Sesuai janji ayahnya, Amarine diperbolehkan keluar untuk memilih lokasi dimana ia akan membuka usahanya. Berbekal dengan pengetahuan yang minim, Amarine ditemani oleh Marie dan Jack, pengawal pribadinya. Awalnya Amarine menolak, ia merasa tak membutuhkan pengawal pribadi tapi ayahnya ketakutan seolah ia akan pergi begitu saja jika tak menbawa Jack bersamanya.
Kini mereka bertiga berdiri di salah satu distrik dimana bangunan akan diperjual belikan. Netranya menelisik setiap bangunan, meneliti bangunan mana yang sekiranya cocok untuknya. Target pasar Amarine bukan hanya bangsawan melainkan rakyat kecil, ia ingin semua orang mencoba kue-kue yang ia buat. Membayangkannya saja sudah membuat Amarine tertawa puas, ia akan menjadi kaya raya.
Amarine masuk ke salah satu gedung megah, dimana gedung itu beroperasi sebagai agen properti. Kedatangannya segera disambut oleh salah satu pegawai pria.
"Ada yang bisa kami bantu, Lady?" Pria itu menatap Amarine ramah, sedikit melirik ke arah Jack yang mengenakan seragam ksatria Bourell.
"Apakah ada toko yang dijual? Aku berniat membuka toko kue, jadi tak perlu yang besar, sederhana saja. Jika bisa, toko yang memiliki dua lantai." Jelas Amarine secara detail.
Pegawai agen properti itu mengangguk paham. Kemudian ia segera menyusuri daftar toko-toko yang hendak dijual. Tak membutuhkan waktu yang lama, Amarine segera menentukan lokasi yang pas. Ia memilih distrik Loava, tak jauh dari tempat tinggalnya dan dekat dengan kota. Jaraknya kira-kira membutuhkan waktu selama sepuluh menit jika berjalan kaki.
Distrik Loava adalah daerah yang berada ditengah-tengah kawasan bangsawan dan rakyat biasa. Itu cukup strategis untuk memulai usahanya. Gadis itu tersenyum memikirkan segala macam rangkaian rencana yang memenuhi otaknya.
"Aku pilih gedung ini." Tunjuk Amarine pada salah satu nama di dalam daftar. "Tolong buatkan pesanan atas nama Amarine Norte Bourell."
Pegawai toko terperanjat. "Anda putri Count Bourell?"
Amarine menautkan alisnya. Apakah pria itu mengenal ayahnya? Amarine hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Astaga, hidup Anda pasti diberkati Dewa. Anda kembali sehat dari demam merah." Pria itu memberikan pujian kecil.
Amarine hanya tersenyum tak menanggapi, ia sendiri tak tahu harus memberikan jawaban seperti apa. Amarine sebenarnya penasaran bagaimana penyakit demam merah, Marie hanya menjelaskan bahwa demam merah adalah penyakit mematikan yang belum ditemukan obatnya.
"Terima kasih, tolong nanti antarkan tagihannya ke mansion Bourell."
"Baik, Lady."
"Siapkan secepatnya, kalau bisa dalam waktu minggu ini harus selesai."
Sesampainya di mansion Bourell, Amarine meminta Marie dan Jack berkumpul. Ia ingin membicarakan hal yang penting. Gadis itu berupaya membuat Jack dan Marie bekerja di toko kue miliknya, karena ia tak mau repot-repot merekrut orang yang baru.
"Begini, selama aku bekerja di toko kue milik ku nanti. Aku ingin kalian berdua membantuku. Tenang saja, aku juga tetap akan memberi kalian gaji." Jelas Amarine yang diangguki oleh kedua bawahannya. "Aku tak ingin merekrut orang baru, karena distrik yang ku pilih adalah distrik Loava, aku ingin Jack tetap menjadi pengawal disana, selain itu Jack juga bisa mengantar pesanan. Bagaimana?"
"Saya siap, Lady."
Amarine mengangguk bangga, tatapannya kini beralih pada Marie. "Lalu, kau Marie. Disana nanti, kau akan membantu melayani para pelanggan dan aku akan berada di belakang dapur. Jika urusan dapur selesai, aku akan membantu kalian. Apakah kalian setuju?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Patisserie Lady ✓
FantasiTELAH DITERBITKAN Amarine, wanita karir yang bangkit dari kematiannya dan hidup kembali sebagai tokoh figuran di salah satu novel yang sempat ia baca. Terjebak dalam perang urat tokoh perempuan antagonis dan protagonis, membuat hari-hari Amarine men...