63 || Demam Tinggi

36.9K 4.2K 1.7K
                                    

"A-bbie?" Gadis itu terlihat menyedihkan dengan wajah pucat hendak mengangkat tangannya untuk menyapa Khages namun tubuhnya sudah tidak kuat dan berakhir jatuh. untungnya dengan sigap Khages menangkapnya.

Khages dengan cepat membawa Abbie masuk ke dalam kamarnya yang sangat panas. Entahlah seperti tidak ada udara, cukup lama mengompres dahi Abbie menggunakan es batu, begitupun dibantu dengan minyak kayu putih, Abbie baru membuka matanya.

"Syukurlah, ayo ke dokter ya?"

"Nggak, nggak usah."

"Kamu sakit, Sayang."

Abbie mencoba menyadarkan pandangannya yang sedikit kabur. Ia menatap kanan dan kiri lalu menghela napasnya berat, "aku buat kamu khawatir ya?" Pertanyaan yang membuat Khages menatap Abbie dengan tatapan tidak tega, sebenarnya Khages kesal sekali, namun ia menahannya.

"Kamu kalo udah mulai nggak enak badan atau nggak kuat ngelakuin banyak hal, bisa bilang aku kan."

Abbie terdiam. Lalu tak lama Khages mengecek ponselnya, "aku keluar dulu." Abbie mengangguk dan membiarkan Khages pergi keluar.

Gadis itu melihat ponselnya yang baru di charger. Ya semalaman ia demam sampai tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan untuk mengecek ponselnya saja dirinya tidak kuat. Sampai akhirnya ia berakhir terbaring dikasurnya tanpa makan apa-apa semalaman.

Tak butuh waktu lama Khages datang dengan dua kantong plastik di tangannya.

"Makan ya."

"Kamu beli?"

"Abang ojek online yang beliin."

Abbie tidak bisa membalas ucapan Khages lagi karena tidak banyak tenaga yang ia punya. Khages mengeluarkan beberapa obat-obatan yang membuat Abbie mengernyit.

"Obat apa?"

"Tadi pas kamu masih pingsan aku konsul sama dokter, terus dikirim obatnya. Cuma kalo emang nggak mempan nih obat, kita tetep periksa offline ya." Khages memberikan dua obat dan segelas air.

"Minum," suruh lelaki itu, Abbie mengangguk dan langsung meminumnya.

"Ini obat sebelum makan ya?" Pertanyaan polos Abbie yang hanya dibalas anggukan oleh Khages. Lelaki itu mengeluarkan sekantong plastik lagi berisikan sterofom putih yaitu bubur.

"Makan."

"Kamu marah?" Tanya Abbie.

"Aku cuma kesel." Abbie mengambil suapan yang disodorkan Khages.

"Kesel kenapa?" Tanya Abbie lagi.

Khages menarik napasnya dalam-dalam. Lalu menghembuskannya perlahan.

"Kamu jangan beranggapan nggak punya siapa-siapa, Bie. Aku gunanya apa di sini kalo kamu sampe sakit begini nggak ada yang ngurus? Aku sakit banget liat kamu begini," ucap Khages yang memang seharian ini begitu khawatir. Karena pikirnya Abbie tinggal sendiri, jika ada apa-apa yang menyesal adalah dirinya sendiri.

"Iya maaf," balas Abbie pelan, "aku juga gak tau kalo bakal sakit," lanjutnya seraya menunduk, ia kembali disuapkan sesendok bubur.

"A-aku mau chat kamu takut," ungkap gadis itu membuat Khages refleks meletakkan sterofom mangkuknya di lantai.

"Takut kenapa?"

"Ngerepotin." Seketika Khages menarik Abbie ke dalam pelukannya, dan mengelus puncak kepala gadis itu yang sudah menangis.

Terdengar suara isakan Abbie yang membuat Khages semakin tidak tega untuk kesal dan marah.

"Shtt, im so sorry, aku yang salah."

KHAGESWARA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang