23. PUTUS

1.5K 107 3
                                    

23.
PUTUS

Bertemu lagi dengan kata, "Aneh, ya."
Aneh, ya. Kamu bilang selama ini kamu enggak bahagia sama aku. Jadi, apa arti dari semua kenangan kita, senang-senang kita, dan tawa-tawa kita kemarin?

•••

Sudah hampir lima menit Rain berdiri di depan pintu UKS, tangannya sudah dia letakkan di ganggang pintu. Tetapi, gadis itu masih setia menatap pintu putih tersebut tanpa berniat membukannya. Rain menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya kembali dengan pelan. Dengan rasa sedikit takut, Rain memberanikan diri untuk membuka pintu itu.

Rain sedikit terkejut saat melihat Arnav ternyata juga sudah ada di dalam, menemani Nisa. Nisa sudah sadar, pelipis gadis itu juga sudah dibalut dengan kain kasa. Rain berjalan melewati Arnav, kemudian ia berdiri di sisi ranjang UKS. Diliriknya Arnav sebentar. Cowok itu hanya diam, bahkan menatap Rain saja tidak. Rain meremas ujung blazer rajut yang dia pakai. Rasanya begitu sakit melihat orang yang dia cintai tiba-tiba bersikap dingin dan diam seribu bahasa.

"Nis, gue minta maaf sama lo. Gara-gara gue, lo jadi kayak gini." Rain menunduk, dia benar-benar merasa bersalah. Gara-gara emosi yang tidak bisa dia tahan, dia hampir mencelakai orang lain.

Nisa berdecak kesal. "Kalau bukan karena Arnav, lo mungkin enggak bakal gue maafin, Rain. Dan lo mungkin aja enggak bisa ikut ujian."

Berkat Arnav, Nisa dan papanya mau memaafkan Rain. Cowok itu meminta Nisa untuk memaafkan Rain. Untung saja, Nisa bersedia.

Rain menatap Arnav lekat. Apa Arnav masih peduli padanya? pikirnya.

"Udah, sana lo pergi!" usir Nisa.

Jika saja posisinya sekarang tidak bersalah, sudah dapat dipastikan Rain pasti akan menjambak rambut Nisa hingga rontok. "Gue bener-bener minta maaf, Nis," ujarnya sekali lagi.

Rain kembali menatap Arnav. "Arnav, kita bisa bicara sebentar, enggak?" tanya Rain, dengan suara yang amat pelan, takut cowok itu tidak merespons.

Arnav tidak menjawab. Cowok itu masih setia dengan kebisuannya. Selang beberapa detik kemudian, akhirnya cowok itu berkata, "Nis, gue keluar bentar, ya."

Mendengar perkataan Arnav, Nisa pun mengangguk memperbolehkan.

Rain membulatkan matanya. Sebenarnya, siapa pacar Arnav sekarang? Kenapa cowok itu malah pamit pada Nisa?

Arnav kemudian keluar dari UKS, Rain lalu mengikuti cowok itu dari belakang. Tidak ada suara sampai mereka berhenti di depan laboratorium yang sedang sepi.

Rain menghela napasnya sebelum membuka suara. "Kamu kenapa jadi begini? Kenapa kamu tiba-tiba ngejauhin aku?" tanya Rain lembut, dia berusaha menahan egonya. Dia juga berusaha untuk tidak marah kali ini.

"Kamu tanya aku kenapa?"

Rain mengangguk.

"Kamu enggak sadar sama apa yang udah kamu lakuin sama Nisa tadi? Kamu enggak merasa bersalah?"tanya cowok itu dengan nada suara marah.

"Aku merasa bersalah, Nav, tapi aku benaran enggak sengaja."

"Kamu narik tangan Nisa, itu berarti kamu sengaja, Rain."

OVER ONS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang