[Part 21: 180 derajat]
Happy reading
••••••
••••
••
•***
Sella terduduk lemas di depan rumahnya dengan bersandar tembok di belakangnya. Rambut nya sudah tak se-rapi tadi, gaun yang sudah kusut, ditambah air matanya yang terus mengalir dari matanya.
Pandangannya kosong menatap ke depan, sayu-sayu ia menahan matanya agar tidak terlelap. Tangannya terangkat untuk menyangga kepalanya yang sudah berat, hari sudah malam, namun dia tak ingin tidur saat ini.
"KAMU MAU KEMANA LASKAR?" Teriakan dari dalam rumah yang ia yakini adalah suara ayahnya, membangkitkan wajahnya yang ia tenggelamkan.
Perlahan, dia mengangkat kepalanya, Ia menoleh ke ambang pintu, Laskar keluar dengan menyeret koper miliknya dengan cepat. Cepat-cepat, Sella bangkit dari duduknya dan menarik pergelangan tangan Laskar, memintanya untuk tetap berada disini.
"Lepas!" sentak Laskar dengan menyentak tangan Sella.
"Bang, gue mohon, disini aja."
"Gue mohon bang, gue mohon,"
"Kalo nggak ada lo, gue kesepian," mohon Sella sambil terus menarik tangan Abang nya.
"Iya Laskar, kami mohon, kamu disini aja ya? Nggak kasihan sama adik kamu?" tanya Nita berharap agar anaknya tetap tinggal bersama mereka di rumah yang penuh tekanan itu.
"Yah, Bun," panggil Laskar dengan bergantian menatap orang tuanya dengan nyalang.
"Kemarin, aku diam aja waktu kalian merlakuin Serra seenaknya bagai binatang. Karena apa? Aku nggak berani ngelawan kalian!"
"Memang kemarin aku nggak peduli sama Serra, tapi aku menyesal Bun. Ternyata tanpa adanya aku, Serra sebegitu menyedihkannya,"
Laskar menatap ayah bundanya dengan sorot mata yang teduh, "Nggak cukup satu kali kalian marahin Serra, nggak cukup sekali kalian buat Serra nangis. Dia udah aku anggap adik kandung aku sendiri Bun, Yah! Aku nggak tega ngelihat dia!"
"Nggak cukup sekali aja, Sella bully Serra. Nggak cukup sekali aja, Sella rebut Albi dari Serra!"
"Tapi sekarang? Aku nggak akan tinggal diam, Sella udah fitnah aku sama Serra, memang itu hal kecil bagi Sella, tapi buat aku sama Serra, itu hal yang besar! Dan sekarang, aku akan pergi dari sini. Kalian nggak perlu khawatir, aku tinggal di apartemen aku, sama Serra!" tegas Laskar. Setelah mengatakan itu, dia kembali melangkah meninggalkan semua, meninggalkan kenangannya di rumah itu untuk sementara.
"LASKAR!" teriak Heri menggema di halaman rumahnya. Namun, alih-alih berbalik, Laskar malah semakin mempercepat langkahnya.
Sella kembali berlari mengejar Laskar dan menggapai tangannya. Mencoba dan terus mencoba agar Laskar tetap mau tinggal bersamanya, "Maafin gue bang, maafin gue," ucapnya dengan menunduk.
"Maaf, maaf"
"Maaf, bang,"
Laskar menyentak tangan Sella, "Cukup Sel, gue udah muak sama sikap lo!"
Sella beralih berjongkok di depan Laskar dan mengambil tangannya dipegang erat.
"Maafin gue, bang. Maafin gue," ujarnya memohon dengan derai mata yang terus keluar dari tempatnya.Laskar meliriknya sebentar, "Gue udah maafin lo, tapi gue nggak bisa tinggal sama keluarga busuk kayak kalian. Mulai sekarang, jangan pernah ganggu hidup gue sama Serra!" Laskar melepaskan genggaman tangan Sella dari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlbiSer [End]
Teen FictionKalo maju, sakit yang gue dapat. Kalo mundur, sakit hati juga yang gue dapat ~Serralina "Yang pacar lo itu gue atau kembaran gue?" "Bi, bisa jemput gue?" "Sorry, gue nggak bisa. Gue harus jemput Sella." "Albi, lo bisa jenguk gue nggak? Gue sakit" "S...