Hai, siap buat baca AlbiSer?
Siapin tissue deh kalo mau, tapi gak juga gapapa.
Happy reading
Biasakan vote sebelum membaca. Gratis kok nggak bayar
[Part 31: Cerita fitnah]
***
Serra terduduk lemas di kursi belajarnya dan menghadap langsung ke jalanan raya kota yang sangat padat malam ini. Ah, dia lupa, besok hari Minggu, pantas saja jalanan ramai dan macet tak seperti biasanya.
Matanya terbendung melihat surat dari Dokter di tangannya. Kertas putih yang dilapisi amplop putih berstempel Rumah Sakit Muara Kasih di luarnya. Dia belum membukanya, namun dia sudah tau apa yang terjadi pada tubuhnya yang ramping itu.
Tuhan
Serra membukanya, mengeluarkan surat tersebut. Pertama yang dia baca adalah RUMAH SAKIT MUARA KASIH di atas surat tersebut. Matanya bergulir melihat inti dari surat tersebut.
Kanker darah atau Leukimia stadium 2.
Hatinya hancur, setelah ditinggal pergi perlahan oleh semua, sekarang dia harus menghadapi penyakit nya yang bisa disebut parah. Stadium 2, itu artinya, sel-sel telah berkembang namun belum menyebar ke seluruh tubuh. Dia hanya ingin seorang pendamping sekarang, tapi siapa? Tidak ada yang mau menjadi pendamping nya sekarang. Kecuali kedua sahabatnya itu, tapi dia tak bisa merepotkan kedua sahabatnya itu. Mereka terlalu baik untuknya.
"Jadi, saya sakit apa, Dok?" tanya Serra di ruangan dokter Rumah Sakit Muara Kasih.
Dokter perempuan muda itu, tampak membolak-balikkan beberapa lembar kertas hasil dari pemeriksaan Serra. Sebelum kemudian dokter itu menghela napasnya dan menatap Serra intens.
"Apakah akhir-akhir ini, adek sering pusing, mimisan dan badan mudah lelah?" tanya Dokter itu.
Serra mengingat-ingat sebentar, kemudian mengangguk, "Iya Dok. Minggu ini saya sering sekali mimisan, bahkan tadi pagi saya mimisan dan pingsan dua kali," Dokter tersebut mengangguk mengerti.
"Setelah saya periksa, adek mengalami kanker darah atau Leukimia stadium 2," Kaget? Jelas. Siapa yang tidak kaget mendengar berita tentang kesehatan tubuhnya itu?
Raut Serra berubah, "Ba-bagaimana bisa, Dok?" tanya Serra.
"Lalu, apa yang bisa saya lakukan, Dok?" tanya Serra kembali.
"Untuk sekarang, saya sarankan segera melakukan operasi sebelum kanker tersebut menyebar ke seluruh bagian tubuh,"
Air mata Serra menetes, memejamkan matanya erat, apa yang harus dia lakukan? Mau operasi, tapi sekarang dia tak memegang uang banyak, dia juga tidak mau merepotkan abangnya yang sedang kuliah di luar kota. Lagi pula, setiap bulan dia sudah menerima uang dari abangnya. Apakah dia harus merepotkan nya kembali? Ditambah kenyataan bahwa Laskar bukankah Abang kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlbiSer [End]
Teen FictionKalo maju, sakit yang gue dapat. Kalo mundur, sakit hati juga yang gue dapat ~Serralina "Yang pacar lo itu gue atau kembaran gue?" "Bi, bisa jemput gue?" "Sorry, gue nggak bisa. Gue harus jemput Sella." "Albi, lo bisa jenguk gue nggak? Gue sakit" "S...