Selamat tanggal 3 Januari ✌️
Semangat ya meski hari ini Senin 🤪_________
Happy Reading
Jakarta, Indonesia
Rumah Sakit Harapan KitaSudah satu minggu Max terbaring di ranjang pesakitan. Lelaki itu sudah bisa berbicara meski mulutnya masih kaku dan sakit jika digerakan. Sedangkan tangan kanannya di gips.
Selama satu minggu itu pula, orang tua Max tak sekalipun menjenguk nya. Walau semua biaya administrasi tetap di urus oleh sang papa. Beberapa pesan yang Max kirimkan ke mama nya pun tak dibalas.
Hari demi hari Max lalui dengan merenungi nasib serta kesalahan-kesalahannya di masa lalu. Kemungkinan semua ini terjadi sebagai bentuk karma akan perbuatan jahatnya.
Sesekali Arif datang untuk melihat keadaan Max. Sejujurnya kondisi Arif juga tidak baik. Ketika menemui Max di rumah sakit, Arif menceritakan segalanya. Dimana sebenarnya Arif ada di tempat kejadian.
Sebelum Max datang, Tama sudah lebih dulu memanggil dan menyiksa Arif. Sedikit menyakitkan karena Tama memotong ibu jari dan telunjuk Arif. Nyaris kehabisan darah, akhirnya Arif pingsan.
Menyadari korban tak sadarkan diri membuat Tama menghentikan permainan pada Arif. Karena penyiksaan tidak akan menyenangkan jika tidak ada suara jeritan kesakitan. Lalu tak lama, Max datang sehingga Arif terlupakan.
Beruntung Arif terbangun kala api belum merembet mengenai dirinya yang tergeletak tak jauh dari tempat Tama dieksekusi. Berjuang sendiri, akhirnya Arif berhasil keluar dari gedung sekolah dan segera berlari ke rumah sakit.
"Tama bener-bener jadi abu," ucap Arif serius. "Polisi bahkan sampai kesusahan ngenalin mayat yang sisa tulang itu."
"Lo cerita apa aja ke polisi?" tanya Max penasaran.
"Dari awal. Gue juga cerita kalo pembunuh Sakti dan Eka itu Tama."
"Dan mereka percaya?"
Kepala Arif menggeleng lemah. "Gak ada bukti yang kuat. Handphone Tama juga ikut kebakar."
"Pasti ada memori card nya, kan?"
"Gak ada juga."
Max mengesah pelan. "Lagian udah percuma. Tama udah mati. Meski dia pelakunya, hukum gak bisa berbuat apapun."
"Lo gimana? Jawab apa pas diinterogasi polisi?"
Bola mata Max bergulir dari Arif dan beralih memandang langit-langit ruangan berwarna putih. "Sama. Gue juga cerita semuanya dari awal — sampai akhir."
"Beneran lo yang bakar Tama?" tanya Arif memastikan.
"Bukan. Sebenernya ada orang yang nolongin gue, Rif. Cuma...," Max menjeda dengan ragu. "Gue gak tahu dia siapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Four : FALLEN (Selesai)
Mystery / Thriller#Four Series Book 2 Baca terlebih dahulu FOUR [Angel With a Shotgun] SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA _________ Hidup Gianna di-reset. Setelah meninggalkan pekerjaan sebagai pembunuh bayaran dan menikah dengan sang kekasih, kehidupan Gianna berjalan norma...