AlbiSer | 53

11.5K 281 4
                                    

Happy reading;)

⚪⚪⚪

Heri meneteskan air matanya membaca surat dari anaknya, "Nggak Nak, enggak. Kamu bukan anak yang nggak tau diri. Maafin Ayah, maafin Ayah," ucapnya dengan lirih.

Sementara disampingnya sudah ada istrinya yang juga meneteskan air matanya setelah membaca surat tersebut, di dalam kotak milik Nita juga, ada sebuah hijab berwarna moca, sebagai hadiah ulang tahunnya empat bulan yang lalu.

Ada secarik kertas lagi di atas hijab tersebut, "Serra cuma mau berharap, semoga Bunda mau pakai ini."

"Iya, Serra, Bunda usahain," ucapnya lirih kemudian memeluk hijab yang dihadiahkan oleh anaknya.

Selle bergeming di tempatnya, dia keluar dari kamar tersebut dan duduk di sofa yang ada di apartemen Laskar.

Dia membuka amplop miliknya yang berwarna kuning, "Gue, gue belum siap baca, Ser," lirihnya.

Sella menggelengkan kepalanya, "Enggak, gue harus baca. Ini amanah,"

Dia membuka lem perekat amplop tersebut dan mengambil kertas yang terselip di dalamnya.

Hai Sel...
Lo baca ini, pasti gue udah nggak ada, kan? Haha, iya, gue tau itu. Karena udah gue persiapin semuanya.

Gue... pingin punya saudara perempuan yang care sama gue, Sel. Tapi, ternyata.... lo malah jahat ke gue. Lo bersikap berkuasa, bully gue di sekolah, aduin gue ke Ayah dan lainnya, iya, gue nggak bisa sebutin saking banyaknya.

Udah, lo jangan sedih waktu baca ini, biasanya juga gue yang nangis. Lo tenang aja, gue udah maafin lo, ya, walaupun susah sih. Tapi, gue bakalan coba.

Udah gitu aja, kepala gue udah pusing. Hidung gue juga ngeluarin darah, sakit banget, Sel.

Bye, jangan nangis.

From: Serralina Quella Allura

Sella meneteskan air matanya membaca surat dari Serra. Sejahat itu dirinya? Iya, dia akui, dia memang jahat. Saudara apa yang menganggu kehidupan saudaranya sendiri? Saudara mana yang tega ngerebut semuanya dari Serra?

Dia mengusap air matanya dan bersandar di sandaran sofa dengan menghembuskan napasnya. Ini semua karena ego dan obsesinya, semua hancur, dan semua ini bermulai darinya.

"Maaf, Ser, maaf,"

***

Albi termenung di balkon dengan menggenggam Hoodie berwarna hitam, dengan tulisan di dada, 'Broken'. Dia mendapatkan itu dari kotak yang Serra berikan, dengan dua lembar kertas di atasnya.

Lembar pertama, "Untuk kesayangan Serra, Albi. Hadiah ulang tahun satu bulan yang lalu," lirihnya membaca tulisan yang ada di lembar kertas tersebut.

Dan satu kertas lagi yang ada di bawahnya, sebuah surat.

Hai Albi, kesayangan Serra.
Tapi, gue kira, kata-kata itu terlalu bullshit buat keadaan yang seperti sekarang ya, Bi.

Oh ya, udah buka hadiah dari gue? Iya, itu hadiah ulang tahun dari gue buat lo, Sebenarnya gue pingin kasih ke lo langsung, tapi sayangnya, gue nggak bisa. Gimana caranya? Sella selalu ada disamping lo, dua puluh empat jam, eh kebanyakan.

Udah, intinya ini hadiah ulang tahun buat lo, Albi.

Bi, kok kepala gue pusing lagi, ya? Padahal kemarin udah nggak? Loh ini hidung gue kok ngeluarin darah lagi? Sakit, Bi, sakit.

AlbiSer [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang