Sesuai janjinya pada James, Amarine bangun pagi-pagi dan segera pergi ke toko kue miliknya. Ia segera memproduksi coffee Bun yang dipesan oleh James. Amarine segera menyiapkan adonan - adonan rotinya. Sementara Jack dan Marco akan membantunya membungkus coffee Bun yang sudah matang. Marie mulai menghitung berapa jumlah coffee Bun yang telah mereka buat sebelum memasukannya ke dalam kotak kayu.
Benar-benar hari yang sibuk.
Secara berkala, setelah membuat adonan dan melumuri roti-roti itu dengan krim kopi, Amarine memasukkan loyang - loyang roti ke dalam oven dan menunggunya sampai matang.
"Berapa banyak yang sudah kita buat?" Tanya Amarine pada Marie.
"Sudah enam puluh coffee Bun, Lady." Sahut Marie sembari menghitungnya secara berulang. Takut ada yang terlewat.
"Baiklah, ayo semangat. Cepat selesaikan, orang-orang dari Tuan James akan tiba pukul sepuluh." Ucap Amarine.
Aroma coffee Bun memenuhi seisi dapur dan toko, uap panas oven sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Semenjak bekerja di toko kue Amarine, diam-diam Marco mempelajari berbagai macam resep bahkan terkadang pria itu menirukan kebiasaan Amarine seperti membuat teh apel atau milk tea. Amarine tak tersinggung, justru ia merasa terbantu dengan kemahiran Marco.
Marie mulai kembali berhitung. "Sembilan puluh delapan, sembilan puluh sembilan, seratus!" Gadis itu berseru senang. "Sudah seratus buah coffee Bun, Lady."
Amarine mengangguk, Jack dan Marco memilih untuk membersihkan peralatan memasak dan mencuci tangan mereka. Seratus coffee Bun sudah dikemas dan dimasukkan ke dalam kotak kayu. Tinggal menunggu orang-orang suruhan James untuk datang mengambilnya.
Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi, sesuai janji sebuah kereta barang tiba di depan toko Amarine yang terpaksa tutup demi menyelesaikan pesanan James. Seorang kusir dan pria muda turun dari kereta kuda dan mengetuk pintu toko mereka, Amarine memerintahkan Marco dan Jack untuk membawa kotak-kotak roti itu dibantu oleh dua orang suruhan James memindahkannya ke dalam kereta barang.
"Apakah ini sudah semua, Lady?" Tanya sang kusir.
"Sudah, totalnya 100 buah. Sesuai permintaan tuan James." Jawab Amarine.
Lalu, sang kusir menyerahkan sekantung uang kecil yang berisikan 20 keping emas, harga yang telah disepakati oleh James dan Amarine.
"Terima kasih, semoga perjalanan kalian lancar." Ucap Amarine saat kereta barang milik James mulai meninggalkan toko.
***
Seusai menutup toko, Amarine bersama Jack dan Marie kembali ke mansion. Suasana mansion begitu hening dan seperti tak berpenghuni sama sekali, Jack memilih kembali ke barak sedangkan Amarine dan Marie memilih masuk ke mansion. Para pelayan berlarian menuju lantai sembari membawa baskom, handuk dan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patisserie Lady ✓
FantasíaTELAH DITERBITKAN Amarine, wanita karir yang bangkit dari kematiannya dan hidup kembali sebagai tokoh figuran di salah satu novel yang sempat ia baca. Terjebak dalam perang urat tokoh perempuan antagonis dan protagonis, membuat hari-hari Amarine men...