Beberapa saat kemudian,,,
"Oihh,,, ssh,,, dimana lagi aku?" Melirik kanan kiri, menelusuri ruangan mewah yang baru pertama kali ia lihat.
Perlahan Mew bergerak duduk dan terkejut seketika sebab Gulf berada tepat didepannya dengan jarak 5 meter.
"Astaga---kaget! Kupikir hanya ada aku di ruangan ini" Mengelus dada.
Bisa Mew lihat kedua mata elang Gulf fokus pada lembaran demi lembaran kertas di hadapannya, membubuhi tanda tangan dan cap Kerajaan, begitu seterus nya seperti robot.
"Dia sedang pamer atau apa?" Mew melotot tidak suka pada eight pack yang Gulf pamerkan karena Mew tidak memilikinya.
"Hoi! Aku sekarang ada dimana?"Gulf mengabaikannya.
"Kenapa aku bisa di sini?"
Gulf mengabaikannya untuk yang ke-2 kali.
"Kau tuli?"
Gulf terus mengabaikannya sampai---
.
TAK
.
Menaruh cap Kerajaan dengan kuat ke atas meja yang terbuat dari kayu mahony tersebut lalu melihat ke arah Mew dengan kantung mata hitamnya seperti panda.
"Dimana sopan santun terhadap orang yang sudah menolongmu?"
Mew bingung. "Apa? Menolong siapa?" Menggaruk belakang kepala.
Gulf menghela nafas berat sebelum ia bicara lagi, "kau lupa kejadian sebelumnya? Yang membuatmu tidak sadarkan diri?"
Mew mulai berpikir, cukup keras menurutnya sampai ia ingat pada bandit besar yang sudah mencekiknya begitu kuat.
"J-Jadi, kau yang menolongku?"
Gulf menatapnya datar, "kalau sudah tahu, kau tahu kan harus apa?"
"Apa?" Mew kembali bingung.
"Oh, terima kasih"Gulf bangkit tiba-tiba dari kursi kerjanya lalu menghampiri Mew yang masih duduk di atas ranjang.
Perlahan Gulf meraih pergelangan tangan Mew lalu ia tarik ke arah sofa.
"A-Apa yang mau kau lakukan?! L-Lepaskan tanganku"
Gulf mendudukkan bokongnya dan Mew di sofa kamar yang empuk.
"Hukumanmu karena sudah pergi tanpa sepengetahuanku. Jangan bergerak"
Mew seketika shock saat Gulf berbaring dengan menaruh kepala tanpa aba-aba di atas salah satu pahanya.
"A--Apa yang-----"
Menaruh telunjuk di depan bibir. "Sssstt,,! Biarkan aku seperti ini sebentar" Ujar Gulf dalam keadaan mata tertutup dan dalam 10 detik saja, Gulf sudah masuk ke alam mimpi, membuat Mew terkejut untuk yang kesekian kali.
"Segitu lelah nya?" Tanpa sadar Mew sampingkan helaian rambut yang menutupi wajah tampan Gulf lalu menatap langit kamar.
"Masa aku diam seperti ini terus? Mau sampai berapa lama?" Mempoutkan bibir lalu menutup mata.
"Bagaimana caranya agar aku bisa kembali? Mae,, Pho! Aku rindu dan juga takut. Aku---" Menundukkan kepala, menatap lekat-lekat wajah Gulf yang sudah tidur nyenyak di pangkuannya.
"---takut tidak bisa kembali pada kalian dan selamanya ada di dunia aneh ini" Mew menahan air matanya yang hampir jatuh.
"Aku takut tidak punya waktu untuk minta maaf pada kalian. Hikss,, aku takut" Mew cepat-cepat hapus air matanya sebelum jatuh ke wajah Gulf.
"Ugh, kenapa aku cengeng sekali? Aku itu kuat! Aku tidak pernah cengeng di dunia asliku--uhh. Memalukan" Terus mengusap air mata di kedua pipi sampai ke bekas-bekasnya. Mew kembali menatap langit kamar Gulf.
"Apa aku coba bunuh diri saja? Siapa tahu dengan begitu, aku kembali ke dunia asliku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || GULFMEW {END}
Fantasy🔞 AREA ♦ BXB ♦ 21+ Mature Content . . . Tentang Mew Suppasit, salah seorang preman yang terjerumus ke dalam cerita hayalan pria yang sering ia bully. Bagaimana Mew dapat kembali ke dunia asalnya?