Yth: Lathifah K
di tempat"Assalamu'alaikum ukhti, saya mengagumi ukhti saat pertama kali bertemu, maafkan perasaan saya, saya berjanji tidak akan mengganggu ukhti, tapi biarkan saya mengagumi ciptaan Allah yang benar benar indah, selamat malam ukhti,"
Apa ini surat cinta? Sungguh? Benar benar menggelikan! Tapi kok tidak ada nama pengirimnya? Astaghfirullah masa ia jaman udah serba canggih gini, masih ada surat suratan? Aku jadi penasaran dengan surat yang didapat Bintang, apa surat cinta juga?
★
10:37
Kita masih berada di Lamar, karena pagi ini guru guru sedang rapat, kami pun masuk siang.
"Bi, lo dapet surat dari Awan lagi?" tanya Nissa, dia pun mengangguk, dan melempar surat itu ke tempat sampah. Mengapa ia membuangnya? Bahkan dibuka saja tidak?
"Eh! Kenapa dibuang?" Ucapku kaget, Bintang hanya mengusap wajahnya frustasi. Mengapa ia sefrustasi itu? Apa Awan benar benar se-menyebalkan itu?
"Terakhir Bintang membuka suratnya, itu gambar bangkai tikus. Ya tapi, untung dia hanya mengirim gambar," ucap Nissa.
"Kita juga bisa mengirim surat kepada orang lain, lewat jasa pengiriman pos, ada yang malam, siang, pagi, sore, lengkap deh." Ucap Tarra promosi.
"Nissa juga pernah mendapat surat dari ikhwan," ucap Tarra yang membuat Nissa langsung melempar bantalnya ke muka Tarra, dan sukses mengenainya. Tapi raut Nissa seperti tak mau mengungkitnya.
"Apa boleh aku membuka suratnya, Bi?" Tanya ku, dan Bintang mengangguk, akupun mengambilnya.
Kepada: Yovieta Bintang
di asrama perempuan no 66.
"Assalamu'alaikum Bintang! Sudah lama gue selalu mengirim surat bergambar seram, tapi lo selalu sabar, emm gue kagum dengan kesabaran lo, jangan geer p+] ya Bi! Tapi gue cuma mau minta maaf, oke gue tau kesalahan gue udah banyak banget tapi gak ada salahnya saling memaafkan kan?-Awan"
"Bintang! Ini bukan gambar, melainkan tulisan tangan, baca deh!" ucapku dan langsung direbut oleh Tarra yang langsung membacakan isinya.
"Hallah! Itu sih tulisan Gilang! Mana mau si Awan ngirim surat minta maaf," ucap Bintang, lalu menjatuhkan badannya ke kasurku.
"Mau apa kamu di situ?" Tanyaku saat Bintang mulai membuka laci ku, bagian dari privasi mana yang dia gak ngerti? Untung surat ku ditaruh di tas.
"Lo dapet surat ya?" Tanya Bintang, dan aku mengangguk.
"Peraturannya, kalo ada yang dapet surat semua harus tau isinya," ucap Bintang, rupanya dia kepo banget dengan suratku.
"Lupa nyimpen, mungkin ilang," ucapku dan mengusirnya dari kasur.
"Tapi Bi, apa lo yakin yang nulis Gilang?" Ucap Nissa. Dan Bintang mengangguk.
"Gue sih ga yakin, gue yakin ya kalo Gilang ogah nulis gituan, dia kan bertekad buat mendamaikan kalian, jadi mana mungkin dia ngirim ke lo atas nama Awan, dilarang!" ucap Nissa, Gilang? Mendamaikan? Oh ia, mereka satu SMP.
"Tapi... bisa Fikri atau Azam? Azam ga mungkin! Fikri! Pasti Fikri! Mereka tuh kutu yang harus dibasmi tau ga!" Ucap Bintang kesal.
"PR kalian udah selesai?" Tanya Tarra dengan santai. Tunggu- PR? yang mana? Astaghfirullah! Aku harus tau soalnya, kan aku udah ga sekolah satu minggu!
"Halaman berapa Tar? Aku kan udah ga sekolah satu minggu," ucapku dan Tarra langsung memberikan bukunya padaku, dan yang lain langsung mengerjakan soal masing masing.
"Duh ini Cosinus, gue ga paham sumpah!" Keluh Bintang, jujur aku juga belum paham yang beginian.
"Kan pilihan ganda Bi," ucap Nissa.
"Tetep harus diitung kan?"
"Kalkulator!" Ucap kami bertiga serempak.
★
Setelah siap kita langsung menuju gedung sekolah, masih lama untuk dibilang telat. Kemarin kita telat hanya karena pengering rambut Nissa hilang, jadi Bintang harus menunggu Nissa.
Setelah tiba di kelas, kita langsung duduk di bangku masing masing. Taklama setelah itu, Awan dan teman temannya langsung masuk, dan ajaibnya seluruh pasang mata di sini melihat mereka dengan tatapan tumben.
"Wan PR lo udah belom?" Tanya laki laki yang ku tahu bernama Rangga.
"PR apaan?" Ucap Awan malah balik nanya.
"Matematika," balas Rangga santai.
"Astaghfirullah? Kenapa gue bisa lupa? Gilang! PR lo udah?" Teriaknya dari bangku yang ia duduki.
"Udahlah! Dan gue ga mau dicontekin lo!" Teriak Gilang.
"Ah ga pren lo! Gue liat!" Teriaknya lagi, bukannya nyamperin malah teriak teriak.
"Bukan hutan mas!" Teriak Bintang, ngapainip komentar sih, cari penyakit dasar.
"Bintang liat PR dong!" Teriak Awan, suaranya mampu mengalahkan Bel.
"Mana jam pertama lagi, oi Thifah!" Duh kenapa aku disebut sebut.
"Pr lo udah belom?" Tanya dia dan aku mengangguk, kenapa jadi kaya di medan perang gini sih?
"Liat dong!" Teriaknya yang berniat beranjak dari tempat duduk.
"Mandiri oi!" Teriak Gilang sambil menarik tangan Awan yang tadi udah berada di samping meja ku.
"Gue kan liat nya bukan ke lo!" Ucap Awan.
"Ngapain kamu?" Interupsi pak guru yang berkumis tebal seraya memasuki kelas.
"Awan Azhar!" Bentaknya dan Awan tidak berkutik.
"Kembali ke tempat!" Bentaknya lagi dan Awan segera kembali ke tempat duduknya.
"Kumpulkan tugas kalian!" Perintahnya dan kami semua maju kecuali Awan.
"Awan mana tugas kamu?" Tanya pak-guru-matematika dan Awan semakin menunduk.
"Punguti daun di lapangan, jika saya melihat sehelai daun pun, saya akan menghukum kamu lebih berat!"
Lapangan kan lagi banyak daun, mana panas banget, jadi kasian sama Awan. Untung tadi aku udah kerjain pr. Alhamdulillah.
---
Tbc
UN beres yeayy! Alhamdulillah...
Walau gue tadi ngisi hidrogen padahal yang bener oksigen, pupus sudah harapan gue nem 40 ;-;. Inget Put, Allah knows best..eaaa
UN UN UN UN UN UN UN PASTI BERLALU! DAN SEBENERNYA UDAH BERLALU, ORANG LAIN HARI INI LAGI JALAN JALAN, TAPI BERHUBUNG UDAH KANGEN MAKSIMAL SAMA WATTPAD...
Way itu caps lock lupa di off-in sempet sowak liatnya ): afwan ya gengs):
Udah gila sama UN
Gak nyangka ini cerita ada yang vote:) Jazakumullah khair :)))