Dawson telah menginjakkan kakinya di wilayah Letifian. Matanya tertuju pada hamparan manusia yang berlalu lalang, ada yang sibuk berbelanja, ada yang sibuk mengantar surat dan masih banyak lagi. Pusat kota Letifian begitu ramai, setidaknya menurut informasi yang ia dapat, toko Lady Amarine berdiri di distrik Loava. Setelah urusannya selesai dengan pihak istana, ia akan segera mampir ke toko kue Amarine bersama rekan-rekannya.
"Akhirnya kita sampai." Albert mengeluh, peluh telah membasahi pelipisnya.
"Sebaiknya kita segera ke istana, setelah selesai baru kalian bisa bebas kemana pun kalian inginkan." Kata Dawson pada seluruh rekan-rekannya.
"Bagaimana denganmu, apa yang akan kau lakukan setelah urusan kita selesai?" Drake, sepupu Dragomith berseru pelan.
"Aku ingin pergi ke toko kue."
"Ey, kita kan tidak makan coklat." Sahut yang lainnya.
Dawson tersenyum. "Aku ingin menemui Lady Amarine."
***
Musim hujan kembali datang, tanah yang kering mulai basah. Para warga mulai berlarian untuk berlindung. Amarine menatap rintikan air hujan, entah mengapa moodnya berubah menjadi sendu. Gadis itu menghela napasnya beralih menatap para pengunjung toko. Tak ramai seperti biasanya walaupun masih bisa dikatakan banyak yang datang. Mochi dan dessert box-nya kali ini mengalahkan penjualan coffee bun dan bolu gulung.
"Marie, apakah ada stok yang berkurang?" Tanya Amarine.
Marie kemudian melirik catatan yang selalu ia bawa, gadis itu menghitung dan menggeleng. "Tak ada, Lady. Stok selai dan permen masih terisi penuh. Anda juga menyiapkan beberapa kukis kering yang sedang dibungkus oleh Marco dan pangeran Lucard."
Amarine mengangguk. Matanya beralih pada Jack yang sibuk merapikan meja dan kursi. Sebuah lonceng berbunyi menampilkan Sophia, gadis itu melangkah dengan anggun menghampiri meja kasirnya.
Sudah lama Sophia tak mampir ke tokonya, kalau tak salah gadis itu telah disibukkan dengan kelas-kelas untuk menjadi seorang Marchioness.
"Hai, Rine." Sapa Sophia. "Aku datang kemari ingin meminta bantuanmu." Jelasnya singkat.
Amarine melirik dua orang pengawal dibelakang Sophia. "Ada apa?"
"Bulan depan adalah hari pernikahan kami, Edmund menginginkanmu sebagai patisserie utama di acara kami. Apakah kau bisa meluangkan waktu untuk itu?"
Mata Amarine melebar, suatu kehormatan baginya menjadi patisserie utama dalam acara pernikahan bangsawan. "Astaga, bagaimana bisa aku menolaknya?" Sahut Amarine dengan mata berbinar. "Lalu, bagaimana dengan kue-kuenya?"
"Aku dan Edmund mempercayakannya padamu, lalu untuk pembayarannya biar Edmund dan asistennya yang akan menghubungimu langsung. Jadi, aku kemari memberitahumu terlebih dahulu." Jelas Sophia.
Amarine tak menyangka ia akan sebahagia ini, dulu Sophia adalah karakter novel yang paling ia benci tapi sekarang ia menjadi dekat dengannya. Terlebih hubungan Violetta dan Sophia juga membaik. Dari yang Amarine dengar, terkadang Sophia mengundang Violetta untuk pesta minum teh begitu pula sebaliknya.
"Baiklah, aku akan benar-benar meluangkan waktu untuk acara pernikahan kalian. Mumpung disini, apakah kau ingin memesan sesuatu?"
Sophia mengangguk. "Aku ingin memesan tiga coffee bun dan dua dessert box. Kau tahu, Edmund benar-benar menggemari coffee bun milikmu. Aku bahkan bosan melihatnya memakan coffee bun yang sama."
Mendengar keluhan Sophia, Amarine merasa geli. Edmund memang penggemar coffee bun yang setia, mungkin ia tertarik mencoba menu baru tapi setiap ia datang membeli roti, pilihannya jatuh kepada coffee bun miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patisserie Lady ✓
FantastikTELAH DITERBITKAN Amarine, wanita karir yang bangkit dari kematiannya dan hidup kembali sebagai tokoh figuran di salah satu novel yang sempat ia baca. Terjebak dalam perang urat tokoh perempuan antagonis dan protagonis, membuat hari-hari Amarine men...