30. AGUM & ARNAV

1.4K 92 6
                                    

30.
AGUM & ARNAV

Aneh, ya. Setelah aku menjadi manusia asing, kamu malah tahu semua rahasiaku. Saat aku menjadi manusia penting, kamu ke mana? Ah, aku lupa, di saat itu, aku tidak pernah menjadi penting.

•••

Saat Senja membuka pintu UKS, dia di ejutkan dengan Agum yang sudah berada di depan ruangan itu dan hendak membuka pintu tersebut.

Senja lalu memegang kedua pipi cowok itu.

"Muka lo kenapa?" tanyanya khawatir, Wajah Agum sudah penuh dengan luka lebam. Bahkan, ujung bibir cowok itu mengeluarkan darah. "Lo berantem sama siapa, Gum?"

Agum tidak menjawab, dia hanya diam menatap wajah Senja datar, lalu menepis tangan gadis itu dari wajahnya.

"Siapa yang mukulin lo sampai kayak gini?" tanya Senja lagi. Tadi, wajah cowok itu masih baik-baik saja, kenapa sekarang sudah seperti ini?

"Kenapa lo kelihatan cemas?" Bukannya menjawab, Agum malah balik bertanya.

"Hah?" Senja mengernyit bingung.

"Kenapa lo kelihatan panik?" tanya Agum lagi.

"Muka lo luka, Gum."

"Terus? Hati lo ikut terluka lihat muka gue luka?"

Senja hanya diam mendengar pertanyaan cowok itu.

"Atau lo sedih lihat gue luka? Apa yang lo rasain saat lihat gue kayak gini sekarang?" Agum maju selangkah, mengikis jarak di antara mereka. "Lo enggak tau, kan? Lo enggak tau perasaan apa yang buat lo bereaksi kayak gini? Dan lo juga enggak ngerti."

"Lo enggak ngerasain apa pun, lo cuma bertanya karena lo penasaran." Agum tersenyum miris, "Jangan bertingkah seolah-olah lo khawatir atau cemas sama gue!" Setelah itu, ia masuk ke dalam UKS untuk mengobati lukanya.

Senja bergeming, dia tidak mengerti dengan pertanyaan dan pernyataan yang Agum lontarkan kepadanya barusan. Tetapi, dia benar-benar khawatir dan cemas melihat luka-luka pada wajah cowok itu. Namun, Agum juga benar. Dia tidak tahu kenapa dirinya menjadi khawatir dan cemas seperti ini saat melihat luka-luka Agum.

***

Lagi-lagi, Senja dibuat terkejut saat melihat Arnav yang sedang berjalan di koridor dengan wajah yang sudah penuh dengan luka lebam, sama seperti Agum tadi. Tetapi, luka pada wajah cowok itu jauh lebih parah.

"Arnav," panggil Senja.

Cowok itu lalu berjalan dengan cepat menghampiri Senja. "Dari tadi gue nyariin lo," ujar Arnav saat sudah berdiri di depan Senja.

"Kenapa?" tanyanya sembari meneliti luka pada wajah Arnav. "Muka lo ... jangan bilang lo berantem sama Agum?"

"Gue perlu bicara sama lo." Tanpa menjawab pertanyaan Senja, Arnav langsung menarik tangan gadis itu menjauh dari koridor yang ramai.

"Lepas! Gue bisa jalan sendiri." Arnav mengabaikan gadis itu, dia terus menarik Senja sampai ke taman sekolah.

"Apa-apaan, sih, lo, Ar?! Tangan gue sakit," Senja memegang pergelangan tangannya yang sudah memerah karena tarikan Arnav yang begitu kuat.

"Kenapa lo enggak kasih tau gue?"

Senja mengernyit. "Kasih tau apa?"

"Tentang penyakit Rain."

Mata Senja membulat sempurna. "L-lo tau dari mana?" tanya Senja terbata-bata.

"Dari Agum," jawabnya.

Senja mengumpati Agum dalam hatinya. Cowok itu memang bermulut ember. "Agum bohong, lo enggak perlu percaya sama dia."

"Yang berpotensi untuk bohong itu lo." Arnav menunjuk Senja. "Agum enggak mungkin bohong terus mukulin gue sampai kayak gini, Senja."

"Agum mukulin lo?"

Arnav mengangguk.

"Tapi, kenapa?" tanya Senja bingung.

"Karena lo dan Rain," jawabnya.
***

Setelah ujian selesai, Senja langsung berlari keluar dari kelas untuk menuju UKS, sedangkan Agum langsung menuju kelas XII IPA 2, kelas Arnav yang berada tepat di samping kelasnya.

"Gue mau ngomong sama lo," kata Agum, wajah cowok itu terlihat sangat serius dari biasanya.

Tanpa menjawab perkataan Agum, Arnav mengikuti cowok itu dari belakang. Mereka berdua berhenti di belakang kantin yang terdapat pohon besar di sana.

"Kenapa-"

BUG!

Bukannya menjawab, Agum malah memukul pipi keras Arnav hingga cowok itu terjatuh.

Arnav bangkit berdiri. "Lo kenapa malah mukul gue?" tanya Arnav emosi.

"Pukulan pertama itu karena gue enggak suka sama lo," jawab Agum. Lalu, ditariknya kerah baju Arnav.

BUG!

