Part 20 : Threat

211 30 6
                                    

"Kenapa kau ada disini?"

Jaemin menoleh saat Mark menghampirinya. Mereka kini sudah keluar dari ruang teater. Setelah menonton penampilan Winter, Mark yang juga melihat Jaemin berdiri di seberangnya memberi isyarat untuk mengajaknya keluar.

Dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam kantung celana, Jaemin menoleh. "Justru aku yang seharusnya bertanya kepadamu. Kenapa kau ada disini?" balik tanya Jaemin dengan penuh penekanan.

Mark mendengus. "Memangnya tidak boleh jika aku melihat calon pacarku sendiri?"

"Calon pacar? hah museun," balas Jaemin dengan wajah penuh ledekan.

"Kenapa Na? Tidak terima dengan fakta yang ada?"

Jaemin menyeritkan dahinya.

"Kau boleh ambil Winter untuk menjadi sekertaris departemenmu. Tapi kau tidak bisa ambil dia untuk menjadi milikmu."

Mata Jaemin kini berubah serius setelah mendengar ucapan Mark. Teman, tidak. Jaemin tidak tau apakah Mark masih bisa ia sebut teman. Tapi pria ini memancing amarahnya kembali.

Mark mengambil satu langkah, mendekat ke arah Jaemin. "Jangan cari gara-gara denganku, Na. Ingat, kau tak akan pernah menang."

Setelah menepuk pundak Jaemin, Mark melangkahkan kakinya pergi.

Tinju Jaemin masih terkepal. Jika ia tidak menahan egonya, mungkin tinju itu sudah melayang ke wajah Mark saat itu juga.

***

Sore ini seluruh ketua departemen berkumpul di ruang Bem. Mereka tengah berdiskusi mengenai pelantikan dan pengumuman penerimaan anggota bem yang akan diumumkan besok pagi.

"Info dari akademik pusat pelantikan diadakan hari apa?" tanya Chenle sambil mengamati kalender yang tertera pada meja ruang bem.

"Hari rabu besok, bersamaan dengan bem universitas," jawab Jeno tapi matanya fokus dengan laptop yang ada dihadapannya.

"Barengan?" tanya Chenle lagi. Kini ia mendekat ke arah Jeno.

"Kemarin aku konfirm dengan akademik fakultas," ucap Mark mencoba menjelaskan. "Jam 8 pelantikan bem univ dulu. Setelah selesai, jam 10 serempak pelantikan bem seluruh fakultas."

Chenle mengangguk. Baru saja ia ingin membuka mulutnya, pintu bem tiba-tiba terbuka dengan keras.

"Ya! Ya! Ya! Yeorobeundeul!"

Semua menoleh saat Haechanlah pelakunya.

"Ya! Lee Haechan! Kau mau ganti rugi kalau pintu itu rusak? pelan-pelan saja!" tegur Jeno dengan sebal.

"Ani.." Haechan bergerak gelisah. "gawat guys, gawat!"

"Ya ya ya! Diam dulu, baru bercerita!" Jaemin yang sedaritadi hanya diam tiduran di sofa, kini duduk dan menatap marah Haechan karna membuat semua orang panik.

"Ada info, kalau bem universitas bakal ngebatalin pelantikan kita."

Pernyataan Haechan itu membuat semua orang kaget.

"Ya! Apa maksudmu?!" Mark berdiri, kaget.

"Kau tau darimana?" tanya Chenle.

Haechan menghelah napas, mendekatkan diri kepada mereka, "Sebelumnya, sori Jaem, mungkin kabar ini buruk buatmu."

"Buruk buat kita," tegas Jeno.

"Ara ara, buruk buat kita. Tapi ini lebih buruk lagi Jen." Haechan kembali menghelah napas. "Mereka mau menggagalkan pelantikan kita, karna Jaemin lolos sebagai ketua departemen."

DIVE INTO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang