35. Before The Wedding

7K 1.2K 47
                                    

Seminggu sebelum pernikahan Sophia, Amarine beserta Lucard dan Dawson pergi ke mansion Viston. Di sana kehadiran mereka disambut dengan baik, terlebih para pelayan yang menyapa mereka dengan ramah. Aula mansion Viston mulai di rapikan, seorang desainer busana untuk gaun pernikahan pun datang sembari membawa beberapa perlengkapan.

Amarine berdecak kagum melihat gaun pengantin Sophia, tokoh utama Cinta Sophia memang benar-benar sangat disayangi penulisnya. Selain mendapatkan cinta dari seseorang, Sophia juga dikenal sebagai pribadi yang baik, dan mendapatkan apapun yang ia inginkan.

"Wah, gaun pengantin ini cantik sekali." Puji Amarine.

"Benarkah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Benarkah?"

Itu suara Sophia. Gadis itu melangkah menghampirinya bersama Edmund.

Amarine, Lucard dan Dawson membungkuk memberi salam begitu pula Edmund. Pria itu merasa tersanjung ketika bertemu dengan Lucard.

"Pangeran Lucard." Sapa Edmund.

Mendengar nama pangeran, Sophia buru-buru membungkuk hormat. "Maafkan ketidaktahuan saya, Yang Mulia."

Lucard mengangguk. "Tak apa, lagipula ini bukan di wilayah Vandur. Anda tak perlu terlalu formal."

"Vandur... Oh, astaga Anda adalah Elf?"

Lucard mengangguk. "Ya, tapi saat ini saya adalah Lucard pegawai Lady Amarine."

Sophia melirik kaku pada Amarine yang tersenyum canggung.

"Baiklah, mari ke ruangan saya." Ajak Edmund.

Di ruang kerja Edmund, seorang pelayan menyuguhkan kudapan manis dan teh kepada mereka. Lucard dan Dawson tentu tak akan menyentuh kue-kue itu. Mereka tak yakin jika bukan kue buatan Amarine. Bagaimana jika tanpa sadar Lucard menikmati kue yang terbuat dari bahan mentega dan telur, sementara Dawson merinding melihat lelehan coklat yang begitu banyak. Kedua pria itu lebih memilih teh daripada kue.

"Saya kemari ingin membicarakan mengenai menu yang akan digunakan untuk acara pesta pernikahan." Kata Amarine.

"Oh, benar. Tolong, jangan lupa coffee bun. Tambahkan itu untuk para tamu."

Sophia memutar matanya malas. "Ed, tidakkah kau bosan dengan coffee bun?" Tanya Sophia. "Aku saja yang melihat mu memakan roti itu merasa bosan."

"Tapi, aku suka aroma kopinya." Sahut Edmund. "Aku suka roti atau cake yang memiliki bahan dasar kopi. Karena itu tidak terlalu manis."

"Tapi semua tamu tentu tahu apa itu coffee bun, kenapa kita menggunakan menu baru saja?" Sophia mencoba bernegosiasi.

Amarine tersenyum. "Maaf, memotong pembicaraan Anda. Bagaimana kalau begini saja, saya memiliki menu khusus. Kue yang tidak terlalu manis dan bertabur bubuk kopi atau kakao."

Patisserie Lady ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang