"Kalian duluan aja, aku ke toilet dulu,"
"Hati hati ya," ucap Bintang dan mereka melangkah pergi. Aku langsung ke toilet. Aku langsung lari ke toilet sambil menangis. Aku bingung kenapa aku nangis. Tapi dadaku sesak.
Saat istirahat tadi, aku dipanggil ke tata usaha, saat balik ke kelas, aku lihat Gilang sedang tertawa di kelas bersama Bintang.
Bukannya tidak baik jika ikhwan dan akhwat berduaan di dalam satu ruangan? Entah mengapa dadaku sesak melihat itu semua.
Aku menangis di depan kaca wastafel yang memanjang. Aku gak tau kenapa dadaku begitu sakit. Aku pun menguatkan hati, dan membasuh wajahku dengan air. Akupun langsung keluar.
"Ada cewe," terdengar suara pria, aku takut. Lindungi hambamu ini ya Allah. Saat aku ingin berlari, sebuah tangan menahanku. Saat ku menyadari itu tangan Ikhwan, aku langsung melepaskannya, tapi sekarang aku terkepung.
Mereka berlima mengepungku, aku takut setengah mati. Ya Allah, lindungi hamba.
"Kalian siapa!" ucapku berteriak. "A-aku, mau lewat! Minggir!" teriakku, mereka mencoba menarik tanganku, tapi aku lepas paksa.
"Kasar banget, ukhti, hahahahaha," ucap cowo yang ber name tag 'Fauzi K'. Dia menekan kata 'ukhti' lalu terbahak. Takut banget ini ya ampun, apa yang harus aku lakukan?"TOLONG!!!" teriakku, aku harap ada yang mendengar.
"Guru sedang rapat loh, ga ada yang bisa mendengar teriakanmu, ukhti Lathifah?" ucapnya, dia membaca name tag ku.
"Pergi! TOLONG!" tetiakku lagi, dan mereka tertawa.
"Beraninya ke cewe, dasar bangke!" terdengar suara ikhwan dari arah barat. Itu Azam. Pantas saja dia berkata kasar. Karena setahuku, dia mantan preman, ya aku tahu dari ayah nya kan?
"Weis Azam, ada pahlawan kesorean nih, hahahahah," ucap Fauzi, hanya dia yang berbicara, yang lainnya hanya tertawa. Mungkin yang lain tidak bisa berbicara, entahlah hanya mungkin.
"Kurang ajar!" teriak Azam dan langsung menjatuhkan tinjuannya di perut Fauzi. Aku refleks menutup mulut dan tak pergi kemanapun.
Jika aku sedang menonton film, dan ada adegan begini aku pasti berteriak 'Pergi! Ih oon, pergi sana!' tapi aku ngerti sekarang. Aku terlalu takut untuk pergi.
Aku terus menyaksikan adu jotos itu, tanpa berkutik. Saat Fauzi terbanting, dia dan teman temannya langsung pergi.
"Tif, lo gak diapa apain kan?" tanya Azam, dia menjaga jarak denganku. Itu artinya dia menghargaiku sebagai nonmukhrim nya. Subhanallah. Azam telah berubah menjadi lebih baik, alhamdulillah.
"Gak Zam Alhamdulillah, makasih ya," ucapku dan pergi ke asrama.
☆
Untuk: Azam, 1 D.
"Assalamu'alaikum wr wb, saya menulis ini untuk mengucapkan terimakasih kepada akhi, dan maafkan saya telah su'udzon padamu saat aku melihat kau di ruang administrasi beberapa hari yang lalu. -Lathifah,"
Aku pun memasukan surat ini ke dalam amplop.
"Bi, kalo mau ngirim surat ke mana ya?" tanyaku pada Bintang. Kami tengah bersantai di Asrama.
"Yu, gue anter!" ucap Nissa antusias. Dia mengambil map di dalam laci meja belajarnya. Dan kami berjalan bersama.
"Lo mau ngirim surat ke siapa?" tanya Nissa, dan aku memperlihatkan amplop nya, dan dia mengangguk.
"Kamu mau ngirim apa ke siapa?" tanya ku dan dia membuka mapnya. Betapa terkejutnya aku dia menulis 'Fauzi Khairul, 3 MIA F' apakah itu Fauzi yang tadi?
"Dia kakak, gue, tidak ada yang tahu, sebenarnya gue malu buat bilang dia kakak gue, dia terkenal sebagai Troublemaker di sini." Ucapnya, dan mataku membulat sempurna.
"Kenapa Tif?" tanya Nissa saat dia menyadari mataku yang membulat sempurna. Aku pun menetralkan mataku dan menggeleng.
☆TBC
Ye-ay, maafkan typo nya ya :D
Makasih ya RVC nya:)