Mikael meradang melihat nama yang terselip di undangan berwarna coklat, surat undangan pesta pertunangan antara Sophia dan Edmund. Pria itu meremas surat itu dan membuangnya ke tempat sampah. Mikael memaki dalam hati dan menyisir rambutnya kasar.
Apa yang salah darinya? Apa yang kurang dari dirinya sehingga Sophia tiba-tiba meninggalkan dirinya? Mengabaikan panggilan Clive, Mikael meraih sarung pedang miliknya meninggalkan ruang kerja. Pria itu menaiki kudanya dengan emosi. Ia harus menemui Edmund untuk menyelesaikan persoalan ini. Ia yakin Sophia begitu mencintainya, Edmund pasti memaksa Sophia untuk bertunangan dengannya. Benar, pasti seperti itu.
Mikael tiba di depan mansion Marquis, mencari keberadaan Edmund, sahabatnya- tidak, bukan lagi sahabatnya. Mana ada sahabat yang menusuknya dari belakang. Brengsek memang pria itu. Seharusnya ia tahu dari awal jika Edmund selalu menatap Sophia dengan tatapan mendamba.
Seluruh panggilan ksatria maupun pelayan keluarga Viston ia abaikan, hingga pria itu mengunjungi Edmund di barak.
"Edmund! Dimana kau?!"
Seluruh ksatria yang melakukan latihan, secara mendadak menghentikan latihan mereka. Para ksatria itu menatap putra mahkota dengan tatapan penasaran, Mikael terlihat emosi.
"Jangan sembunyi, dimana kau sekarang?!"
Komandan keluarga Viston berdeham. "Maaf, Yang Mulia. Marquis sedang--"
"Aku tak butuh alasanmu. Yang aku butuhkan adalah Edmund." Suara putra mahkota menggema.
"Aku disini, ada apa?"
Tanpa mengucapkan salam, Edmund menatapnya datar. Pria itu tentu tahu alasan kehadiran Mikael adalah surat pertunangannya dengan Sophia. Awalnya ia tidak ingin mengundang Mikael tapi Sophia berkata bahwa mereka perlu mengundangnya, putra mahkota perlu tahu bahwa Sophia bukanlah milik Mikael lagi.
"Kau masih bisa bertanya ada apa?!" Mikael memang tempramen, pria itu benar-benar tak bisa menyembunyikan emosinya.
"Jangan disini, kita selesaikan ditempat lain." Ajaknya sembari meninggalkan Mikael di barak.
Edmund dan Mikael menaiki kuda mereka meninggalkan area mansion. Seluruh ksatria yang ingin mengikuti Edmund dilarang oleh komandan karena itu adalah perintah Edmund. Pria itu hanya berkata jika Marquis dan putra mahkota harus menyelesaikan urusan pribadi tanpa siapa-siapa.
Begitu sampai ditengah hutan, mereka turun dari kuda masing-masing. Tanpa sabar, Mikael mengeluarkan pedangnya dari sarung. "Aku menantangmu berduel!"
Edmund tersenyum sinis. "Apa ini karena Sophia?"
Tanpa menjawabnya Mikael menyerang Edmund. Suara pedang berdenting ditengah hutan membuat kelinci dan rusa yang lewat ketakutan. Mikael menyerangnya dengan emosi memuncak.
"Aku jadi mengerti kenapa Sophia meninggalkanmu, kau begitu bodoh." Tanpa sadar ucapan Edmund menghina Mikael.
"Kau berisik tapi aku akan menghancurkanmu sebentar lagi!" Mikael tersenyum sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patisserie Lady ✓
FantasyTELAH DITERBITKAN Amarine, wanita karir yang bangkit dari kematiannya dan hidup kembali sebagai tokoh figuran di salah satu novel yang sempat ia baca. Terjebak dalam perang urat tokoh perempuan antagonis dan protagonis, membuat hari-hari Amarine men...