang saling menggenggam dengan Mark. Mark pun ikut mengikuti arah pandang Jaemin, melihat kedua tangan mereka. Dan setelah menyadarinya tatapan mereka kini beralih menjadi jijik.

"Aish!" ucap Mark sambil menghempaskan tangan keduanya agar terlepas.

"Ouh," Jaemin mengusap-usap tangannya dengan cepat. "Aku harus mencuci tangan ini dengan kembang tujuh rupa kalau perlu."

"Ya! Memangnya kau pikir tanganku ini najis?" tanya Mark tak terima.

"Aku tidak bilang, kau saja yang berpikir seperti itu."  Jaemin masih mengusap kedua tangannya cepat sambil meniup-niup seakan menghilangkan sisa jejak tangan Mark pada telapak tangannya.

"Ucapanmu yang membuatku berpikir seperti itu."

"Ya berarti kau menyadari bawah tanganmu itu najis." Jaemin mengucapkan kalimat itu sambil berjalan menjauhi Mark.

"Ya!" teriak Mark memenuhi koridor. Mark berkacak pinggang, menghembuskan napas keras. "Aish anak itu benar-benar."

*

Siang ini tak banyak orang yang berada di ruang kelas. Bahkan karna hari ini ada jadwal interview kandidat bem, beberapa dosen jadi berhalangan hadir. Ntah maksudnya untuk mendukung agar para mahasiswa fokus pada seleksi itu, atau memang dosen tersebut berhalangan lain karna urusan lain.

Seorang gadis yang sedang duduk dipojok kelas itu kini merogoh ponselnya. Jemaringa meng klik salah satu aplikasi pada ponsel tersebut. Membuka aplikasi period tracker miliknya.

14 days late.

Gadis itu menghelah napas membaca tulisan yang tertera pada aplikasi tersebut.

Pas dua minggu gadis itu telat datang bulan.

Seharusnya ini menjadi hal yang bisa dan ia tidak perlu khawatir, karna itu baru telat empat belas hari. Banyak kan perempuan yang tidak beraturan tanggal datang bulannya? Hingga dua sampai bahkan empat bulan.

DIVE INTO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang