2. AWAL KEDEKATAN

3.2K 206 19
                                    

2.
AWAL KEDEKATAN

Masih dengan "katanya". Katanya, laki-laki yang senang mengganggu perempuan yang sama setiap hari itu karena laki-laki tersebut sedang jatuh hati pada perempuan itu. Perempuan itu sudah berhasil menarik perhatiannya tanpa permisi.

•••

Matahari mulai menampakkan sinarnya di pagi hari. Sisa air hujan semalam hanya menyisakan hawa sejuk yang menenangkan. Orang-orang kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Menyibukan diri dengan berbagai macam pekerjaan yang sangat memusingkan bagi sebagian orang.

Senja melajukan motor Scoopy hitamnya menuju ke sekolah bersama Rain yang duduk di belakang. Selama perjalanan, tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Senja fokus menyetir motor, sedangkan Rain sibuk memerhatikan jalanan yang terlihat masih sepi. Sebentar lagi pasti macet, pikirnya.

Akhirnya, mereka tiba di parkiran SMA Eternity yang sudah terlihat ramai. Rain turun lebih dulu, lalu diikuti oleh Senja yang juga ikut turun. Kemudian, mereka melepaskan helm yang dikenakan dan menggantungkan kedua helm tersebut pada spion motor.

"Gue duluan, ya, Senja," pamit Rain. Dia berjalan cepat untuk menghampiri Arnav yang sedang berjalan sendirian di koridor dengan buku yang berada di tangan cowok itu.

Senja menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang saat seseorang yang baru saja turun dari motor ninja berwarna hitam memanggil namanya. Pria bertubuh ideal itu melepas helmnya terlebih dahulu, membuat rambut ikalnya yang sedikit panjang itu menjadi acak-acakan. Dia menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jari tangannya agar sedikit rapi.

"Ke kelas bareng, yuk!" ajak Agum dengan senyumnya yang lebar.

Senja tidak menjawab, dia langsung melenggang pergi begitu saja. Agum lalu mengikuti Senja. Cowok itu menyamakan langkahnya dengan Senja. Sama seperti kemarin, cowok itu masih berusaha mengajak Senja bicara walaupun tak kunjung ditanggapi oleh gadis itu.

"Lo gagu, ya?" celetuk Agum akhirnya lantaran dari kemarin ia belum juga mendengar gadis itu mengeluarkan suara.

Senja menghentikan langkahnya. Ditatapnya cowok itu dari atas sampai bawah. Penampilannya masih sama seperti kemarin. Berantakan. Senja yakin di sekolahnya yang lama, Agum pasti salah satu murid nakal dan berandalan yang akhirnya dikeluarkan dari SMA Asoka.

"Jangan tatap gue kayak begitu. Nanti lo suka lagi sama gue," ujar Agum dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

Perkataan Agum barusan membuat pikiran negatif Senja tentang cowok itu bertambah. Senja juga yakin bahwa pria yang berdiri di sampingnya ini adalah seorang playboy.

"Kalau lo pikir gue playboy, lo salah besar."

Senja mengerjap-ngerjapkan matanya. Kaget. Kenapa cowok itu bisa tahu isi pikirannya? Apa Agum bisa membaca pikiran? pikirnya.

"Justru, selama gue hidup delapan belas tahun, gue enggak pernah pacaran," lanjut Agum.

"Gue enggak nanya," balas Senja. Kemudian, gadis itu kembali melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan Agum.

Agum mengulum senyumnya karena akhirnya mendengar suara Senja. Setelah menaikkan tasnya ke lengannya, ia pun berlari kecil menghampiri Senja yang sudah menaiki tangga menuju kelas mereka.

***

Setelah berhasil mengejar Arnav yang jalannya sangat cepat di koridor lantai satu tadi, sekarang Rain dan Arnav berjalan beriringan. Rain tidak berhenti mengoceh, bercerita apa saja. Sementara Arnav, hanya mendengarkan Rain bercerita tanpa menjawab ataupun memotong cerita gadis itu.

"Semalam chat aku kenapa enggak kamu balas?" tanya Rain saat mereka berhenti tepat di depan perpustakaan.

"Ketiduran," jawab Arnav singkat, padat, dan jelas tentunya.

Rain menatap pria yang berdiri di sebelahnya itu. Sepertinya, Arnav sudah kembali ke dalam mode cueknya. Tidak seperti kemarin siang yang tiba-tiba banyak bicara. Lihat saja cowok itu, dia menjawab pertanyaan Rain tanpa menoleh ke gadis itu. Arnav fokus pada benda persegi yang ada di tangannya seperti sedang mengetikkan sesuatu yang entah apa.

OVER ONS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang