31 - FLY TOWARDS YOU ⛔️ (elaborate)

67.5K 1.8K 26
                                    

Adrian menggoyangkan perlahan gelas berisi scotch dingin di genggaman tangannya. Bunyi suara bongkahan es yang beradu dengan gelas terdengar berdenting pelan.

"I'm leaving to Tuscany tomorrow" Adrian menggumam pada Tiara yang duduk di sebelah kirinya. Ia memberitahukan ia akan berangkat ke salah satu negara di Eropa - Italia, esok hari.

"Tuscany?" tukas Tiara.

Adrian mengangguk lambat. "Elia ada disana" ia mengemukakan secara tersirat alasan dibalik keputusannya mengapa ia pergi ke negara tersebut.

Tiara seketika membuka mulut tanpa mengeluarkan kata. Beberapa detik kemudian ia baru lanjut bertanya.
"Siapa yang beritahu kamu?" tanyanya.

"Mama Vivian" jawab Adrian singkat.

"Oh..."

Malam itu Tiara kembali bertemu dengan Adrian atas permintaan sang pria. Tapi kali ini Adrian tak hanya ingin sekedar bercerita atau mendengarkan kisah-kisah. Salah satu tujuan utamanya malam itu adalah berpamitan kepada Tiara.

"Sampai detik ini aku dengar kamu belum menanggapi gugatan cerai Elia. Ada hubungannya dengan keberangkatan kamu besok?" Tiara memberanikan diri bertanya. Ia berusaha tenang padahal tengah ada sesuatu di hatinya yang seakan membuatnya gelisah.

"Iya" bisik Adrian langsung.

"Tiara... aku-" Adrian kemudian seolah ingin menyampaikan pesan. Tapi pria itu menunda dan terlihat berpikir keras. Adrian lantas meletakkan gelas scotch-nya dan menahan di atas permukaan meja.

"Aku-" Adrian menunduk sembari memainkan lidah menelusuri giginya.

Adrian lalu mendengus dalam-dalam. Ia kemudian berpaling memandang Tiara.

"Aku mencintai Elia" ucap Adrian dengan satu helaan nafas.

Tiara refleks meluruskan punggung seraya memandang Adrian dengan melebarkan mata.

"Aku pikir kamu harus tau. Dulu aku pernah gunakan hubungan kita sebagai tempat menghindar dari Elia. Tapi hati aku perlahan menyadari... Perlahan sadar kalau sebenarnya aku mencintai adik kamu" Adrian berkata sembari menatap Tiara sungguh-sungguh.

"Terdengar enggak masuk akal tapi... ini yang terjadi. The old me akan meledek aku habis-habisan kalau tau bagaimana perasaan aku ke Elia sekarang" Adrian menggeleng-gelengkan kepala sambil mengulas smirk mengejek pada dirinya sendiri.

Tiara masih belum mampu memberikan tanggapan.

Adrian kemudian tak lagi menatap Tiara dan berganti mengawasi rak-rak berisi deretan gelas dan botol-botol minuman beralkohol di depannya. Ia berkata dengan nada bicara yang lebih lambat.

"Dulu aku enggak peduli sama yang namanya cinta-cintaan. Aku selalu cari wanita yang mau mengerti dunia aku, kesibukan aku, mempunyai gaya hidup yang sama dengan aku. Aku enggak mau memikirkan perempuan seperti Elia" Adrian mencebik.

Tiara masih membisu. Ia terus berusaha tenang diikuti meneguk ludahnya sepelan mungkin. Ia setia mendengarkan Adrian yang bercerita di sampingnya.

"Tapi waktu aku bersama Elia, aku merasa... dunia aku berubah. Aku merasa hidup, present. Aku diam-diam menyukai itu. Aku suka senyum Elia, tawa dia, cara dia lihat aku, cara dia panggil aku, bicara sama aku, I like that all"

"And here I am now; thinking about her twenty four - seven and desperately want her to come back in my life"

Adrian berhenti. Ia berubah menerawang jauh.
"I'm a dead stick without her" bisiknya kemudian.
Adrian mengibaratkan dirinya tanpa Elia seperti sebuah mesin pesawat yang mati dan siap jatuh ke tanah yang akan hancur berkeping-keping. Cinta Elia berpuluh tahun mengiringi langkahnya. Dan sekarang ketika cinta itu pergi, Adrian merasa hidupnya tak lagi berarti.

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang