Extra Chapter

6.2K 354 73
                                    

Haiiiii semua? Udah lama banget gak, sih?

Banyak dari kalian yang dulu minta extra chapter, so here we go 🥰

Mungkin aku bakal bikin 1 atau 2 atau 3, tapi pelan-pelan yaa soalnya ada cerita yang lagi aku tulis juga.

Jadi waktunya gantian hehe.

Happy reading

Matahari belum tinggi. Sinarnya yang hangat menyirami kehidupan manusia di bumi. Di belahan dunia, tepatnya di Georgia, Amerika serikat, seorang anak manusia tengah menikmati hidupnya yang sedikit lebih ekstrim ketimbang anak seusianya.

Jika di hari weekend, anak-anak umur 10 tahun akan pergi berlibur bersama keluarga, atau bermain bersama teman sebaya, dan mungkin membangun petualangan bersama, tetapi bagi Grizella, akhir minggu adalah waktu untuk berlatih.

Dor Dor Dor

Tiga tembakan melesat dalam satu kali tarikan nafas. Keahlian yang jarang yang dimiliki oleh anak-anak di bawah umur. Grizella tersenyum miring begitu semua botol yang menjadi targetnya hancur. Gadis itu menurunkan pelindung telinga dan kembali mengisi peluru ke dalam pistolnya. Baru saja ia ingin kembali beraksi, sebelum ekor matanya menangkap siluet seorang dari sedang berjalan ke arahnya.

Grizella menoleh dan tersenyum lebar. "Uncle Zero," panggilnya sembari melambaikan tangan.

"Hei," balas Zero saat Grizella berlari ke pelukannya.

Grizella melerai pelukan dan mendongak karena tinggi tubuh mereka yang berbeda. "Kapan kembali?"

"Beberapa jam yang lalu." Zero tersenyum hangat kemudian menyuruh Grizella kembali memakai penutup telinganya dan mengedikan dagunya, memberi isyarat pada gadis itu untuk menunjukan kemampuannya.

Dengan patuh, Grizella menurutinya dan tanpa ragu membidik papan target dalam hitungan detik. Tentu saja Zero sudah tahu kehebatan gadis itu, karena sejak Grizelle umur 5 tahun, dirinya lah yang mengajarinya.

Tanpa sepengetahuan orang tua anak itu, Zero diam-diam mengenalkan Grizelle pada macam-macam senjata kemudian mengkontaminasi otaknya dengan banyak cerita hebat tentang dunia gelap. Sehingga dengan sendirinya Grizelle yang meminta Zero untuk mengajarinya cara bertarung.

"Kemampuanmu naik pesat," puji Zero jujur.

"Tentu. Mom melatihku cukup keras," jawab Grizelle yang kemudian menyudahi sesi latihannya dan kembali menuju rumah, diikuti Zero. "By the way, lain kali apa aku boleh ikut Uncle pergi bisnis? Rasanya sia-sia aku berlatih tapi belum pernah mencobanya langsung di lapangan."

"Hmm...," Zero nampak berpikir. Sebelum menjawab, pria itu melihat Gianna datang dari depan rumah. "Sure, but let's ask your mom first."

Grizella menyambut ibunya yang baru pulang dari berbelanja. "Mom, ada Uncle Zero."

"Hei."

Zero dan Gianna saling berpelukan sebagai bentuk sapaan. Sudah hampir 2 bulan mereka tidak bertemu karena Zero yang pergi ke New York. Begitu pelukan terurai, Zero memiringkan kepala guna mendapati siluet One yang baru saja menutup bagasi mobil dengan banyak kantong belanja di tangannya.

One yang melihat keberadaan Zero, melepas kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, kemudian berjalan memasuki rumah.

"Hei, Black," sapa Zero yang dibalas dengan anggukan oleh pria Amerika itu. "How you doing?"

"Seperti yang kau lihat," jawab One singkat sembari meletakan belanjaanya di atas meja makan.

"Apa kau akan lama di sini?" Gianna mengambil softdrink dari lemari es dan memberikannya pada Zero, pandangannya beralih pada Grizella yang mencomot sebutir apel dari kantong.

Four : FALLEN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang