Hari - hari Amarine berjalan dengan baik. Ia hanya melewati harinya dengan diiringi aroma kue yang baru dipanggang atau membuat adonan kue. Gadis itu tak memiliki kegiatan mengesankan lainnya setelah bangsa Elf dan Werewolf kembali dari ke wilayah mereka. Sebagai ucapan terimakasih, Raja Letifian mengirimkan bahan-bahan berkualitas terbaik yang mereka impor dari wilayah timur.
Mata Amarine mengerjab senang. Gadis itu melihat tumpukan kotak yang baru dikirim oleh beberapa prajurit istana. Setelah menyampaikan salam ucapan terima kasih, Amarine memeriksa apa saja yang dikirimkan oleh Raja Letifian untuknya. Ada buah kurma, mangga, coklat, dauh teh, tepung gandum, gula dan masih banyak lagi.
Amarine segera memerintahkan Marie dan Jack untuk memindahkan kotak-kotak itu ke lantai dua. Di lantai dua, Amarine menggunakannya sebagai gudang penyimpanan. Tokonya juga sepi dari pengunjung, Amarine membuka tokonya terlalu pagi. Melepaskan celemek yang menempel pada tubuhnya dan meletakkannya di atas meja pantry.
"Jack, Marie. Aku akan pergi berjalan-jalan sebentar. Aku titipkan toko ini pada kalian."
"Baik, Lady."
Amarine pergi meninggalkan toko kue dan berjalan mengelilingi daerah pertokoan. Selama membuka tokonya, ia selalu disibukkan dengan kegiatan toko. Tak pernah sekalipun ia pergi berjalan-jalan. Mata Amarine mengarah pada orang-orang yang sudah membuka toko-toko milik mereka. Ada toko bahan pangan, toko buah, toko barang-barang antik dan masih banyak lainnya.
Ia tiba-tiba mencium aroma yang sangat menggiurkan, seorang pria tua berdiri dipinggir jalan menjual sebuah daging yang ditusuk-tusuk. "Ah, seperti sate." Gumam Amarine.
Gadis itu melangkah, melihat jejeran daging yang telah ditusuk sempura.
"Pagi, Nona. Apa Anda ingin membeli sesuatu?"
Amarine tanpa sadar mengangguk. "Ini apa?" Tanya Amarine seraya menunjuk sebuah daging yang ditusuk bersama potongan paprika dan tomat.
"Itu daging ayam, Nona. Kalau lainnya ada daging sapi, babi dan rusa."
"Bisa minta masing-masing satu?" Tunjuknya satu persatu.
"Tentu, Nona." Pria tua itu menjawabnya dengan senang. Kemudian memanggang beberapa daging tusuk di atas panggangan arang.
Aroma sedap memasuki indera penciumannya. Penjual daging tusuk itu menggunakan bumbu cair berwarna coklat kehitaman sebagai pelumas daging-dagingnya. Setelah menyelesaikan panggangannya, pria itu segera membungkus semua daging tusuk Amarine dan ia berencana kembali ke toko.
Di perjalanan, ia melewati gang sempit yang lumayan kumuh. Tak sengaja matanya tertuju pada seseorang yang tergeletak di atas lantai.
"Oh, tidak!" Amarine buru-buru menghampiri orang yang tergeletak itu. "Kau baik-baik saja?" Tanyanya pada seorang pria yang berusaha membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patisserie Lady ✓
FantasiTELAH DITERBITKAN Amarine, wanita karir yang bangkit dari kematiannya dan hidup kembali sebagai tokoh figuran di salah satu novel yang sempat ia baca. Terjebak dalam perang urat tokoh perempuan antagonis dan protagonis, membuat hari-hari Amarine men...