"Ini pukulan untuk lo yang udah bikin hubungan gue sama Senja jadi enggak jelas kayak gini."

BUG!

"Ini pukulan untuk lo yang udah bikin Rain jadi marah sama Senja dan buat Senja sedih."

BUG!

BUG!

"Dan ini pukulan karena lo udah nyia-nyiain Rain yang udah tulus sayang sama lo!"

Arnav tersungkur ke tanah, wajahnya sudah penuh dengan luka lebam. Cowok itu lalu bangkit berdiri kemudian balas memukul Agum.

BUG!

BUG!

BUG!

"Cuma segitu kemampuan lo?" tanya Agum, diiringi dengan tawa yang meremehkan. "Asal lo tau, lo cowok paling berengsek yang pernah gue kenal!"

Arnav menarik kerah baju Agum, lalu mendorongnya hingga menabrak batang pohon. "Maksud lo apa, hah!? Kalau ngomong itu yang jelas, jangan malah main fisik!"

Agum mendorong Arnav dengan kasar, lalu menepis tangan cowok itu dari kerah bajunya. "Lebih baik gue main fisik daripada lo yang cuma bisa mainin hati perempuan."

BUG!

Lagi, Arnav memukul Agum hingga darah segar keluar dari ujung bibir cowok itu.

"Gue enggak pernah mainin hati perempuan!" sergah Arnav, tidak terima dengan perkataan Agum barusan.

"Lo enggak sadar? Lo udah mainin perasaan Senja, Rain, dan Nisa!" sarkas Agum.

BUG!

Agum kembali memukul Arnav.

"Gara-gara masa lalu lo sama Senja yang enggak bisa lo lupain itu, lo jadi ngerusak hubungan dua sepupu yang awalnya baik-baik aja!"

"Bukan gue yang rusak, Rain sendiri yang rusak hubungan mereka. Jadi, jangan salahin gue!" bantah Arnav, tidak ingin disalahkan.

"Selain berengsek, lo juga ternyata pengecut. Kalau bukan karena tingkah bodoh lo itu, Rain enggak bakal kaya gitu sama Senja. Kalau lo emang benar-benar cinta sama Senja, enggak seharusnya lo buat dia makin menderita kayak gini!" lanjut Agum. "Dan lo harus tau, cewek yang udah lo sia-siain itu lagi sakit sekarang."

"Maksud lo apa?" tanya Arnav bingung.

"Rain punya penyakit ginjal aja lo bahkan enggak tau!" ujar Agum lalu pergi.

Arnav menarik tangan Agum. "Maksud lo apa?"

"Lo pikir aja sendiri."


Arnav terdiam di tempatnya, berusaha mencerna apa yang baru saja Agum katakan.

***

"Gue mau lo pura-pura enggak tau," kata Senja setelah mendengar penjelasan Arnav.

"Lo mau gue pura-pura lagi?" tanya Arnav, tidak habis pikir.

"Iya, kenapa? Lo enggak suka?" jawab Senja sinis. "Lo enggak pernah, kan, ngerasain rasanya dibenci sama sepupu sendiri?" tanya Senja dengan nada suara yang sudah meninggi. "Lo juga enggak tau, kan, rasanya gimana pas Rain bilang gue pengkhianat?"

Arnav diam, terlihat jelas ada rasa sedih di wajah Senja. Arnav tahu itu.

"Jadi, tolong ..." Senja menempelkan kedua telapak tangannya di depan wajah Arnav, "Jangan buat Rain semakin benci sama gue dengan ngira gue yang udah kasih tau lo."

"Gue bener-bener enggak ngerti sama jalan pikiran lo, Senja," Arnav menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Udah cukup lo nyakitin Rain. Gue enggak mau lo nyakitin Rain lagi dengan tau kalau Rain ternyata lagi sakit."

"Kenapa gue enggak boleh tau, sedangkan Agum tau?"

"Kenapa lo bilang? Lo goblok atau gimana, sih, Ar?" tanya Senja emosi. "Lo tau, selama ini Rain selalu berusaha terlihat ceria di depan lo. Alasan Rain enggak ngasih tau lo itu karena dia enggak mau lo malah kasihan sama dia," ujar Senja menggebu-gebu. "Rain enggak bodoh, Arnav. Dia juga sadar selama ini lo enggak cinta sama dia. Tapi, gue selalu yakinin Rain. Karena salah satu alasan Rain bertahan sampai sekarang ini adalah lo!"

"Dan dengan jahatnya lo malah ninggalin Rain. Lo sadar, enggak, sih? Yang egois itu bukan gue ataupun Rain, yang egois itu lo. Karena lo yang enggak bisa lupain masa lalu kita!" lanjut Senja.

"Sekarang coba lo tanya sama hati lo itu," Senja menunjuk dada Arnav kasar. "Tanya, sebenarnya siapa yang lo cintai? Jangan cuma diam aja kayak orang bodoh." Setelah mengatakan itu, Senja pergi meninggalkan Arnav dengan kebingungannya.

Jadi, ini alasan Senja selalu mengutamakan Rain. Arnav juga baru sadar, ternyata selama tiga tahun bersama Rain, dia sudah sering melihat gadis itu sakit. Tetapi, ia malah bersikap tidak peduli, seolah tidak ingin tahu.

To be continued

•••

Jangan lupa follow komen dan vote

OVER ONS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang