C - 03

1.8K 147 6
                                    

"Nghh,,," Melenguh singkat saat cahaya matahari yang begitu terang, tembus dari celah atap langsung mengenai wajahnya. Menghalau cahaya tersebut dengan sebelah tangannya lalu beranjak duduk. Merenggangkan tubuhnya singkat lalu melirik ke kanan kiri. Terlihat tempat yang 180° sangat berbeda dari tempat ia bangun sebelumnya. "Dimana lagi aku sekarang? Tadi di Kerajaan, sekarang di ,,,, gubuk?" Menaikkan sebelah alis saat melihat atap yang hanya terbuat dari jerami, peralatan dapur yang sudah sangat usang dan kuno. Terdapat juga banyak benda kuno berbahan dasar tanah liat yang tidak pernah Mew lihat sebelumnya di dunia asli.

Di tengah melamun nya, seorang wanita yang sudah tua renta masuk dengan bakul nasi berbahan anyaman di tangannya. Melihat Mew yang duduk, membuatnya sedikit terkejut. "Kau sudah sadar, Nak"

Tersadar dari lamunannya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kenapa saya bisa ada disini?"

Menaruh bakul nasi ke atas meja yang terlihat sudah rapuh lalu menghampiri Mew. Tersenyum, "tadi saat saya bersama dengan beberapa orang kampung sedang memanen hasil kebun di dekat air terjun, tidak sengaja kami menemukanmu tergeletak disana dengan penuh luka dan tidak sadarkan diri. Jadi, kami inisiatif membawamu ke sini karena tempat inilah yang paling dekat dengan air terjun" Mew mendengarkannya dengan penuh perhatian.
"Apa tanganmu masih sakit?" Tanyanya sambil melirik ke arah tangan Mew.

"Tangan?" Mengangkat tangan yang dilirik Sang Nenek. Terdapat luka yang tidak begitu besar dengan dedaunan hijau yang sudah ditumbuk jadi satu dan dibalur ke seluruh lukanya.
"Hijau-hijau ini apa?" Tanya Mew.

"Itu obat herbal, Nak. Daun itu sedikit membantu mengeringkan lukamu" Sambil tertatih, berjalan ke arah bakul nasi tadi lalu mengambil piring yang sudah berisi ikan goreng dan nasi lalu kembali menghampiri Mew yang masih mencolek-colek tumbukkan daun hijau di tangannya itu dengan penuh penasaran.
"Apa kau lapar? Makanlah ini" Menyodorkan piring yang terbuat dari daun pisang tersebut ke arah Mew.

Mew melirik lalu menerimanya. Mew sedikit tersentuh dengan perlakuan Nenek tua itu padanya, membuat Mew tertunduk sedih karena merindukan kedua orang tuanya. Melihat Mew yang tampak sedih, membuat Sang Nenek kebingungan. "Ada apa, Nak? Apa kau tidak suka dengan makanannya?"

Menggeleng cepat. "Tidak! Bukan begitu, Nek. Saya,, saya rindu dengan orang tua saya"

"Ahh,, begitu. Apakah orang tua mu tinggal di sekitar sini? Biar nanti Nenek bantu membawamu pulang"

Melirik Sang Nenek lalu tersenyum. *Mereka bukan berasal dari dunia ini. Aku harus jawab apa?* Berpikir sesaat.
"Orang tuaku sangat jauh dari sini, Nek"

Mengusap bahu Mew. "Kalau begitu cepatlah sembuh dan temui mereka. Pasti mereka juga sangat rindu padamu, Nak"

Mengangguk kecil, "pasti, Nek" Tersenyum.
"Ah, duduk, Nek. Nenek pasti lelah berdiri terus" Menepuk sebelahnya yang kosong. Nenek pun duduk perlahan, dibantu oleh Mew.
"Terima kasih sudah menolongku dan makanan ini, Nek"

"Sama-sama, Nak. Sudah kebiasaan kami untuk saling tolong - menolong" Mengusap punggung Mew dengan lembut.

"Nenek sudah makan? Ayo makan bersamaku"

"Tidak. Nenek sudah makan di luar tadi, Nak. Lauk itu untukmu. Makanlah"

"Baiklah, Terima kasih sekali lagi, Nek" Tersenyum. Mew pun mulai memakan makannya dengan nikmat. Walau lauknya terlihat sangat sederhana, tapi rasanya terasa begitu nikmat karena Mew tidak makan sejak pagi.

"Namamu siapa, Nak?"

"Oh iya, maaf karena saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya---" Terdiam.
*Masa pakai nama Miunie itu sih? Terdengar seperti nama perempuan saja. Aku kan pria tulen. Apa aku pakai nama asli ku saja?* Tersenyum,
"---nama saya Mew Suppasit, Nek"

Destiny || GULFMEW {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang