6. SUDAH DIMULAI

1.8K 126 3
                                    

6.
SUDAH DIMULAI

Semua manusia perlu waktu. Waktu untuk bertemu, waktu untuk mengenal, waktu untuk mencintai, waktu untuk mengungkapkan, dan waktu untuk menerima.

•••

Senja, Rain, Agum, dan juga Arnav sudah berada di kantin untuk mengisi perut mereka. Lalu, seperti biasa, sebelum ke kantin, Rain dan Agum ribut terlebih dahulu. Rain tidak mau Agum ikut bergabung bersama mereka bertiga ke kantin. Sudah jelas Agum jelas tidak mau kalah, ia bersikeras ingin ikut bergabung.

Alhasil, sepanjang koridor menuju kantin, kedua orang itu berdebat dan membuat mereka berempat menjadi pusat perhatian. Senja akhirnya memperbolehkan Agum untuk ikut bergabung. Karena jika tidak begitu, perdebatan dua orang yang sama tetapi tidak sejenis itu pasti akan terus berlanjut hingga bel istirahat berakhir.

"Sen, kok lo bolehin Agum gabung ke kita, sih?" tanya Rain. Saat ini, Agum dan Arnav sedang mengantre membeli makanan, sedangkan Senja dan Rain duduk menunggu pesanan mereka.

"Udah, sih, biarin aja," ucap Senja tidak peduli.

"Enggak bisa dibiarin gitu aja, dong. Gua enggak suka sama dia!"

"Kalau lo emang enggak suka sama dia, terus ngapain lo paksa gue untuk suka sama dia?" Senja heran, jelas-jelas Rain tidak menyukai Agum, tetapi sepupunya itu masih saja terus-terusan menjodoh-jodohkan dirinya dengan Agum. Rain juga sering memaksa Senja agar membuka hatinya. Tak berhenti sampai di situ, bahkan Rain juga memaksa Ratna untuk membujuk Senja.

"Hehe ... kalau itu, lain cerita, Senja," jawab Rain dengan cengirannya. "Ah! Atau gue sama Arnav pindah aja kali, ya, biar lo bisa berduaan sama Agum?"

Senja melotot. Galak. "Enggak!"

Rain terkekeh mendengar respons Senja yang benar-benar sangat tidak menyukai usulannya. Di sisi lain, setelah mengantre cukup lama, Agum dan Arnav akhirnya datang dengan nampan yang berada di tangan mereka masing-masing. Agum duduk di samping Senja, sedangkan Arnav duduk di samping Rain.

"Lo berdua pasti lagi saling cerita soal gue, ya?" tebak Agum dengan penuh percaya diri.

Rain memutar bola matanya malas. Pria yang satu itu memang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi, hampir sama seperti Rain.

Senja melihat bingung isi mangkok yang Agum berikan. "Gue enggak pesan bakso."

"Gue yang pesenin. Gue lihat lo makan mie mulu tiap hari. Enggak sehat," jawab Agum.

"Belum apa-apa udah ngatur," sindir Rain seraya menerima botol Aqua yang diberikan Arnav.

"Mau minum aja botolnya harus dibukain. Patah tangan lo!?" Agum balik menyindir Rain.

"Arnav itu pacar gue! Jadi, ya, wajar kalau dia bukain minum gue."

"Senja itu calon pacar gue! Jadi, ya, wajar gue peduli sama kesehatan dia," balas Agum tak mau kalah.

Senja melotot saat mendengar perkataan Agum barusan. Sejak kapan ia jadi calon pacar cowok itu? Ditatapnya pria yang duduk di sebelahnya itu, sedangkan yang ditatap masih saja berdebat dengan Rain.  Salah satu dari mereka tidak ada yang mau mengalah. Melihat hal tersebut membuat Senja menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya dan segera memakan baksonya. Ia tidak berniat menghentikan perdebatan Agum dan Rain kali ini, biarkan saja dua orang itu ribut.

"Mimpi lo ketinggian kalau mau jadi pacar sepupu gue!" cibir Rain.

Arnav memberikan tisu pada Rain untuk mengelap bibir dan juga baju bagian depan gadis itu yang basah karena tumpahan air ketika sedang minum. "Udah, makan. Enggak capek apa debat mulu?"

OVER ONS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang