Belum seribu, sedih banget 😭
Aku terlalu pede banget ya sampai ngasih target?Tapi karena aku sayang dan rindu komenan kalian, jadi aku update 🙌
Happy Reading
Sepulang sekolah, Tama diseret paksa oleh Iyan dan Arif ke arah gudang. Tama sempat memberontak, tapi hal tersebut semakin menyulut emosi kedua lelaki itu.
Sambil memegangi Tama layaknya tawanan, mereka mengikuti langkah Max yang berjalan dengan gagah di depan. Sedangkan di bagian belakang ada Sakti dan Eka, yang berjaga-jaga agar Tama tidak melarikan diri.
Begitu masuk ke gudang, Iyan dan Arif mendorong tubuh Tama dengan keras hingga terjerambab di lantai. Belum lagi dia bangkit kakinya sudah di tendang oleh Sakti.
"Lo yang ngaduin kita tadi pagi, kan?"
Tama meringsek pada dinding sembari memeluk tas. "Bukan."
"ALAH! BOHONG LO BANGSAT!" sekali lagi Sakti melayangkan tendangan.
"Kita udah peringatin lo buat gak ngadu apapun ke guru," ujar Arif mencondongkan badan di depan Tama kemudian menepuk pipi teman sekelasnya itu. "Lo tahu akibatnya, Tama."
"Gue gak ngadu. Bukan gue," meski takut Tama berusaha menjawab tuduhan itu.
Bukannya terbebas karena sudah mengatakan yang sebenarnya, Tama malah semakin dihujani pukulan dan tendangan tanpa ampun.
"Anak pembunuh kaya lo tuh gak usah sok ngadu. Lo pikir bakal ada yang belain lo? Guru-guru itu disumpel duit sama bokap gue juga bakal kicep."
Semua perkataan Iyan benar. Tidak akan ada yang membela dan menolong Tama walau selalu dirundung. Kalaupun melaporkannya pada guru, mereka hanya akan menganggapnya angin lalu.
Dan para pelaku bully terbebas dari hukuman karena sokongkan dana dari belakang. Lalu mengapa mereka tetap merundung Tama meski tahu tidak akan dihukum karena diadukan?
BUGH!
BUGH!
Tama terbaring di lantai dengan posisi meringkuk dan tangan yang melindungi kepalanya. Membiarkan sekujur tubuhnya ditendangi begitu keras hingga membuat badannya sakit sampai ke tulang.
Sementara itu, Max dan Eka hanya menonton kejadian tersebut sambil duduk santai di atas meja bekas penuh debu. Asap rokok yang keluar dari hidung dan mulut Max membumbung di udara. Sangat menikmati hiburan di depan matanya.
"Max," Eka menyenggol lengan lelaki itu. "Kata Karno yang lapor ke Bu Ismi itu guru baru," katanya sembari menunjukan isi pesan dari Karno di ponselnya.
Max membaca kalimat yang tertulis tanpa minat, kemudian mengangkat alisnya bingung. "Guru baru?"
"Iya. Kayaknya yang tadi pagi kita lihat di depan gudang."
Kepala Max mengangguk-angguk. Pantas saja sudah berani mengadu. Tentu saja guru itu belum tahu siapa Max.
Ketiga anak buahnya belum berhenti menyiksa Tama yang sudah terkapar tak berdaya. Terlihat sangat pasrah dengan semua kelemahannya.
Semua tahu betul kalau Tama tidak akan pernah melaporkan perbuatan kejam mereka pada siapapun, terlebih pada guru. Sebab tidak akan ada yang percaya dengan perkataan dari anak seorang pembunuh.
Lima belas menit berlalu. Pelan tapi pasti Max melangkah menghampiri Tama yang sudah lusuh dan babak belur. Eka dan Sakti langsung menyingkir. Begitu juga Arif yang mundur memberi ruang untuk lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four : FALLEN (Selesai)
Tajemnica / Thriller#Four Series Book 2 Baca terlebih dahulu FOUR [Angel With a Shotgun] SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA _________ Hidup Gianna di-reset. Setelah meninggalkan pekerjaan sebagai pembunuh bayaran dan menikah dengan sang kekasih, kehidupan Gianna berjalan norma...