Bacanya pelan" aja napa wey wkwk, soalnya yaa dikit xixix. Love u!!! Spam komen tiap paragraf ya babyyy
....
Keduanya saling tatap, gadis itu membawa secarik kertas yang ditulisnya tadi, singkat dan berhasil, entah kembalinya gadis itu akan membuat keduanya bersama, atau malah pergi.
Darahnya berdesir, setelah sekian lama dia tidak pernah merasa setegang ini, otaknya berkelana, pikiran buruk dan baik menyatu dalam satu waktu. Yah, lelaki itu benar-benar berharap lebih dalam percakapan ini.
Khages mengajak Abbie ke kamar apartemennya untuk mendengarkan apa yang ingin gadis itu jelaskan padanya. Sejujurnya, lelaki itu sedari berdoa kepada Tuhan agar tidak ada kata perpisahan permanen antara dirinya dan gadis itu.
Sesampainya di kamarnya, Khages membuka pintu dan menyuruh Abbie masuk, lalu keduanya hening, dan akhirnya mereka duduk disofa yang pernah menjadi saksi kisah manis mereka.
Abbie mengingat sewaktu ia masih bersama Khages, rasanya sangat merindu, namun ia harus fokus pada tujuannya saat ini.
"Mau minum?" Tawar lelaki itu, Abbie menggeleng pelan, "nggak usah, gue nggak lama kok."
Dan pikiran negatif lelaki itu mulai menyeruak luas dalam otaknya, iya, memang tidak akan berujung kembali.
"Gue mau minta maaf sama lo, karna selama ini gue selalu nutupin semua masalah yang lagi gue rasain. Sebagai cewek lo, seharusnya gue terus terang apa yang lagi gue rasain dan gue hadapi."
Khages terdiam menatap Abbie yang terlihat menyedihkan, mata gadis itu berkaca-kaca, seperti menahan kesedihan yang mendalam, ah pasti hatinya berkedut nyeri sekarang, ingin rasanya Khages memeluk Abbie.
"Gue terlalu takut buat cerita, terlalu takut buat jujur dan nggak mikirin perasaan lo sama sekali," dan yah air matanya benar-benar meluruh, ia terisak sedikit.
Khages ingin memeluk gadis itu, sangat-sangat ingin namun dia masih bisa menahannya.
"Gue terlalu menganggap lo enteng, dan gak ada."
"Gue selalu mikir, lo bukan apa-apa di hidup gue."
"Gue selalu mikir lo cuma bercanda buat sayang sama gue, gue selalu mikir hal yang seharusnya nggak gue pikirin."
Dan kali ini, lelaki itu yang merasa sedih.
"Gue ninggalin lo karna permintaan Nia, Nia sahabat gue, yang bener-bener berarti dalam hidup gue, sampe akhirnya gue sadar, dia nggak ada buat gue, dan cuma anggep gue sebagai permainan dia aja."
Lalu lelaki itu bergerak maju dan langsung memeluk Abbie. Dia tidak bisa melihat orang yang dicintainya menangis sesegukan seperti itu, Abbie terkejut sekaligus nyaman, karna setelah sekian lama akhirnya merasakan rumahnya kembali hadir.
"Cerita semuanya, ceritain," meski gue sebenernya udah tau, tapi gue mau lo jujur, Bie, semuanya, batin Khages melanjutkan seraya mengelus punggung gadis itu mencoba menenangkan.
"Selama ini gue takut pacaran sama lo, karna lo orang yang disukain banget sama temen gue. Sebenernya gue di sini juga antagonis, gue diem-diem pacaran dan deket sama lo, gue nggak jujur sama sahabat gue sendiri."
"Gue salah, Ges. Gue menyadari banget kesalahan fatal gue, gue buat Nia tau dari orang lain, bukan dari gue sendiri. Dan setelah pacaran sama lo, gue ngerasa gaenak, di satu sisi gue sayang sama lo, di satu sisi gue sayang sama sahabat gue."
"Shhhttt," Khages bersuara, menyuruh gadis itu diam, dikarenakan saat ini badan gadis itu bergetar hebat.
"I feel you, tenangin dulu ya? Mau minum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAGESWARA (ON GOING)
Teen FictionRank #1 teenficiton 3/9/21 Rank #2 Fiction 3/8/21 Rank #1 Fiction 4/8/21 "Lo...gay?" Tanya Abbie memberanikan diri, bukannya menjawab Khages malah mendekat. Refleks Abbie mundur dan merasakan aura mengerikan dari lelaki itu. Apakah ia salah bertanya...