Siang ini Jaemin sudah berada di lobby apartemen Winter. Sesuai arahan Karina kemarin, Jaemin mencoba memberanikan diri untuk datang menemui Winter. Walaupun sebenarnya pikirannya juga bertaruh apakah Winter akan menemuinya atau tidak.
Tangan kiri Jaemin memegang kotak bekal berisikan makan siang untuk Winter. Ia sudah menyiapkan masakan yang ia buat sendiri untuk menghibur gadis itu. Sedangkan tangan kanannya merogoh saku jaket untuk mengambil handphonenya.
Jaemin tiba-tiba bergerak gelisah, nampak ragu. Sesekali ia melirik handphonenya, memikirkan apakah ia harus menelfon Winter untuk memberitahunya? Apakah Jaemin langsung naik menuju apartemennya? Tapi apa tidak semakin ingin Winter menampar wajah Jaemin jika ia tiba-tiba berada di apartemennya?
Jemari Jaemin mengetik nama Winter, mencoba menghubungi gadis itu terlebih dahulu. Tapi ntah kenapa ia justru kembali mengurungkan niat, takut Winter menolak panggilan Jaemin. Terlalu banyak rasa takut yang muncul dalam benaknya. Ia berusaha untuk melakukan apapun dengan hati-hati sekarang. Tidak ingin membuat Winter menjadi membencinya.
Matanya kemudian melirik bekal makan siang. Saat membuat sarapan tadi Jaemin teringat gadis itu, pasti Winter lelah sekali menangis karena ulah Jaemin sendiri. Mungkin usahanya ini bisa sedikit meluluhkan hati pujaan hatinya.
Kaki Jaemin akhirnya melangkah ke arah resepsionist, berencana menitipkan makanan untuk diberikan kepada Winter. Setelah penuh pertimbangan, Jaemin akhirnya memutuskan untuk menitipkan makanan itu dan membiarkan Winter makan tanpa harus memberi tahu itu darinya.
Jaemin mengerti jika ia tetap harus berusaha untuk meminta maaf dan membujuk Winter. Tapi Jaemin juga ingin memberikan waktu Winter untuk sendiri. Jaemin hanya takut gadis itu malah semakin pergi jika Jaemin terlalu mengejarnya.
"Jeogiyo.." ucap Jaemin kepada salah satu reseptionis tersebut.
"Ah, ne, annyeonghaseyo. Ada yang bisa dibantu tuan?" tanya reseptionis itu setelah menunduk kepada Jaemin.
Jaemin mengangkat kotak bekalnya dan menaruh diatas meja resepsionis. "Aku ingin menitipkan untuk penghuni lantai 5, kamar 507."
Reseptionis itu nampak terdiam sebentar. "Oh, penghuni kamar 507 baru saja keluar tuan."
Jaemin termenung sebentar. "Kemana?"
Jaemin bisa melihat pelayan itu menggeleng pelan. "Aku tidak tau tuan."
Helah napas Jaemin terdengar. "Baiklah, aku titip ini saja ya. Tolong pastikan dia menerima dan memakannya ya."
"Baik tuan."
"Ah," Jaemin berbalik badan sebelum ia melangkah jauh. "Bilang saja dari temannya, Karina."
*
Keesokan harinya, Jaemin melakukan hal yang sama. Ia datang kembali ke apartemen Winter dengan makanan yang berbeda. Kali ini dia membawa gimbab, lebih mudah dibuat dan rasanya dijamin enak. Ibunya pernah memuji kalau masakan Jaemin tidak pernah mengecewakan.
Jaemin mendatangi resepsionis untuk menitipkan makanannya lagi.
"Oh, annyeonghaseyo. Kau tuan yang kemarin ya, untuk penghuni 507?" tanya si resepsionis sebelum Jaemin menyapa.
"Ne," jawab Jaemin dengan senyum. Merasa senang resepsionis ini sudah mengenalnya. Jadi lebih mudah untuk berkomunikasi dengan Winter kedepannya. "Aku ingin menitipkan makanan lagi."
"Tapi.. penghuni 507 sepertinya belum pulang tuan. Makananmu yang kemarin masih ada," tunjuk pelayan itu ke meja penitipan.
Jaemin menoleh kaget saat melihat kotak bekalnya masih ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU
RomanceJAEMIN X WINTER Pertemuan pertama Jaemin, senior di fakultas seni dan tari dengan mahasiswa baru bernama Winter, membuat ia ingin selalu melindungi gadis ini. Bahkan, ia juga meminta seseorang untuk memata-matai Winter agar ia bisa tau kabar dari ga...
