Fallen - 3

13.3K 2.5K 849
                                    

Pren, tidak ku sangka kalian sangat mengenal Gianna wkwk 😂

Tapi sesuai apa yang aku tulis di cover, banyak hal di luar ekspetasi yang akan tersaji di season ini.

So, selamat menikmati.

_____________________

Happy Reading

Feri dan Saka mengikuti Gianna ke lapangan sambil terus menggerutu. Bekas jus jeruk yang masih menempel membuat wajah mereka lengket. Dan Gianna tidak memberi kesempatan untuk mereka membersihkan diri.

Mereka menatap sengit pada punggung Gianna. Akibat perkelahian, pipi Saka lebam kebiruan. Sedangkan Feri berdarah di bagian hidung dan bibir. Meski sama-sama membenci guru BK, hal itu tidak membuat mereka jadi akur.

Tiba di lapangan, Gianna menatap tajam kedua siswa tersebut kemudian menghela nafas pelan.

"Kalian hormat sama bendera sampai jam istirahat selesai. Lalu jangan sampai berkelahi lagi."

Tanpa berkata apapun, Feri berdiri menghadap ke tiang bendera diikuti Saka. Terus terang Gianna sedikit terkejut melihat mereka yang begitu patuh dan menerima hukuman tanpa melawan.

Cukup bersyukur bahwa siswa disini masih mau mendengarkan gurunya meski kebadungan mereka ada di atas rata-rata.

Memastikan kedua siswa nakal itu diam menjalani hukuman, Gianna memutuskan untuk kembali ke ruangannya. Di pintu ruang BK, ia berpapasan dengan Bu Ismi yang hendak keluar.

"Gimana Feri sama Saka, Bu?" tanya Bu Ismi sembari membenarkan letak kacamatanya.

"Sudah selesai, Bu. Mereka sedang saya hukum," jawab Gianna sembari tersenyum manis seolah menunjukan pada Bu Ismi jika Gianna berhasil menyelesaikan permasalahan meski baru bekerja dua hari.

"Oh ya? Di hukum apa?"

"Hormat bendera di lapangan."

Bu Ismi memiringkan tubuh untuk melihat ke arah lapangan karena terhalang oleh tubuh Gianna. Tapi kemudian dia menurunkan sedikit kacamatanya dan mengernyitkan dahi. "Gak ada tuh. Di lapangan mana, Bu?"

Gianna membalikan tubuh dengan cepat. Dan benar. Lapangan itu kosong. Tidak ada siapapun. "Mereka kabur?" tanya Gianna lirih.

"Sudah biasa mereka seperti itu," Bu Ismi geleng-geleng kepala.

"Biar saya cari mereka."

"Gak perlu. Biarin aja. Yang penting udah gak berkelahi, kan?" ujar Bu Ismi membuat Gianna menatapnya tak suka. "Saya ada diklat. Jadi tidak ada ditempat sampai siang. Kalau ada apa-apa tolong di bantu ya, Bu Rose. Saya pergi dulu."

"Baik. Hati-hati, Bu," Gianna mengantar kepergian Bu Ismi dengan senyuman manis. Tapi senyuman itu langsung luntur setelah Bu Ismi sudah tidak lagi terlihat.

Sebelum masuk ke ruangan, sekali lagi Gianna menatap lapangan kosong itu dengan pandangan rumit.

Sialan.

***

Jika hari-hari biasanya kelas XII IPS 5 berisik walau ada guru yang mengajar, maka saat jam kosong kelas itu berubah menjadi ruang antah berantah. Gaduh. Ramai. Dan terkadang tidak terkendali.

Seperti sekarang. Murid-murid sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang main game, mengobrol, tidur, menyanyi hingga mem-bully di dalam kelas.

Four : FALLEN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang