SFX : Olivia Rodrigo - Drivers License
happy fucking reading yall💯....
Jiwa yang semakin meronta ingin melarikan diri. Namun hati berkata lain, seolah meminta untuk tetap bertahan. Mungkin karena cinta, atau iba. Entahlah keduanya terlihat sama, kini Abbie hanya menjalani aktivitasnya, tanpa mau berpikir kesana. Saat ini dia ingin menyelesaikan sekolahnya di sini sebentar, sebelum nantinya dia akan melarikan diri dari semua orang.
Dia tidak akan bertemu lagi dengan temannya Nia atau mungkin yang lainnya. Juga dengan Khages, dia berusaha untuk kembali kepada dirinya sendiri. Memang selayaknya ia tinggal jauh dari yang bukan tempatnya. Pasalnya memang dia di sini hanya menumpang hidup dengan keluarga temannya, dan bersekolah pun masih di tanggung oleh orang lain.
Abbie memakan nasinya seraya menangis. Hari ini dia makan nasi goreng buatannya sendiri, hidup sendiri tidaklah enak. Tidak seenak dipikiran orang-orang setelah lulus sekolah ataupun ingin ngekost sendiri. Rasa yang sebenarnya adalah merindukan kedua orang terlebih yang kedua orang tuanya masih hidup, Abbie sangat senang melihat orang lain yang banyak berkomunikasi dengan kedua orang tua mereka.
Pasalnya, ia di sini tidak bisa menghubungi keduanya selain saat berdoa. Bahkan saat makan malam seperti ini, demi apapun, dia seperti seseorang yang menyedihkan. Tak ada yang memperhatikannya dan tidak ada yang menanyakan kabarnya.
Namun Abbie bersyukur, karena dia tetap harus bertahan hidup. Dia akan terus menjalani kehidupannya ini, meskipun memang berat. Terlebih umurnya masih terbilang belia, bahkan di saat orang lain sepulang sekolah bisa bermain, ia di sini bergelut dengan keringat dan melayani orang-orang. Menjadi pekerja paruh waktu demi makan tidaklah seindah di drama korea. Berat, lelah. Namun sekali lagi manusia hanya diperbolehkan untuk bersyukur bukan? Jika ada yang mengeluh mungkin langsung dihakimi atau bahkan dibandingkan dengan orang lain.
Abbie terdiam seraya menyuapkan makanannya yang tinggal sedikit lagi.
Tiba-tiba saja suara notifikasi ponselnya berbunyi membuatnya refleks membuka ponsel.
Khages :
Abbie? Udah makan blm?Abbie :
Baru selesai niiKhages :
Yahh, baru mau ngajakin. Kamu bru makan udah jam 10 malem?Abbie :
Hehe tadi lumayan rame cafe nyaaKhages :
Aku lupa kamu masii kerja yaAbbie :
IyaaKhages :
Mau ketemu gaa? Aku jemputAbbie menghela napasnya pelan, dia belum ingin menjawab ajakan khages. Dikarenakan ketemu lelaki itu membuatnya harus bersikap tidak seperti dirinya untuk saat ini, dia sedang tidak dalam suasana yang baik, agar lelaki itu tidak terbawa perasaan negatifnya, maka Abbie yang harus berpura-pura. Namun, sebenarnya hal tersebut sungguh sangat menyedihkan.
Sedari kemarin dia berusaha untuk bersikap normal seolah memang tidak ada masalah sama sekali dalam hidupnya. Yang pada kenyataannya lelah sekali, hampir patah rasanya. Hanya saja Abbie memiliki solasi cadangan, dan yang punya hanya dirinya sendiri. Yaitu kekuatan untuk bertahan dari kejamnya dunia.
Abbie :
Oke, kesini ajaKhages :
Otewee sayangku!Abbie menghela napasnya dan menghapus sisa air matanya. Ya bisa dikatakan tadi dia sempat menangis karena memang lelah sekali hari ini. Benar-benar melelahkan, karena Abbie sering memikirkan hal yang begitu jauh padahal belum tentu terjadi. Overthinking itu membunuh jika dipelihara, dan diri ini masih memeliharanya.
Abbie juga mencoba memukul pipinya, dan itu teorinya. Menurut dirinya jika dia sedang dalam keadaan tidak baik, maka dia harus memukul bagian tubuhnya agar lebih kuat dan percaya diri, yang dimaksud adalah berpura-pura baik-baik saja. Abbie dengan cepat merapikan bekas tempat makannya, dan mulai mengganti bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAGESWARA (ON GOING)
Teen FictionRank #1 teenficiton 3/9/21 Rank #2 Fiction 3/8/21 Rank #1 Fiction 4/8/21 "Lo...gay?" Tanya Abbie memberanikan diri, bukannya menjawab Khages malah mendekat. Refleks Abbie mundur dan merasakan aura mengerikan dari lelaki itu. Apakah ia salah bertanya...