side chapter:: its over.

10.5K 568 47
                                    

Lathifah's POV

Ting Nong!

"Itu pasti abi!" teriak Ilham yang terlihat bahagia mendengar bel pintu berbunyi. Aku memang mengambil cuti melahirkan dari rumah sakit, kandunganku kini tengah memasuki bulan ke 9. Tapi tidak untuk Idham, dia tidak mendapatkan cuti melahirkan.

Idham gak mungkin melahrikan, kan?

"Sayang, jangan lari lari! Hari hati turun tangganya," ucapku yang melihat Ilham berlari dengan riang ke lantai bawah. Ilham kini 4 tahun, aku bahagia melihat dia tumbuh dengan segala bakatnya. Ilham Rasyid Ghifary.

Tapi, ada satu yang mengusikku dari terbit fajar, hingga terbit fajar lagi. Dia mewarisi penyakitku, penyakit itu memang penyakit genetik. Maafkan ummi, Ham.

"Abi!" teriak Ilham, Idham langsung mengangkat Ilham dan menggendongnya sampai tempat di mana aku berada, lantai 2 rumah kami.

"Assalamu'alaikum, ummi," ucap Idham menatapku lekat dari bawah sana. Aku bisa melihat senyumnya, dan mata lelah Idham di balik kacamatanya.

"Wa'alaikumsalam, abi," balasku, dan menunggu mereka tiba di lantai dua.

"Ilham, ummi cantik ya?" tanya Idham pada Ilham, Ilham pun mengangguk semangat. Idham paling bisa deh, buat aku salting gini.

"Iya!" teriak Ilham memintaku untuk menggendongnya.

"Ilham digendong abi aja ya, liat itu ummi nya capek, udah nemenin kamu seharian," ucap Idham tidak memperbolehkan ku menggendong Ilham. Itu membuat Ilham cemberut. Aku paling gak suka liat anakku cemberut gitu.

"Sini, ummi gendong," ucapku. Idham terlihat tidak setuju, tapi aku melontarkan tatapan memohon. Akhirnya dia memberikan Ilham kepadaku.

"Ilham sayang ummi," ucapnya dan mencium pipiku.

"Abinya gak disayang?" ucap Idham dengan muka ngambeknya, dan dengan lucunya Ilham menggeleng. Miris.

"Nggak! Ilham cuman sayang ummi, ummi jangan tinggalin Ilham ya?" ucap Ilham dan mengacungkan jari kelingkingnya.

"Oke!" Ucapku dan menempelkan hidungku pada kelingling Ilham yang membuat dia tertawa. Susahlah, orang tanganku lagi dipake buat gendong dia.

"Ih ummi, bukan idung, tapi kelingkingnya," ucap Ilham setelah dia tertawa. Tapi, perutku mendadak sakit.

"Ilham turun dari pangkuan ummi dulu ya," ucapku dan menurunkan Ilham.

"Ham, perutku sakit," ucapku dan meremas baju bagian perut. Idhampun langsung menempatkan tanganku dipundaknya dan mengarahkanku turun dari tangga.

"Ilham ikut abi, yu!" ucap Idham dan Ilham mengikuti kami. Ya Allah, perutku sakit sekali, tolong aku Ya Rabb.

"Tif, duduk yang tenang ya, jangan tegang," ucap Idham dan mendudukanku di kursi depan mobil Idham.

"Ilham duduk di belakang, ya?" ucap Idham, Ilham pun membuka pintu mobil belakang dan menutupnya kembali. Aku selalu merasakan ada sesuatu yang akan terjadi entah apa.

"Dok, ini udah pembukaan 9, bentar lagi istrinya melahirkan," ucap dokter perempuan yang mengobrol dengan Idham, dia memang belum melepas jas putihnya. Bentar lagi, adiknya Ilham akan segera lahir. Jaga dia, Ya Rabb. Tolonglah dia untuk mengenalMu, mencintaiMu, dan dekap dia Ya Rabb.

Aku pun teriak, aku tak tahan menghadapi rasa sakit ini. Ya Rabb, seandainya kau akan mengambilku, jaga anakku, Ya Rabb.


Idham's POV

Boarding School [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang