tujuh

2.9K 245 1
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian itu, Vina mendiami Steffan. Ia hanya berbicara seperlunya saja. Steffan makin merasa bersalah pada Ibunya.

"Mah, hari ini Steffan pulang telat, ada acara seminar dulu," ujar Steffan membuka pembicaraan. Karena sedari tadi mereka hanya diam.

"Hm," gumam Vina tanpa memandang Steffan sama sekali.

"Mau Steffan bawain apa? Makanan atau apa?" Tawar Steffan.

"Gak usah," tolak Vina sambil menatap Steffan sekilas lalu meninggalkan meja makan. Menyisakan Steffan yang mengusap wajahnya frustasi. Entah mengapa rasanya kecewa sekali saat Steffan lebih memilih Senja dari pada dia yang notabenya sebagai ibu kandungnya.

🌱

"Capek banget gue nugas mulu," keluh Shella sambil membaringkan dirinya di lantai kamarnya. Rasanya ingin menangis dan berteriak.

"Yul ini gue bawain susu buat lo-ASTAGFIRULLOH, TUYUL MANEH KUNAON?!" Dio berteriak saat melihat Shella terbaring di lantai sambil menangis dan memegangi kepalanya.

"Bang Dioo," Shella merentangkan tangannya, Dio langsung memeluknya dan menepuk punggung Shella pelan.

"Heh, kenapa?" Tanya Dio masih panik.

"Pusing banget nugas Bang, banyak ... kenapa enggak beres-beres. Gue capek banget, huhuhu ..." isak Shella.

Dio menghela nafas lega, ia kira Shella kesakitan sampai menangis seperti itu. Ternyata hanya karena tugas.

"Jangan nangis dong, masa lo cengeng sih. Biasanya kam seterong," ujar Dio.

Shella menggeleng di pelukan Dio, ia malah semakin mengangis tersedu. Dio hanya diam, ia mengerti bagaimana pusingnya menjadi mahasiswa karena sudah mengalaminya dulu.

"Udah ya nangisnya, keluar yuk cari jajan," ajak Dio.

"Beneran?" Tanya Shella memastikan. Dio hanya mengangguk, lagipula uang dari orang tuanya sudah ia terima untuk bulan ini.

"Iyaa, cepet sana mandi dulu. Gue nggak mau bawa gembel," Dio lalu mendorong pelan Shella agar masuk ke kamar mandi.

"Durkaha lo jadi Abang, adek secantik gini dibilang gembel," protes Shella.

"Buruan tuyul astagaa, atau gue tinggal," Dio mengancam membuat Shella buru-buru menutup pintu kamar mandi.

🌱

Mereka kini sudah berada di pasar malam, Shella sudah sangat bersemangat sampai menyeret Dio masuk ke dalam.

"Bang ayok naik ituu," ajak Shella.

"Makan dulu, lo belom makan dari tadi,"

"Oke deh. Gue mau mie ayam sama es jeruk ya," pinta Shella lalu mengikuti Dio mencsri penjual mie ayam.

"Bentar, gue pesenin dulu, lo tunggu disini, jangan kemana-mana," titah Dio.

Shella mengangguk, selagi ia menunggu Shella melihat sekelilingnya, tampak sangat indah dengan lampu warna-warni. Serta beberapa sorakan pengunjung yang menaiki wahana.

"Nih, yul," ujar Dio sambil menyerahkaj semangkuk mie ayam pada Shella.

Shella mengalihkan pandangannya pada mie ayam yang tampak menggiurkan. Ia langsung memakannya.
Dio menggeleng melihat kelakuan adiknya, dengan saus yang belepotan di sekitar bibirnya.

Life With My Lecturer [republished ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang