"Kau cari gadis lain saja untuk berdansa" Menepis genggaman tangan Minho lalu berbalik.
Minho tidak mau kalah begitu saja. Ia menahan lengan tangan Mew sebelum sempat pergi jauh.
"Satu kali saja, Mew. Ayolah" Mengeluarkan puppy eye dibalik topeng hitam nya.
"Aku tidak mau, brengsek. Keras kepala sekali sih"
"Katakan dulu alasan kenapa kau tidak mau. Kalau tidak masuk akal, aku akan memaksamu"
"Sialan! Aku tuh---" Sempat mengeratkan giginya dan melanjutkan.
"---tidak bisa berdansa. Puas?" Menutup wajah memakai satu tangan yang terbebas.
"Arrgh---memalukan""Cuma karena itu? Aku bisa mengajarimu" Ujar Minho dengan wajah yakin dan serius.
Mew menelusuri wajah Minho beberapa detik. *Kupikir dia akan tertawa* Berdeham singkat.
"Baiklah, tapi dengan dua syarat! Jangan menertawaiku dan jangan banyak bertanya" Memberi tatapan tajam."Baik, aku mengerti" Mengulurkan tangan sambil membungkuk kan setengah tubuh nya, membuat perhatian gadis-gadis tertuju padanya saat ini.
Mew memperhatikan sekitar lebih dulu lalu merengek iri. *Dia merebut apa yang selama ini aku inginkan. Minho brengsek!! Bisa-bisa nya kau dipuja oleh gadis-gadis cantik ini*
Menunggu begitu lama, Minho mengerutkan kening dan mengangkat wajahnya. "Mew?"
Dengan ragu-ragu & berat hati, Mew memberikan tangan nya dan langsung di genggam dengan manis oleh Minho. "Mari ke tengah"
"Tidak!" Menahan tubuhnya.
"D-Disini saja. Aku malu" Semburat merah muncul pada kedua pipi, di balik topeng putih ke-emasan yang di pakai nya."Tidak apa-apa. Ada aku. Ayo"
Mew ditarik oleh Minho dan dengan terpaksa, Mew mengikuti nya sambil terus mengumpat di dalam hati.
Sesampainya di tengah hall, Minho dan Mew menjadi pusat perhatian karena ketampanan dan 'kecantikan' mereka, membuat para tamu secara otomatis melengserkan diri dari tengah hall, memberikan mereka berdua tempat untuk berdansa secara romantis dan leluasa.
Ditatap oleh banyak pasang mata seperti itu ditambah ia harus berdansa dengan seorang pria, membuat Mew mengucurkan keringat dingin di setiap detiknya.
"Cukup sampai disini. Aku malu dilihatin mereka" Bisik Mew.
Minho mendekatkan wajah, membuat Mew otomatis mundur kemudian berbisik, "jangan khawatir. Tatap aku. Anggap saja hanya ada kita berdua di tempat ini"
"Mana bisa begitu----huaa!!"
Minho mendorong Mew ke belakang secara lembut lalu di tarik ke pelukan nya. Menaruh satu tangan Mew di bahu dan menautkan tangan yang lain untuk saling menggenggam erat di samping. Tangan Minho yang terbebas, ia taruh di pinggang ramping Mew dan diam disana dengan nyaman nya.
Dengan alunan musik yang indah, mereka mulai menari. Minho memimpin dengan gagah dan kharismatik sedangkan Mew, hanya mengikuti gerakannya saja sambil menyembunyikan wajahnya dari tatapan orang sekitar.
"Mew" Panggil Minho dengan cara berbisik di sela dansa mereka.
",,,,,,,,,,"
"Mew?"
"Apa?!"
"Ehm,, anu,, kenapa kamu menginjak kakiku?"
"Berisik, ya! Sudah ku bilang, aku tidak bisa dansa"
"Tapi---"
"Sakit? Baiklah, aku akan turun---"
"Tidak tidak tidak. Tidak ada rasa apa-apa, kok. Aku masih kuat sampai beberapa jam kedepan" Berusaha tersenyum walau kaki nya di tusuk high heels yang Mew pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || GULFMEW {END}
Fantasy🔞 AREA ♦ BXB ♦ 21+ Mature Content . . . Tentang Mew Suppasit, salah seorang preman yang terjerumus ke dalam cerita hayalan pria yang sering ia bully. Bagaimana Mew dapat kembali ke dunia asalnya?