6 alarm

9.4K 698 26
                                    

"Pelajari Cosinus, pertemuan selanjutnya ulangan," ucap pak-guru-matematika yang ternyata bernama pak Galih itu. Ya Allah, tidak adakah guru baik di sekolah ini?

Mata pelajaran selanjutnya, kimia.

"Mampus gue!" Umpat Hanan.

"Kenapa Han?" Tanyaku pada Hanan yang langsung menoleh.

"Gue belom hafal nomor atom Tif," ucap Hanan, ya kali aja deh. Aku juga belum hafal nomor atom, apa harus aku menghafalnya?

"Kabar gembira untuk kita semua!" Teriak Fikri, yang entah mengapa datang dari luar.

"Ibu Lelly, tidak masuk sekolah!" Dan Hanan terlihat... lega. Dan fyi dia berbicara dengan nada pada suatu iklan, yang fenomenal pada zamannya.

"Han, Awan ko belum balik lagi ya?" Tanyaku pada Hanan.

"Ya bayangin aja, dia sendirian beresin lapangan, bisa selesai lebaran monyet kali. Ciee Tifah nanyain awan," ucap Hanan, eh! Apa tadi dia bilang?

"Aku gak maksud gitu Han," ucap ku pembelaan, ya memang maksudku bukan gitu. Cuman ini udah selesai loh pelajaran matematikanya.

"Jangan mikirin Awan, nanti zina otak," ucap Hanan melebih lebihkan.

"Aku gak mikirin Awan Han!" Ucapku kekeh, emang aku gak mikirin cowo itu.

"Eh Lang! Muka atau kertas gorengan? Kusut  amat, gue liat catetan kimia dong," ucap Fikri, aku gak nguping, cuma kedengeran, orang di samping.

"Kertas gorengan! Puas lo?" Jawab Gilang, kok dia sensi banget ya hari ini.

"Baper amat mas, awas ada kambing conge, yang dari kemaren kerjaannya nguping mulu, pake buku gue nih,"  ucap Azam, dan mereka tak mengobrol lagi. Azam itu ya dari pertama ketemu udah ngajak ribut.

"Ye... emang lo nyatet? Baru kemaren masuk aja, belagu amat, liat noh si Awan udah balik," ucap Fikri.

"I wanna go home~~~" Awan bernyanyi seraya masuk ke kelas, dengan langkah -sok- Gontai.

"Sabar Wan," gumamku dan sialnya diketahui oleh Hanan.

"Ciee Tifah kepincut Awan," ucap Hanan, dengan nada yang tidak bisa dibilang pelan, mungkin tidak semua dengar, tapi bagaimana jika ada yang dengar fitnah ini?

"Aduh Han, Fitnah aja deh," elakku, bukan! Aku tidak mengelak, tapi memang dia memfitnahku.

"Ngelak aja sampe botak Tif," ucap Hanan, ye.. kalo digosipin sama Gila- eh apa sih aku ini, pikirannya udah macem macem, mending aku buka buku Kimia deh.

Membuka bukan berarti membaca.

"Thifah," panggil seseorang, aku yakin yang manggil bukan hanan, karena tadi adalah suara ikhwan.

"Ya?" Tanyaku, ternyata yang memanggilku itu Gilang, bumi telan aku sekarang juga. Akhi mengapa suaramu saja membuat.... aku gugup? Ya Allah, ini cobaan.

"Lo baca apa?" Tanya Gilang, emang kenapa? Ada yang salah?

"Ada apa?" Tanyaku sambil menaikan alis kanan ku.

"Buku kimia lo, terbalik," ucap Azam dari samping Gilang, dan aku refleks mengecek buku ku. Kamuflase gagal.

Aku hanya nyengir sambil membalikan bukuku.

Akhirnya jam pelajaran berakhir, hari telah sore, dan di luar hujan. Mana aku ga bawa payung.

"Thifah! Lo bawa payung tidak?" Tanya Bintang yang duduk di sebelahku.

"Gak Bi, aku gak tau bakal ujan sore ini," jawabku, tentu Bintang cemas. Mau ke asrama gimana? Mau ujan ujanan? Mana Nissa sama Tarra udah duluan.

"Nih Bi, gue bawa payung dua, sebenernya sih satu, tapi gue pake punya Gilang," ucap Awan yang tiba tiba menyodorkan payung lipat.

"Makasih Wan," ucap Bintang seraya menerima payungnya.

"Bakso Mpok Jule ya," ucap Awan yang membuat Bintang geram tapi bisa ku lihat pipinya bersemu, oh ayolah Bi, udah untung kita dikasih pinjem.  Lagian awan bercanda.

"Asem lo! Ia deh, InsyaAllah. Gue ke asrama dulu ya, yuk Tif! Bye Wan, Bye Gil, Assalamu'alaikum," ucap Bintang seraya menarik tanganku.

"Wa'alaikumsalam," jawab Awan dan Gilang.

"Cie yang dipinjemin payung sama Awan, dikirim surat pula, hati hati loh Bi, nanti kepincut," goda Tarra setelah kita cerita kejadian setelah mereka meninggalkan aku dan Bintang di kelas. Raut wajahnya memang terlihat kesal, tapi matanya berkata lain.

"Aku tetep cinta Allah," ucap Bintang, eman paling bisa deh Bintang kalo cari aman. Aku melihat gerak gerik Awan yang menunjukan ketertarikan, tunggu aja deh surat undangan nikah dari mereka. Astaghfirullah, jangan mendahului Allah Tif, dosa.

"Cinta sesama makhlukNya kan anugrah Bi," ucapku, dan kami semua tertawa, sampai handphone ku berdering, reminder untuk besok.

Besok Tranfusi

Astaghfirullah! Aku lupa, ada yang mereka dan kalian belum tau tentangku.

---

TBC

Mau curhat dongs, bentar:(

Ya Allah... gue bete banget, tadi gue ngetik di cerita lain dan words nya >735, dan hp nya tiba tiba mati, dan langsung ke delete semua itu >735 words. Kitati sayah;-; dan pastinya lebih panjang dari part ini, yang mana >735 itu belum selesai;-; sakit bro. (Ketularan Alan nih bro-bro-an)

Sedih yaampun...

Makasih yah untuk Votenya:)

Boarding School [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang