Fallen - 6

11.5K 2.6K 1.2K
                                    

Happy Reading

Dering ponsel yang terus berdengung membuat Gianna buru-buru mematikan kompor dan menyambar benda pipih itu.

Bibir nya berdecak melihat nama pemanggil yang tertera di layar. Sudah tahu apa tujuan dan maksud orang itu menelponnya. Walau jengah, Gianna tetap menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Apa?" todong Gianna langsung.

"Zero menanyakanmu lagi. Kau tidak mau mempertimbangkannya?"

"Ck. Ini sudah yang sudah ke berapa kau bicara begitu, One," decak Gianna sebal. "Aku tidak bisa kembali. Atau mungkin — belum bisa."

Terdengar helaan nafas di seberang. "Baiklah. Pikiran lagi."

One mematikan telepon sepihak, membuat Gianna mendesah panjang. Kedua tangannya menumpu di meja pantri dengan resah.

Sudah kesekian kali One menghubungi Gianna hanya untuk membujuk gadis itu agar mau kembali bekerja untuk Zero. Dan Gianna masih menolaknya.

Sejujurnya Gianna merasa tidak enak pada Zero. Selama ini hidupnya banyak bergantung pada pria itu. Bagi Gianna, hubungan mereka bukan hanya sekedar atasan dan bawahan. Tapi sudah seperti keluarga.

Sekali lagi Gianna menghela nafas. Kemudian melirik jam dinding, sebelum akhirnya berjalan keluar rumah. Dia harus mengambil paket yang sudah menumpuk di teras depan. Sejak kemarin dia terlalu malas untuk membawanya masuk.

Sampai di depan, ada sekitar 5 box dan sebuah surat yang ditumpuk menjadi satu. Dengan sekali angkut, Gianna membawa semuanya ke ruang tamu.

"Surat apa ini?" Gianna menelisik surat beramplop biru. Sangat polos dan tidak ada nama pengirim.

Penasaran dengan isinya, hati-hati Gianna membuka perekat agar amplopnya tidak rusak. Setelah terbuka, Gianna menarik secarik kertas yang terlipat.

I found you.

Sekali lagi Gianna membaca tulisan di kertas itu. Hanya 3 kata dalam satu kalimat. Kedua alisnya menyatu, sedikit bingung harus bereaksi seperti apa.

Kembali Gianna mengecek amplop pembungkus surat tadi. Benar-benar bersih. Nama penerima pun tidak tertera.

"Orang iseng," decak Gianna menyimpulkan lalu membuang surat tersebut ke tempat sampah setelah meremasnya.

Jam menunjukan pukul 6 pagi. Buru-buru Gianna menyiapkan makan pagi sebelum El selesai mandi agar mereka tidak terlambat.

Sarapan siap, bersamaan dengan El yang keluar dari kamar dengan setelan kemeja yang membalut tubuh tegap nya.

"Nanti aku lembur lagi," ujar El sembari menarik kursi.

Melihat wajah lelah sang suami, Gianna berinisiatif mengecup pipi nya. "Semangat. Sekarang makan yang banyak biar kuat kerja."

Duduk di kursi, lagi-lagi ponsel Gianna yang berada di atas meja bergetar. Lekas Gianna mengambil untuk mengeceknya.

Gianna tertegun kala membaca satu pesan masuk yang dikirim oleh nomor tidak dikenal. Isi pesan tersebut sama persis dengan kalimat yang ada di surat tadi. Benar-benar sama.

Apa maksudnya?

Ah, bukan. Tapi siapa pengirimnya?

***

"Eh, gosip itu beneran?"

"Serius? Tama nembak Samantha?"

"Iya. Tadi gue denger Samantha lagi maki-maki Tama gara-gara dia nembak di depan kelas."

Four : FALLEN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang