22. Eh?

7K 512 10
                                    

"Ummi mau denger," ucap ummi malah bercanda.

"Ummi, Faiz serius mi, duarius malah," ucap Kak Faiz dan entah mengapa ummi tertawa.

"Ngomong aja kak, ummi dengerin," ucap ummi dan ya aku semakin menajamkan telingaku.

"Mi, inget kan kemarin kemarin Faiz izin buat anter Tifah check up? Nah dokter Reza bilang Tifah harus..." Kak Faiz memberi jeda dan menarik nafas dalam dalam, lalu menghembuskannya secara kasar. Ada apa sih?

"Operasi sum-sum tulang nya, untuk membuang sel nya yang rusak, kalo nggak secepetnya, bisa bisa selnya rusak semua, kan serem."

Masa?

Hah?

Operasi?

"Serius kak?"

"Tifah?" ucap kak Faiz terkejut, dia sepertinya menyembunyikan ini rapat rapat. Tapi mengapa Kak Faiz menyembunyikannya? Bukannya aku yang paling berhak tau?

"Ada apa sih?" tanya Bang Kahfi yang turun dari lantai dua. Dasar gak liat situasi! Dia seperti bangun tidur, terlihat dari rambutnya yang berantakan. Kak Faiz membuang nafas kasar. Itu mengingatkanku kepada aku yang harus operasi.

"Kata Dokter Reza, aku harus operasi," ucapku dan reaksi Bang Kahfi nampak kebingungan.

"Operasi? Tifah bukannya mengidap Thalasemia? Kok sampe di operasi?" tanya Dokter Kahfi, maksudku Bang Kahfi, dia juga dokter kan? Hanya saja perlu pemulihan lagi sebelum dia mengulang koas nya.

"Kata Dokter Reza, itu salah Dokter Reza, dia pernah memberikan obat yang malah merusak selnya," ucap Kak Faiz dan Bang Kahfi seperti kebingungan wajahnya seperti orang yang dikasih 100 soal kimia esay.

"Itu salahnya Dokter Reza lah! Ini udah masuk mal praktek, dipikir nyari donor sum sum tulang itu gampang? Apalagi nyari yang cocok, biar abang deh yang ngomong sama dia!" ucap Bang Kahfi berapi api, tapi mukanya santai banget. Gak ngerti lagi deh sama abangku ini.

"Abang, sabar, dokter juga manusia, dia pasti pernah salah, gak ada dokter yang sempurna, mungkin Ibnu Sina pun mungkin pernah keliru," lembut ummi, raut wajah Bang Kahfi langsung berubah, sepertinya ummi salah memilih kata kata.

"Bang, itu bukan salah abang, kematian itu rahasia Allah, walaupun bukan Abang yang ngobatin pasien itu, beliau pasti akan tetap meninggal," bisikku dan mengusap bahu Bang Kahfi.

Kalo orang lagi sedih, hibur dia, usap bahunya, dia akan merasa sedikit lebih tenang. -Ilham.

"Abi bilang, nomor penerbangannya AQ8607," ucap ummi yang berjalan menuju dapur dengan menggunakan tongkat, aku senang ummi sudah lepas dari kursi roda, walaupun ya masih kembaran sama aku. Aku pun menghampiri Bang Kahfi yang duduk di ruang tv.

"Tifah mandi dulu sana!" teriak Bang Kahfi tepat di telingaku, gak tau apa telingaku tersiksa?

"Ngapain mandi, mandi gak mandi juga tetep cantik," ucapku pembelaan. Emang fyi aja ya, aku itu tetep cantik walau gak mandi. Ya kali gara gara gak mandi doang jadi ganteng?

"Tapi badan lo bau banget," ucap Bang Kahfi santai seraya menutup daerah hidungnya yang mancung itu.

"Ih abang! Tifah gak bau! Nih nih nih!" ucapku dan menyodorkan kerudungku ke arah Bang Kahfi, ya gak akan bau lah orang kerudungnya masih wangi. Bang Kahfi hanya tertawa dan mencubit hidung ku. Ya fyi lagi, aku bersyukur hidungku masih bisa dibilang mancung.

