Sebelum berangkat, Amarine meminta Marie untuk menyiapkan beberapa pakaian miliknya, beberapa barang yang diperlukan dan Amarine berkata bahwa ia meminjam satu kereta barang untuk dibawa bersamanya. Sebenarnya Count Bourell menyarankan putrinya untuk membawa kereta kuda biasa tapi Amarine menolak, perjalanan jauh lebih mudah untuk membawa kereta barang, itu ia gunakan untuk menyimpan beberapa barang bawaan. Selain itu Amarine tak memerlukan kusir, karena Marco bisa menjadi kusir mereka.
Sebelumnya Marco telah tiba di mansion dan membantu Jack menyiapkan kereta kuda. Sementara Amarine masih berkutat di dapur, gadis itu memilih untuk menyiapkan perbekalan singkat sebelum mereka menemukan kedai dipinggir jalan.
Mengingat mereka akan melakukan perjalanan yang panjang, Amarine memilih untuk membuat beberapa makanan yang ringan dan gampang untuk dibawa kemana-mana. Ia akan membawa beberapa buah potong yang bisa dimakan selama perjalanan, kukis, dan sandwich.
Setelah cukup lama berkutat, ia akhirnya menyelesaikan perbekalan yang cukup untuk empat orang. Tidak lupa ia membawa botol air.
Begitu semua persiapannya selesai, Amarine meminta Marie untuk meletakkan semua bawaannya di kereta barang. Kini ia bersama tiga bawahannya berpamitan.
"Jaga dirimu dengan baik, jangan lupa beri kami kabar." Countess kembali mengingatkannya.
"Tentu ibu, begitu sampai aku akan mengirim surat. Dimana Carlix?"
"Dia bersama pengasuh."
Mata Amarine beralih pada Liana, bocah cilik itu berdiri disamping ibunya. "Liana, selama aku tidak ada tolong jaga Carlix dan ibu, ya?"
Liana mengangguk. "Aku akan memastikan tidak ada satu nyamuk yang berani mendekati Carlix."
Countess dan Amarine tersenyum geli. Sementara Count hanya diam memperhatikan interaksi putrinya.
"Ayah, tidak ingin mengucapkan sesuatu?"
"Kau batalkan saja." Jawabnya muram.
"Ayah, aku hanya berlibur bukan untuk pergi menikah." Gadis itu merasa geli dengan sikap Count, tapi Amarine memakluminya. Count hampir kehilangan putrinya, bisa dikatakan bahwa Count telah kehilangan putrinya. Amarine yang asli meninggal karena terserang demam merah dan ia menggantikan posisi itu.
"Jika ada sesuatu beri kami kabar."
"Itu sudah pasti, ayah. Kami pergi!"
Amarine dan Marie masuk ke dalam kereta barang. Marco dan Jack duduk di depan menjadi kusir. Liana melambaikan tangan kecilnya sebagai salam perpisahan.
Selama diperjalanan tak ada sesuatu yang spesial, mereka baru saja melewati daerah perbatasan dan hampir seharian berada di jalan. Matahari telah naik dan mulai petang. Amarine meminta Jack dan Marco untuk beristirahat, kedua pria itu segera membuat tenda perkemahan kecil, sementara Marie memilih memberi kuda makan. Sebenarnya bisa saja ia mencari penginapan, tapi Amarine memikirkan kondisi kudanya yang sudah seharian berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patisserie Lady ✓
FantasyTELAH DITERBITKAN Amarine, wanita karir yang bangkit dari kematiannya dan hidup kembali sebagai tokoh figuran di salah satu novel yang sempat ia baca. Terjebak dalam perang urat tokoh perempuan antagonis dan protagonis, membuat hari-hari Amarine men...