Hari ini aku keluar rumah sakit, kaki kiri ku sudah bisa ku angkat sedikit. Setidaknya aku tidak menyeretnya sekarang. "Jangan balik lagi ya, Tifah," ucap kak Reta seraya melepas jarum infus yang berada di tanganku. Dan aku mengangguk lalu tersenyum.
Kemarin lusa ummi ku datang menjenguk, dia bilang 'Maaf, ummi pikir kamu ga separah ini, jadi ummi ga buru buru ke sini,' dan sampai hari ini beliau mengantarku ke asrama kembali.
Dan Abi, ia sedang di Dubai, mana mungkin dia menjengukku?
★
Setelah perjalanan panjang, aku tiba di asrama, dan berpisah dengan keluarga ku di gerbang sekolah, dan melangkah ke dalam setelah mengucapkan salam.
Aku berjalan dengan tongkatku sampai ke asrama, dan aku mengambil kunci kamar di pot samping pintu, dan membukanya.
"Assalamu'alaikum," ucapku dan mereka menoleh.
"Wa'alaikumsalam Tifah? Astaghfirullah, kamu gapapa kan?" tanya Bintang langsung berdiri, efek satu minggu-an gak di sini.
"Alhamdulillah Bi, aku sehat," ucapku menuju kasur dan duduk di tepi kasur. Semenjak di rumah sakit aku tak membuka ponselku. Karena ponselku aku tinggalkan di sini.
Akupun mengecek ponselku dan ada 19 pesan masuk di sana.
Gilang: Assalamu'alaikum Fah? Lo kenapa? Gue denger lo jatuh di tempat wudhu akhwat?
Gilang: Hari ini lo ga masuk? Kata Nissa lo sakit dan koma di rumah sakit, bener Fah?
Gilang: Ko ga di bales?
Gilang: Fah, kapan lo masuk lagi?
Dan masih banyak pesan dari Gilang yang aku tidak baca, males.
"Seminggu ini, ada pr atau ulangan ga?" tanyaku, hari ini hari sabtu, berarti besok hari minggu. Dan isya nanti, ada pengajian akhwat di mesjid sekolah.
"Ada," ucap Nissa.
"Apa aja?" tanyaku.
★
"Jadi ukhti, jaga pandangan jangan sampai zina mata, oke? segala kebenaran datang dari Allah, dan kesalahan datang dari diri saya pribadi, wabillahi taufiq walhidayah, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Ustadzah Qanita sebagai penutup, dan kami semua bubar.
Waktu telah menunjuk jam sembilan malam, dan di luar turun hujan. Akupun bergegas keluar dan memakai sandal.
"Eh Tif," ucap Nissa menepuk pundakku, dia seperti sedang cemas. Tapi apa yang dia cemaskan? Tapi dia tampak menutupi kecemasannya. Aku pun tak tahu apa yang dia cemaskan, dan mengapa dia berusaha menyembunyikannya. Aku ini ngomong apa sih? Eh, maksudnya mikir apa sih?
Kok jadi kebelibet gini?
"Hati hati licin," ucapnya dan aku mengangguk. Aku pun menggenggam tangan Nissa saat langkah pertama, dan melepaskannya lagi, takutnya Nissa tidak nyaman.
Akupun memasukkan pergelangan tangannku, dan menggenggam pegangan tongkat ini lalu kami berjalan bersama menuju asrama. Aku tidak melihat Bintang ataupun Tarra, mereka dimana?
"Tifah?" ucap seseorang seperti terkejut. Tapi siapa? Suaranya terdengar dari belakang. Dan langkah kaki terdengar disertai rintik hujan.
"Assalamu'alaikum," ucapnya dan aku berbalik, ternyata Gilang, ngapain dia malem malem di mesjid? Bukannya khalaqah*) ikhwan itu besok?
"Wa'alaikumsalam," balasku seraya mundur dan menunduk. Ingat! Jangan sampai zina mata. Seolah mengerti, Gilang pun melangkah mundur satu langkah kecil.
"Kaki u-ukhti tidak apa apa?" Tanya Gilang menggaruk tengkuknya, dan aku mengangguk. Tumben dia panggil 'ukhti'.
"Duluan ya akhi, Assalamu'alaikum," ucapku terbawa suasan, lalu melangkah pergi.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah,"
Ada yang aneh, ini bukan seperti biasa. Tapi mungkin ini lah yang terbaik.
★
Hari minggu yang membosankan, aku hanya memainkan ponselku sampai jam setengah delapan. Aku tahu, maghrib nanti ada pengetesan hafalan alqur'an, tapi aku mendapatkan urutuan belakang, aku masih bisa lega.
"Tif, dengerin gue ya, bilang kalo ada yang salah atau kelewat," ucap Bintang dan dia melantunkan surat 'Abasa dengan lancar, dan aku tepuk tangan.
"Kamu bisa Bi, aku yakin," ucapku dan Bintang tersenyum, atau bahkan nyengir.
"Aamiin Tif, doain gue oke?" Pintanya dan aku mengangguk, sedangkan Nissa terus menghafalkan surat surat di pojok kasurnya dan sesekali melihat Al-Qur'an. Semoga Nissa dan kami semua test nya lancar, aamiin.
Akupun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.
"Aku pergi dulu ya, Assalamu'alaikum," ucapku dan langsung pergi. Aku melangkah ke tempat dimana lift berada, aku takut bila naik tangga. Kalo jatuh kan repot.
Akupun masuk ke dalam lift dan menuju lantai 2. Setelah sampai, aku langsung menuju perpustakaan. Di sana aku langsung membaca buku novel yang kubaca jika aku kesini, aku sangat ingat halaman terakhir yang aku baca.
Akupun mulai membaca.
'Aku tak pernah merasa seputus asa ini, rasanya aku ingin bunuh diri saja. Aku lelah dengan hidupku yang begitu tak berguna. Aku tak pernah berprestasi di sekolah, aku anak yang dilahirkan tanpa bakat. Dan itu berbanding terbalik dengan kakakku, itu membuat orang tua ku hanya menganggapnya saja.'
Satu paragraf itu, sangat membuatku bersyukur. Ummiku masih menjengukku kemarin, aku sempat mengeluh mengapa ummi tak datang, tapi akhirnya ummi datang.
Dan aku melanjutkan membaca sampai adzan dzuhur berkumandang.
"Dek, mau ke bawah bareng?" tanya ibu penjaga perpustakaan, dan aku mengangguk lalu menempatkan novel ini ke tempatnya.
Dan kami pun ke bawah bersama, mesjid terletak di depan asrama, itu artinya di lantai bawah, jadi kami menggunakan lift untuk ke bawah.
★
"Alhamdulillah Tif, gue udah di test, lega tau rasanya," ucap Bintang, kami sedang duduk di gazebo depan asrama, Nissa hanya memainkan ponselnya dan Tarra sedang memakan snack yang dia dapat dari pengetest-an tadi.
"Aku juga lega Bi," ucapku dan Bintang tertawa. Kata Bintang dia tadi di test surat An-nas, sampai surat yang mentok dia hapal. Walaupu dia tahu, kami juga ditest seperti itu, tapi ia tetap menceritakannya.
★
Tbc
Buat Ipeh yang terus terusan nayain Gilang, nih...
Walaupun part Gilang dikit, like dikit banget.Karena part tadi pendek, like pendek banget, sayah publish ini deh. Gak penting sih emang.
Ye-ay, maafkan typo nya yha:3
Terimakasih untuk RVC nya yha:3