Lathifah: Kak Faiz, Thifah mau cerita, mau dengerin ga?
Setelah aku mengirim pesan singkat ke Kak Faiz, pun aku langsung memasukan hp ku ke kantung jas sekolahku ini. Aku terdiam setelahnya dan menempelkan pipiku ke atas meja.
"Jadi, kapan kita pulang?" Tanya Nissa, karena dari tadi Bintang masih kesulitan mencari sesuatu. Bintang berjalan ke kanan dan ki kiri, menunduk, dan meraba seluruh kolong meja. Aku tidak terkejut jika bintang cemberut setelah menari tangannya dari kolong meja.
"Nyari apa sih Bi?" Tanya ku saat Bintang mulai mengacak ngacak kerudungnya dan membenarkan kerudungnya lagi. Untung tidak ada ikhwan yang melihat.
"Gelang dari abang gue, gue yakin kok tadi gue pake," ucapnya frustasi. Dia pun terus mencarinya.
"Udah di cari di meja lo belom?" Tanya Tarra tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Remaja dan ponsel memang sulit dipisahkan, apalagi untuk remaja seperti Tarra.
"Gue yakin ga akan ada di sana Tar!" Ucap Bintang semakin frustasi, ia langsung duduk
Aku melihat benda berkilauan dari daerah tempat duduk ikhwan. Akupun berjalan menuju benda itu, dan benar saja itu sebuah gelang yang diukir sebuah nama, ada 'Bintang' dan di belakangnya 'Hamzah'.
"Abangmu namanya Hamzah bukan?" Tanyaku, dan dia mengangguk. "Ini punya kamu bukan?" lanjutku dan menunjukan gelang itu, dan Bintang langsung loncat ke arah ku.
"Alhamdulillah! Ketemu dimana Tif?" Tanya Bintang seraya memakai kembali gelangnya. Akupun menunjuk letak gelang itu ditemukan.
"Itukan kolong bangkunya Awan! Awas saja dia! Tidak salah lagi, pasti sengaja!" Ucap Bintang yakin.
"Kebetulan kali," ucap Nissa yang telah tak sabar ingin pulang-kembali ke kamar.
"Jodoh kali," ucap Tara, dia masih belum melepaskan pandangannya ke layar ponsel, perkataannya tadi membuat Bintang geram sendiri.
"Ish! Mending gue-"
"Omongan adalah doa Bi," ucap Nissa yang berhasil membuat mulut Bintang mengatup sempurna.
Drrrt...
Faiz: Cerita apa adikku tersayang? Masa baru sehari aja udah kangen sama kakak mu ini. Jijik gue, apaan?
Itulah isi pesan dari kak Faiz, hanya kak Faiz yang bisa membuatku berggidik geli dan tertawa setelahnya.
Kami pun kembali ke kamar.
★
"Eh, udah berapa hari sih aku gak sekolah?" Tanyaku di sela sela kesantaian kami.
"Emm, satu minggu?" Balas Tara yang tengah duduk di salah satu meja belajar.
"Mau ceritain tentang temen kelas ga?" Pintaku dengan hati hati.
"Gue mau! Nih ya temen temen kelas kita itu baik baik, apa lagi Rangga sama Gilang, duh baik banget, tapi ada satu orang yang ga bisa dibilang baik," ucapnya sambil menunjukan ekspresi menilai.
"Awan?" Ucap Tara dan Nissa, ajaibnya Bintang mengangguk.
"Ya.. kurang lebih seperti itu," ucap Bintang.
"Mau nanya temen sekelas atau mau nanyain Gilang, Tif?" Goda Tara, dan Bintang antusias.
"Gilang itu, malaikat yang setia menuntun iblis kejalan yang lurus," ucap Bintang. Aku makin bingung sama mereka.
"Maksud Bintang, Gilang itu sahabat nya Awan sejak SMP, dan Bintang kebetulan satu SMP juga sama mereka, nah kalo Awan mulai gangguin Bintang, Gilang itu orang yang selalu melerai Awan dengan Bintang," ucap Nissa menjelaskan, pantas saja udah akrab banget baru masuk satu minggu.