Fallen - 7

11.1K 2.4K 1K
                                    

Happy Reading

"Mundur lima langkah. Dan saya akan mengangkat Max."

Iyan, Arif dan Sakti langsung menuruti perintah Gianna. Mereka merasa sedikit terancam dengan aura yang Gianna pancarkan. Walau wanita itu mengucapkan dengan nada datar dan nampak santai, namun hal itu malah terkesan mengerikan.

Tinggal Eka yang masih diam di posisinya. Laki-laki itu menatap sengit pada Gianna yang melihatnya dengan alis terangkat.

"Ayo mundur," titah Gianna sekali lagi kemudian menunjuk Max di bawah sana. "Atau Max bakal jatuh. Gapapa sih, kalau memang itu mau kamu."

Kedua tangan Eka terkepal di sisi tubuh. Dengan berat, ia mengambil langkah mundur menyadari bahwa Gianna tidak akan main-main dengan ucapannya.

"Sekarang balik badan."

"Ck. Ribet banget anjing," maki Sakti.

"Turutin dulu aja. Kita lihat apa yang bakal dia lakuin," ujar Iyan mengingatkan Sakti yang sudah terselubung emosi.

"Gue takutnya pas kita balik badan, Max malah koit di bawah," ucap Arif sedikit berbisik.

"Waktu kalian gak banyak. Kayaknya Max udah lelah gelantungan di bawah sana," suara Gianna kembali mengambil atensi ke empat lelaki itu.

"WOI CEPET TURUTIN DIA, BRENGSEK," Max berteriak memaki. Tangannya sudah sangat sakit. Belum lagi sedikit licin karena telapak tangannya terus memproduksi keringat secara berlebihan.

Max sedikit heran kenapa Gianna bisa sangat kuat menahan tubuhnya dengan satu tangan. Di wajahnya juga tak terlihat ekspresi kesakitan.

Mendengar suara serak Max, mau tidak mau Eka dan yang lain memutar tubuh ke arah lain. Membelakangi posisi Gianna.

Serbersit senyum terulas di bibir Gianna lalu tanpa buang waktu dia mengangkat Max dengan satu kali tarikan hingga laki-laki itu bisa menggapai puncak tembok. Buru-buru Max menaikan kaki dan menggulingkan tubuhnya. Dia tidak ingin berlama-lama bergelayut di bawah sana.

Sambil mengatur nafas, Max menatap Gianna yang tersenyum remeh. Pembalasan harus segera diberikan, sialnya tangannya masih gemetaran.

Berniat memanggil teman-temannya, tiba-tiba kaki Max di tendang dari belakang. Membuat lututnya lemas dan jatuh bersimpuh. Belum sempat membuka suara, sekal lagi Max mendapat serangan. Gianna memukul tengkuk Max hingga laki-laki itu jatuh tak sadarkan diri.

"Lemah," Gianna berdecih sambil menendang pelan tubuh Max di bawahnya. Kemudian ia berseru pada keempat anak nakal itu. "Hei kalian. Lihat sini!"'

Serentak mereka kembali membalikan tubuh dan seketika menganga mendapati Max tergeletak pingsan di dekat kaki Gianna.

"MAX!" Eka mencoba memanggil temannya itu namun tidak ada respon. "Sialan. Lo apain dia?"

Mata Gianna menyipit karena sinar matahari siang cukup menyilaukan. "Gak saya apa-apain. Mungkin dia takut ketinggian makanya pingsan."

"Anjing," umpat Sakti yang langsung menerjang Gianna.

Diantara mereka berempat, Sakti adalah orang yang paling mudah emosi. Pukulan melayang, tapi dengan mudahnya Gianna menangkis. Kemudian wanita itu memelintir tangan Sakti dan membawanya ke belakang punggung.

"Argh," erang Sakti kesakitan.

Eka menyusul maju. Dengan posisi memegangi lengan Sakti, Gianna melancarkan tendangan samping hingga tubuh Eka terhuyung.

"Brengsek," Eka tidak menyangka bahwa guru BK nya bisa bela diri.

"Oh, come on. Masa baru ditendang begitu sudah oleng?" Gianna tersenyum meremehkan.

Four : FALLEN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang