7. TIDAK UNTUK BERTEMAN

1.7K 122 4
                                    

7.
TIDAK UNTUK BERTEMAN

Bertemu lagi dengan "katanya" yang di awali dengan "konon."

Konon katanya, laki-laki dan perempuan itu tidak bisa berteman. Sebab, salah satu di antara mereka pasti akan ada yang menyimpan rasa. Anehnya, selalu perempuan yang memulai rasa itu.

•••

Hari ini, langit sedang tidak bersahabat dengan Senja. Sepertinya, langit sedang bersedih, entah apa yang membuat langit itu bersedih hingga menjatuhkan air hujan selebat ini di sore hari. Tetapi, berkat air hujan, bumi jadi sedikit lebih bersih dari polusi dan juga debu-debu. Berkat air hujan, tumbuhan yang tidak memiliki pemilik pun akhirnya tersiram.

Berkat air hujan pula bumi yang tadinya panas menjadi lebih sejuk. Berkat air hujan jugalah, Senja dan Agum jadi terjebak di halte yang tidak jauh dari sekolah. Senja awalnya sendirian berteduh dari air hujan yang tiba-tiba turun, hingga beberapa saat kemudian Agum datang dan menghentikan motornya di depan halte tersebut juga. Pakaian cowok itu sedikit basah.

Senja merentangkan tangan kanannya ke depan, membiarkan hujan membasahi telapak tangannya. Kepala gadis itu juga terangkat ke atas, melihat langit yang terus mengalirkan air hujan. Tenang. Itulah yang Senja rasakan.

Setelah pengakuan Agum beberapa hari yang lalu, Senja menjaga jarak dari cowok itu. Senja tidak ingin Agum merasa dia berikan harapan. Lagi pula, Senja memang sedang tidak ingin membuka hati untuk siapa pun.

"Lo enggak bawa motor?" Agum akhirnya mengeluarkan suara setelah beberapa saat hanya diam memperhatikan Senja dari samping.

"Enggak," jawab Senja tanpa menoleh. Gadis itu masih asyik dengan dunianya bersama hujan.

"Rain mana?"

"Sakit."

"Lo marah sama gue?"

Entahlah, selama beberapa hari, Senja menjaga jarak. Hal itu membuat Agum merasa bahwa gadis itu sedang marah padanya.

"Enggak."

"Terus, kenapa lo jauhin gue?"

"Iya, gue marah," Senja sengaja berbohong karena ia malas berbicara panjang lebar.

Agum meneliti wajah Senja yang datar. Sampai hari ini, ia belum pernah melihat gadis berponi itu marah. "Perasaan, gue enggak punya salah sama lo, deh."

Senja menoleh pada Agum sebentar, lalu kembali fokus pada hujan yang masih setia turun dan menemaninya.

Agum menghela napasnya. "Bunda gue lagi drop."

Tiga kata itu sontak berhasil membuat Senja menoleh ke arah Agum. "Dan untungnya sekarang udah baik-baik aja," lanjut cowok itu.

"Terus muka lo?" Saat di sekolah tadi, Senja sudah sangat penasaran dengan lebam yang ada di pipi tirus cowok itu.

Agum mengusap pipinya yang masih terasa sakit dan perih. "Dipukul Ayah."

"Kenapa?"

Agum diam tidak menjawab. Senja kembali menatap lurus ke depan.

Mereka berdua sama-sama diam seraya menikmati hawa dingin yang diakibatkan oleh hujan menerpa kulit masing-masing. Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya hujan berhenti. Agum mengantar Senja pulang terlebih dahulu. Tentunya, dengan sedikit ajakan yang memaksa supaya gadis itu agar mau diantar.

***

Rain kembali melirik Arnav. Entah sudah ke berapa kalinya ia melirik cowok itu. Awalnya, gadis itu keluar setelah mendapat pesan dari Arnav yang mengatakan bahwa cowok itu sudah berada di depan rumah. Namun, sampai saat ini, belum juga ada tanda-tanda cowok itu akan membuka suara.

OVER ONS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang