14. MULAI BERUBAH?

1.6K 112 9
                                    

14.
MULAI BERUBAH?

Jangan benci, katanya. Nanti nyesal, terus sedih. Terus bencinya malah makin bertambah. Marah aja, enggak apa-apa. Nanti dianya minta maaf, marahnya pasti selesai.

•••

Saat ini, kelas XII IPA 1 sedang hening dan fokus karena mereka tengah ulangan Seni Budaya. Tempat duduk mereka juga dibuat jarak oleh Bu Nunung agar tidak bisa menyontek. Guru yang menyebalkan, bukan?

Selain menjadi guru BK, Bu Nunung juga mengajar pelajaran Seni Budaya.

"Ssstt! Ber, nomor lima jawabannya apa?" Agum berbisik sembari mengangkat lima jarinya pada Aber.

Aber melihat ke depan, memastikan Bu Nunung tidak akan berjalan ke belakang. "Memamerkan hasil karya seni seperti lukisan, ukiran, gambar dan-"

"Apa, sih? Enggak dengar gue, Ber!"

"Memamerkan hasil karya seni seperti-"

"Suara lo kecil banget, bangsat!"

"Namanya juga nyontek, bangke!" Aber kembali melihat kertas ulangannya. "Memamerkan hasil karya seni seperti lukisan, ukiran-"

"LO NGOMONG ATAU KUMUR-KUMUR, SIH, BER? ENGGAK JELAS BANGET!" Agum berseru dengan suara keras.

Aber melihat ke depan, semua tatapan sudah tertuju pada Aber dan juga Agum, termasuk Bu Nunung yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Kamu nyontek lagi, Agum?"

"Hah? E-enggak, k-kok, Bu ... Ibu jangan fitnah, dong," bantah Agum, tidak ingin mengaku.

"Udah mau lulus masih saja nyontek kamu!" sela Bu Nunung.

"Saya enggak nyontek, Bu."

"Bohong dia, Bu! Tadi saya lihat mereka berdua bisik-bisik, Bu!" sambar David.

Agum menatap kesal David. "Temen durhaka, ya, lo!" gerutu Agum.

"Kertas kamu tidak akan saya terima. Nilai ulangan kamu hari ini saya kasih lima," ujar Bu Nunung tegas.

Agum mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. "Alhamdulillah, lumayan dapat nilai lima."

"Dih, dapat nilai lima, kok, bangga?" Rain menyahut keheranan.

"Jelas, lah! Belum tentu juga gue nanti dapat lima kalau ngerjain nih soal, paling dapat tiga," ujar Agum dengan tidak tahu malu.

"Malu dong lo sama pacar!" Mahmud menimpali.

"Agum punya pacar? Siapa pacar Agum?" tanya Bu Nunung penasaran.

"Cieee, Ibu kepo, ya?" goda Agum dengan cengirannya.

"Senja, Bu!" jawab Aber.

Bu Nunung langsung menatap Senja tidak percaya. Sementara Senja, dia hanya fokus pada kertas ulangannya seakan tidak mendengar apa-apa.

"Alah, enggak mungkin Senja mau sama kamu."

"Lho, kenapa, Bu? Saya, kan, ganteng, perhatian, baik, rajin salat, dan rajin menabung!" ujar Agum dengan gaya sok kerennya.

"Otak kamu kurang." Satu kelas sontak tertawa karena perkataan Bu Nunung.

"Bu Nunung yang tersayang, Ibu enggak boleh ngomong kayak gitu. Nanti kalau saya sukses, gimana? Nanti Ibu nyesel pernah ngomong gitu sama saya."

"Baguslah kalau kamu sukses, berarti omongan saya manjur buat kamu, orang tua kamu juga jadi bangga."

Agum melirik Senja sebentar. "Berarti calon istri saya nanti juga bangga, dong, Bu?"

"Sekolah dulu kamu yang benar, baru mikirin istri!"

Baru saja Agum ingin kembali menjawab, tetapi sudah disela terlebih dahulu oleh Bu Nunung. "Ssstt, udah kamu diam. Yang lain lanjutin ulangannya!"

***

"Bisa-bisanya lo enggak simpan nomor gue, Senja."

Sejak pagi tadi sampai jam istirahat, Agum masih saja meributkan hal yang menurut Senja tidak penting.

"Jangankan nomor lo, nomor gue aja enggak Senja simpan," timpal Rain.

"Coba sini gue lihat handphone lo" Agum meletakkan tangannya di depan wajah Senja.

Senja mengernyit. "Buat apa?"

"Mau gue lihat, lah. Mana?"

Malas berdebat dengan Agum, Senja akhirnya memberikan ponselnya pada cowok itu.

Agum melihat kontak yang ada di ponsel Senja, hanya ada satu nomor yang gadis itu simpan, nomor Ratna. Beberapa nomor yang ada pada panggilan masuk dan keluar, gadis itu biarkan tanpa menyimpan nomor tersebut. Mungkin saja Senja hafal, pikir Agum. Setelah menyimpan nomornya sendiri, Agum mengembalikan ponsel itu pada sang pemilik.

"Tuh nomor gue, udah gue simpen. Kalau ada apa-apa ,hubungin gue."

"Ini minuman kamu." Belum sempat Arnav memberikan minuman tersebut pada Rain, Agum sudah menarik minuman tersebut secara tiba-tiba. Setelahnya, kekasih Senja itu langsung menenggak minuman tersebut dengan seenaknya.

"Kenapa malah lo yang minum?"

"Rain, ka,n enggak pernah minum yang kayak ginian. Daripada dibuang, lebih bagus buat gue," ujar Agum setelah meneguk minuman tersebut hingga sisa setengah.

OVER ONS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang