37. HARI KELULUSAN

1.6K 96 2
                                    

37.
HARI KELULUSAN

Sepertinya, kata "aneh, ya," tidak akan berakhir.Aneh, ya, anak sekolah. Di setiap doanya, minta agar segera diluluskan. Tetapi, setelah berada di hari kelulusan, kenapa malah menangis?

•••

Di ruang tunggu ICU, tampak tiga orang yang terlihat sangat cemas dan panik. Tiga orang itu terus berdoa, berharap pasien yang ada di dalam sana baik-baik saja setelah pasien yang berada di dalam sempat mengalami henti jantung sesaat.

"Semua pasti baik-baik aja, kan?" tanya Ratna dengan air mata yang sudah membasahi pipi.

"Pasti, Tante," sahut Agum walaupun sebenarnya dia juga tidak yakin.

Pintu putih itu terbuka, menampakkan seorang dokter wanita dan dua suster yang berdiri di samping kanan dan kiri dokter itu. Tiga orang tadi pun langsung beranjak dari duduk mereka, menghampiri sang dokter.

"Alhamdulillah, ini benar-benar mukzijat. Pasien baik-baik saja dan sudah sadar dari komanya," jelas dokter Rika.

"A-an-anak saya sudah sadar, Dokter?" tanya Ratna terbata-bata, dia merasa tidak percaya.

Dokter Rika mengangguk, "Ini semua karena keinginan pasien untuk sadar sangat kuat, Bu."

"Kami boleh masuk, Dok?" tanya Ratna.

"Silakan. Pasien sudah menunggu kalian di dalam."

Tiga orang itu lalu masu saat dokter Rika dan dua suster pamit pergi.

Ratna langsung tersenyum lega saat melihat Senjanya yang sudah sadar dari koma. Tanpa menunggu lama, Ratna langsung memeluk Senja erat. Dia sangat merindukan putrinya ini.

"Senja kangen sama Mama," ujar Senja dengan suara yang masih terdengar lemah.

"Mama juga kangen sama kamu, Sayang."

Senja melepas pelukannya, lalu menatap Ratna, Agum, dan Arnav bergantian. "Rain mana, Ma?"

"Rain lagi di ruangannya sama Kevin."

Senja menggelengkan kepalanya cepat. "Mama enggak bohong, kan?"

Ratna mengernyit bingung. Agum dan Arnav pun ikut bingung.

"Senja mimpi, Ma. Senja mimpi kalau Rain udah enggak ada," ucap Senja histeris.

"Kamu ngomong apa, sih, Senja? Rain baik-baik aja, dan dia udah sembuh sekarang." Ratna berusaha meyakinkan Senja yang tiba-tiba histeris itu.

Senja tidak percaya dengan yang Ratna katakan. Dia lalu kembali mengingat yang Kevin katakan dalam mimpinya.

"Rain baik-baik aja. Bahkan, sekarang Rain udah sembuh." Bukan Ratna yang menjawab, melainkan Kevin.

"Enggak. Mama pasti bohongin Senja. Yang Mama bilang barusan sama kayak yang dibilang Kak Kevin di mimpi Senja, Ma. Tapi, ternyata Rain malah pergi ninggalin kita semua." Senja beralih menatap Arnav, "Rain mana, Ar? Habis lo dari Dufan sama Rain—"

"Senja."

Senja menoleh ke arah pintu. Seketika, air matanya jatuh ketika melihat Rain yang baru masuk dengan Kevin yang mendorong kursi rodanya. Senja melepas infusnya dengan paksa, lalu berjalan dengan cepat menuju Rain, kemudian memeluk sepupunya itu erat.

"Senja lo kenapa?" Rain jelas kaget. Dia baru saja terkejut karena melihat Senja yang baru sadar, dan semakin terkejut melihat tingkah Senja sekarang.

"Gue mimpi, Rain. Gue mimpi lo ninggalin gue selama-lamanya." Senja melepas pelukannya. Ditatapnya wajah Rain dengan saksama. "Di mimpi gue, habis lo dari Dufan sama Arnav, lo malah pergi. Bunda Agum juga ikut pergi. Dan lo nyuruh gue jagain Mama sendiri."

"Senja, itu semua bukan mimpi. Waktu lo koma, gue emang ke Dufan sama Arnav. Bunda Agum juga emang udah meninggal," jelas Rain.

Senja mengernyit, lalu menatap semua orang yang ada di ruangan itu secara bergantian. "Maksud lo?"

Rain menghela napasnya, lalu memegang kedua tangan Senja. "Itu semua bukan mimpi lo. Selama lo koma, gue dan yang lainnya selalu ceritain apa yang udah terjadi, biar lo bisa dengar. Soalnya, kata dokter, pasien koma bisa mendengar suara di sekitarnya. Dan ternyata benar."

"Lo enggak bohong, kan, Rain? Sekarang, gue lagi enggak mimpi, kan? Ini benaran lo, kan?" tanya Senja lagi. Dia masih tidak percaya, mimpinya itu benar-benar terasa begitu nyata.

Rain kemudian mencubit pipi Senja keras hingga membuat Senja meringis kesakitan.

"Sakit, kan?" Senja mengangguk sembari memegang pipinya yang Rain cubit, "Berarti ini bukan mimpi."

"Terus kenapa lo pakai kursi roda? Di mimpi gue, lo juga selalu pakai kursi roda."

"Gue baru selesai operasi, dan operasinya berhasil. Sekarang gue udah sembuh, Senja," ujar Rain dengan mata berbinar.

Senja kembali memeluk Rain. Dia senang mendengar kabar ini. Akhirnya, Rain sembuh. "Gue senang akhirnya lo sembuh, Rain."

OVER ONS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang