Setelah Edgar kembali ke wilayahnya, hampir setiap pagi Amarine mendapatkan kiriman bunga yang akan ia bawa pulang ke rumah. Dawson dan Lucard yang melihat itu hanya merengut kesal, keduanya tak mau kalah. Sesekali mereka membawakan bunga untuk Amarine.
Marie, Jack dan Marco yang melihat persaingan itu semakin was-was. Mengira-ngira siapa yang akan dipilih oleh majikannya. Mereka mempertaruhkan separuh dari gaji yang akan mereka terima nantinya. Marie merasa kesal sekaligus khawatir mengenai gajinya, pria yang ia dukung tak selalu bersama Amarine. Berbeda dengan Lucard dan Dawson, kedua pria itu selalu berada di dekat Lady Amarine, bersikap manis dan melontarkan pujian.
Amarine hampir setiap hari dibuat bingung sekaligus bersemu merah. Sebenarnya ada apa dengan Lucard dan Dawson?
Di lain tempat, tepatnya di wilayah Vandur. Raja Arwen hampir terkena serangan jantung membaca surat yang ia terima dari adiknya yang tak tahu diri itu. Lucard sudah tak kembali dalam kurun dua bulan, sebagai ganti pria itu mengirimkan sepuluh jar permen buah dan kopi. Tidak lupa dengan kue kering bertabur raisin yang awet.
Istri Arwen, Ratu Elora memandang makanan yang dikirimkan Lucard dengan takjub. Seperti yang ia dengar dari penasihat kerajaan, makanan itu berasal dari toko kue Amarine. Toko yang sangat menjunjung tinggi selera para Elf. Elora merasa terkesan, ia sesekali mencoba permen buah dengan bungkus warna merah.
"Rasa Cherry."
"Kau menyukainya?"
Ratu Elora mengangguki pertanyaan Arwen. "Ini enak, aku tak tahu jika ada manisan yang bisa kita makan."
***
Amarine mengerutkan keningnya melihat Dawson dan Lucard yang saling berebut sebuah vas. Awalnya vas itu akan ia gunakan untuk menghias sebuah meja di lantai dua. Lucard yang awalnya berniat membantu tiba-tiba dihentikan oleh Dawson. Pria itu berkata lebih mahir mengurus bunga.
"Kau itu bangsa Werewolf, sejak kapan bangsa serigala akrab dengan rumput, hah?" Sindir Lucard.
Dawson merengut, ia tak mau kalah. Amarine harus tahu bahwa ia yang lebih mahir. "Kau saja yang tak tahu bahwa kami sudah berbaur dengan alam."
"Alam bagaimana? Jelas-jelas kalian tidak pernah bercocok tanam. Jangankan bercocok tanam, bunga saja bila kau pegang pasti layu. Itu karena kekuatanmu terlalu besar."
Amarine menghela napasnya, ia menarik vas itu dari kedua pria tersebut, takut bila vasnya pecah. "Sudah, cukup. Pangeran Lucard akan menata rak dan Tuan Dawson akan membantu Jack mengangkat stok bahan ke gudang. Mengerti?"
Keduanya mengangguk sebelum pergi meninggalkan Amarine. Gadis itu duduk di salah satu meja, ia tak tahu jika kedua pegawainya akan bentrok.
"Sepertinya hari yang melelahkan untuk Anda, Lady?" Marie tersenyum geli. Gadis itu sudah tahu tabiat kedua pria yang menyukai majikannya. Hanya saja Amarine terlalu lamban untuk menyadari hal itu.
"Kau benar. Aku tidak tahu jika mereka tidak akur, padahal yang ku dengar bangsa Werewolf dan bangsa Elf sudah menandatangani surat perjanjian seratus tahun yang lalu." Keluh Amarine. Yang dimaksud oleh Amarine adalah surat janji perdamaian. Dulu sekali bangsa Elf dan bangsa Werewolf tidak akur.
Marie tersenyum canggung, seandainya Anda tahu penyebabnya, mungkin Anda tidak akan berbicara seperti ini, batin Marie.
Amarine kemudian bangkit membawa vas itu dan meletakkannya di meja kasir. Ia memilih untuk pergi ke dapur, sebentar adalah jam makan siang. Amarine menginginkan kue. Tapi, ia bosan dengan kue-kue yang ia buat. Matanya mengarah pada cupcake yang terjejer cantik di atas rak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patisserie Lady ✓
FantasyTELAH DITERBITKAN Amarine, wanita karir yang bangkit dari kematiannya dan hidup kembali sebagai tokoh figuran di salah satu novel yang sempat ia baca. Terjebak dalam perang urat tokoh perempuan antagonis dan protagonis, membuat hari-hari Amarine men...