"Liat nih adikku sayang, hidung lo itu minyak semua," ucap Bang Kahfi yang membuatku beranjak dari sofa dan mengambil kertas oil control dari kotak P3K, ya memang saat ini aku teramat sangat gak mood untuk mandi.

"Abang gak nyuruh kamu buat bersihin hidung, abang nyuruh kamu mandi!" ucap Bang Kahfi yang menarikku seperti kambing. Dia menggiring ku ke kamar dan aku hanya duduk di depan meja belajar.

"Apa harus abang yang mandiin?" ucap Bang Kahfi dan aku langsung menggeleng dan mendorong dia untuk keluar. Ya kali dia mau mandiin aku? Aku jadi ngeri sama abang ku itu.

"Tapi mandi ya?" tegas nya untuk memastikan apa aku akan mandi atau tidak.

"Ya iyalah abangku tersayang! Sana pergi!" ucapku dan menutup pintu kamar lalu bergegas mandi.

Setelah mandi dan berpakaian aku langsung ke bawah, dan disambut oleh aroma cream soup kesukaan abi. Jadi pengen cepet cepet ketemu abi.

"Ummi, kita kapan ke bandara?" tanyaku seraya memperhatikan bagaimana ummi membuat cream soup.

Saat ku pergi untuk bersekolah di Nurul Fikr, ummi masih disuapin, sakarang ummi bahkan bisa masak.

"Jam 10-an sayang," ucap ummi lembut dan aku hanya mengangguk.

"UMMI!" teriak Kak Faiz dari arah ruang tv.

"Ada apa kak?" tanya ummi ikut panik, aku hanya mengikuti ummi yang berjalan dengan susah payah, seperti aku saat baru mengenakan tongkat dulu.

"Mi, nomor penerbangan abi berapa?" tanya Kak Faiz dan ummi langsung mengecek ponselnya.

"AQ8607, kenapa emang?" tanya ummi dan Kak Faiz langsung terkejut.

"Ada apa kak?" tanyaku mengulangi pertanyaan ummi tadi.

"Dengerin deh!" ucap Kak Faiz. Aku pun menajamkan pendengaranku.

"Pesawat bernomor penerbangan AQ8607, rute Dubai-Jakarta diberitakan hilang kontak dengan pusat pantau, belum ada kepastian dari pesawat milik Global Nusantara itu,"

KRING! KRING!

"Itu pasti pihak pesawat!"

***

"Ummi, tenang," ucap Bang Kahfi mengelus pundak ummi. Ummi tidak bisa berhenti menangis semenjak melihat berita itu sampai kami berada di bandara. Wartawan aja udah 7 yang wawancara Kak Faiz.

Tapi, ponselku tiba tiba bergetar membuat fokusku terpecah.

Gilang is calling...

"Assalamu'alaikum, Tif?" ucap Gilang. Entahlah, nada bicarnya seperti orang yang baru aja nangis.

"Wa'alaikumsalam, ada apa Gil?" ucapku, entah mengapa aku mendengar nada sarkastik di nada bicaraku.

"Lo, jadi pindah?"

"Menerut kamu?"

"Emm, iya, tapi ada satu yang belum sempet aku omongin ke kamu, Tif."

"Terus?"

"Ya, aku mau ngomong,"

"Tinggal ngomong aja sih,"

"Maaf,"

"Iya,"

"Eh, btw kenapa ada suara ibu ibu nangis?"  tanya Gilang.

"Itu ummi, oh iya minta do'anya ya, Gil. Tolong do'ain abi aku, pesawat yang abi tumpangi hilang kontak."

"Semoga abi lo bisa pulang dengan selamat. Takdir Allah bilang, abi lo sama papa gue satu pesawat."

"Eh? Serius? Itu kan pesawat milik perusahaan Global Nusantara?" ucapku kaget.

"Iya, abi lo sama papa gue pasti satu perusahaan. Do'ain papa gue juga, ya. Kalo lo mau tau, sekarang gue lagi ngeliat lo."

"Eh?"

"Iya, gue dibandara."

A.n

Huwalaa!! Udah mau selese aja ini ceritaa :")

Afwan typonya yha:3 makasih RVC nya yha:3

Wassalamu'alaikum

3k05 2k15

Boarding School [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang