Fallen - 25

7.9K 1.2K 116
                                    

Hai sebelumnya aku mau mengingatkan kalian untuk selalu menjadi pembaca yang baik, ya.

Aku mau bahas soal keluhan bberapa dari kalian soal bab 23 yang aku upload di Karyakarsa. Aku paham gak semua orang mau repot2 bayar buat baca cerita atau ga semua orang punya uang, tapi aku harap kalian gak sampe ngatain authornya, ya.

Aku gak maksa kalian buat baca ceritaku, apalagi bayar. Yang mau alhamdulillah, yang gak mau juga gpp. Harapanku cuma kalian bisa lebih menghargai dan mengapresiasi setiap author. Baca di Wattpad banyak yang GRATIS, kan?
Nah, cobalah belajar menghargai dengan vote dan komen. Gak susah kan?

Kenapa aku ngomong begini? Karena kemarin ada yang komen di bab 23 katanya ribetlah berbayar dan dia bilang gapunya uang. Gak punya uang sama gamau diribetin itu beda ya.

Dan yang bikin aku tambah WOW sama dia tuh, setelah dia komen begitu, tiba2 dia spam vote dari bab pertama sampai yang terbaru. Ini jadi bukti kalau selama ini dia baca Fallen gak pernah vote. Udah baca GRATIS, gak vote, sekalinya komen ngatain aku ribet 😭

But aku berterima kasih karena dia akhirnya mau vote, thanks to you yaaa 🥰

Aku marah? Nggak
Lebih ke keki.
Jadi gini rasanya.....,

Mungkin kesannya aku baper, whatever kalian mikirnya gimana, tapi aku berusaha jujur kalau aku gasuka komen dia.

So, guys inti dari cerita gue ini.
HARGAI DAN APRESIASI PENULIS.

Love you guys 🥰
Maaf kalau ada kata2ku diatas yang menyinggung dan kurang pantas 🙏

Happy Reading

Hari yang melelahkan bagi Gianna, bahkan ketika wanita itu tak melakukan apapun. Kepala Gianna semakin sering pusing memikirkan banyak hal. Akhir-akhir ini kehidupan Gianna bertambah rumit dan penuh pertanyaan. Bahkan Gianna sudah tak bisa mempercayai siapapun. Mungkinkah ini karma atas perbuatannya di masa lalu?

Dengan rambut yang masih setengah basah karena baru saja keramas, Gianna pergi ke dapur mengambil soft drink di lemari es. Kemudian wanita itu pergi ke kamarnya di lantai atas. Tubuhnya sedikit lemas sebab sejak tadi siang Gianna dilanda rasa mual setiap mencium bau makanan, alhasil Gianna tak bisa makan apapun, selain dua potong cake tadi sore.

Duduk di sofa balkon, Gianna bisa melihat jelas langit Jakarta yang kelam. Bintang tak terlihat sedikitpun. Seolah mendukung perasaan Gianna yang kini kelabu. Sudah dua hari Gianna kembali ke Jakarta, kembali ke rumahnya.

Dalam kekosongan, Gianna termenung sembari menikmati sekaleng coke. Beberapa kali wanita berambut pirang itu mengesah nafas, sebab dada nya sesak oleh sesuatu yang kasat mata. Gianna meraih bungkus rokok dan menyalakan pematik. Di saat seperti ini, kebiasaan merokoknya muncul lagi. Gianna butuh pelarian akal, setidaknya agar dirinya tidak gila.

Sambil menyesap rokok, Gianna membuka-buka galeri di ponselnya. Gianna tidak menyangka jika rasa rindunya pada El semakin mendera ketika sampai di rumah ini. Gianna ingin menangis, ingin menumpahkan segala rasa yang menyandera hatinya, tapi tak bisa. Menangis karena merindukan seseorang jarang terjadi dalam hidup Gianna. Jemari Gianna terus menggeser satu persatu foto El dan beberapa potret kebersamaan mereka.

Lalu Gianna teringat dengan pesan yang dikirimkan One. Padahal Gianna ingin menjauh darinya. Gianna tidak ingin percaya pada One begitu saja setelah pria itu ikut bersengkokol membodohinya. Namun sialnya, Gianna merasa bahwa El akan aman jika bersama One. Entah apa yang direncanakan Zero, Gianna tahu jika pria berdarah dingin itu tidak akan menyakiti El.

Four : FALLEN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang