Fallen - 14

9.4K 2K 556
                                    

Maaaaafkan sayaaa telat updateee 😭
Banyak hal yang bikin aku lambat nulis nyaa 🙏

Nggak ding, gara-gara gue keasikan scroll tiktok anjirrrrrr 🔪

_______

Happy Reading

Hari terasa panjang. Atau mungkin karena dalam suasana duka, waktu seolah berjalan lebih lambat.

Di saat seperti ini, tiba-tiba Gianna memikirkan Arthur. Sudah beberapa tahun ini dia tak menjenguk tempat sang adik. Mungkin nanti dia harus meminta izin pada El untuk pergi pulang ke Georgia.

Setengah jam yang lalu Gianna baru menyelesaikan hukuman pada Saka dan Feri. Dan sekarang wanita cantik itu tengah melamun di sela-sela kegiatannya membereskan buku-buku di ruang BK.

Sekolah akan mengambil libur panjang sampai waktu yang belum ditentukan.

Peristiwa aneh yang terjadi akhir-akhir ini membuat Gianna kehilangan fokus. Apalagi setelah sang peneror kotak biru menelponnya tadi siang.

Datanglah ke pelabuhan. Sendirian. Aku akan memberitahu mu semuanya.

Kira-kira seperti itulah permintaanya. Hell! Gianna tidak akan pergi. Bukan karena takut, tapi Gianna tidak bisa mempercayai siapapun. Namun kemudian Gianna memikirkannya lagi. Pasalnya orang itu memegang semua rahasia miliknya, sekali dibongkar bisa saja hidup Gianna kembali seperti dulu kala.

Mungkin jika Gianna diharuskan kembali ke dunia gelapnya, Gianna masih bisa menyesuaikan diri. Tetapi bagaimana dengan El?

Alasan Gianna berhenti menjadi pembunuh bayaran bukan karena semata-mata dia ingin hidup tenang, melainkan Gianna tidak ingin membiarkan orang-orang terdekatnya masuk dalam bahaya.

Gianna tidak ingin El terseret dalam kehidupannya yang brutal.

Usai berbenah, Gianna bermaksud untuk berpatroli keliling sekolah. Memastikan bahwa para siswa sudah kembali ke rumah masing-masing.

Sementara itu, di taman belakang sekolah, Max masih duduk dengan sebatang rokok di sela bibirnya yang pucat. Lelaki itu sendirian. Dalam kesedihan yang tak bisa ia tunjukan.

Kepergian tiga sahabatnya sekaligus, mau tak mau membuat Max sedikit terguncang. Hatinya yang sekeras batu, perlahan terkikis oleh rasa kehilangan.

Walau mereka adalah sekumpulan anak nakal, bejat dan kadang tak manusiawi, nyatanya mereka bisa bersatu karena punya latar belakang masalah yang sama. Masalah keluarga.

Max lebih sering menghabiskan waktu bersama ke empat sahabatnya daripada di rumah. Bagi Max, sahabat adalah rumah keduanya.

Tadi Arif sudah lebih dulu pulang. Arif tahu, meski Max terlihat cuek, tapi sebenarnya Max sangat perduli pada mereka semua. Jadi Arif memberi ruang untuk Max agar bisa menyelami kesedihannya.

Sudah hampir dua bungkus rokok habis, tapi Max belum mau berhenti. Biarlah paru-parunya kehilangan fungsi. Toh, sudah tidak ada lagi yang peduli dengan dirinya. Baik sahabat, maupun keluarganya sendiri.

Namun, walau sedih, Max tidak bisa menangis. Terakhir kali Max membuang air mata, saat kedua orang tuanya bercerai dan sang mama lebih memilih meninggalkannya.

Hidup bersama papanya, menjadi mimpi buruk tersendiri bagi Max. Dan di kala mimpi itu datang, Max akan berlari mencari para sahabatnya.

Tapi sekarang Max sudah tidak punya siapa-siapa pagi. Sumber kekuatannya sudah lenyap. Dan Max yakin, jikalau Arif merasakan hal yang sama.

Four : FALLEN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang